Habib Ali Bin Abdullah Alhamid, Ketua Ansor Jember Yang Dibunuh PKI
Ahad, 5 Juli 2020
Faktakini.net
AL-HABIB ALI BIN ABDULLAH AL-HAMID
KETUA ANSHOR JEMBER YANG DIBUNUH PKI
Habib Ali bin Abdullah Alhamid terhitung masih keponakan Habib Sholeh Tanggul, Jember.
Beliau meninggal secara syahid di usia muda, sekitar 32 tahun,
Setelah diculik dan dieksekusi mati oleh kawanan PKI di kawasan Hutan Kumitir,
Sekitar tahun 1965.
Hutan itu jadi saksi bisu kekejaman PKI
kepada para ulama.
Setelah ditembak mati,
Jasad Habib Ali Alhamid pertama kali ditemukan oleh perempuan paruh baya yang sedang mencari kayu bakar.
{"Ono wong mati Arab, ono wong mati Arab, ono wong mati Arab,"}
Teriak perempuan itu sambil berlari memberitahu suami dan warga lain
di sekitar hutan.
Saksi hidup anak yang menemukan jasad habib masih ada hingga tulisan ini dibuat.
Habib Ali bin Abdullah Alhamid pada waktu itu adalah Ketua GP Ansor Jember.
Tragedi pembunuhan bermula dari kunjungan seorang tamu yang memberitahukan kalau jamaah dan santri beliau, saat itu, tengah ditangkap dan diamankan di kantor kepolisian setempat.
Mendengar kabar mengejutkan tersebut, Habib Ali langsung berkemas menuju kantor kepolisian untuk memastikan kebenaran informasinya,
karena memang saat itu situasi negara sedang tidak menentu.
Tidak aman dan tidak kondusif.
Di tengah perjalanan,
Ternyata Habib Ali diculik oleh gerombolan PKI, lalu diseret ke Gunung Kumitir atau Gunung Mrawan, yang terletak di perbatasan antara Jember dan Banyuwangi, Jatim.
Tamu tersebut ternyata adalah suruhan PKI.
Di lokasi yang telah ditentukan itu,
Habib Ali hendak dieksekusi tembak oleh komplotan kejam PKI.
Namun, peluru yang dihujamkan berkali-kali oleh PKI tidak mempan menembus dada sang habib.
Habib Ali ternyata memiliki karomah kebal senjata. Tidak mempan senjata tembak.
Pusing, tim eksekutor mengancam habib, yang isinya "jika pelurunya tidak tembus,
Maka, istri, anak dan semua keluarganya akan dibantai habis oleh PKI".
Dengan pelbagai pertimbangan, Habib Ali akhirnya hanya tersenyum dan menyerah, bersedia ikhlash dieksekusi mati.
Namun, sebelum ditembak, Habib Ali bin Abdullah Alhamid berpesan agar setelah wafat nanti, jasadnya tidak dicampur dengan yang lain, sebagaimana kebiasaan PKI yang menumpuk mayat korbannya saat itu pasca eksekusi. Habib minta jasadnya disendirikan.
Sebelum ditembak, Habib Ali mohon ijin untuk melaksanakan ibadah shalat sunnah dan berdoa.
Usai shalat, habib memasrahkan dirinya ditembak demi menyelamatkan keluarga, para pengikut serta santri dan jama'ahnya.
Atas kehendak Allah,
Peluru akhirnya bisa tembus dan Habib Ali Alhamid wafat dalam keadaan syahid
di tangan PKI.
Riwayat pembunuhan ini menjadi gamblang dan terang sejak ada seorang laki-laki tua yang ziarah ke makam Habib Ali lalu menangis sejadi-jadinya di sana.
Sekitar tahun 2000-an. Ia datang ke makam untuk meminta ampunan dan mohon maaf kepada habib beserta seluruh keluarganya karena telah menembak mati sang habib.
Ia datang ziarah setelah merasakan kalau hidupnya tidak tenang dan dirundung penyesalan tanpa akhir.
Kepada keluarga, ia menceritakan kronologi tragedi tersebut dari awal hingga akhir.
Keterangan yang didapatkan Duta Islam menyebutkan kalau laki-laki itu adalah seorang muslim yang terpaksa menuruti perintah PKI menembak Habib Ali.
Saat ekseskusi, katanya, telinga kiri laki-laki itu sudah dicung senapan oleh anggota PKI.
Jika dia tidak menembak habib,
Maka peluru di senapan yang dekat telinganya tersebut akan segera menyasar kepalanya sendiri.
Karena takut atas ancaman tersebut, terpaksa dia mengeksekusi tembak Habib Ali.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی رُوْحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ فِی الْأَرْوَاحِ
وَعَلَی جَسَدِهِ فِی الْأَجْسَادِ وَعَلَی قَبْرِهِ فِی الْقُبُوْرِ
وَعَلَی اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمِ