KH Luthfi Bashori: Perang Tanpa Senjata Tajam
Ahad, 26 Juli 2020
Faktakini.net
PERANG TANPA SENJATA TAJAM
Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip: Rizal Affandi
Kita seringkali melihat pertandingan bola. Umumnya orang laki-laki suka melihat bola.
Sesungguhnya permainan semacam bola itu, serta olah raga-olah raga yang sudah menjadi tontonan dunia, bahkan para pemain dan penontonnya juga banyak yang berasal dari kalangan umat Islam, dan kita sebagai penonton atau pemain pemain muslim, hakikatnya telah kalah dalam peperangan.
Perang ini namanya perang peradaban, perang pemikiran, perang budaya, kenapa begitu?
Karena kostum olah raganya sudah meninggalkan budaya islami.
Orang main bola, pakai kostum yang lengan pendek kemudian celananya celana olah raga yang pendek.
Coba kalau kita ditanya, sampai mana batas aurat orang laki-laki, mana yang wajib ditutupi?
Jawabannya, antara pusar sampai lutut, itu minimal.
Sekarang para pemain bola, apa menutup aurat atau tidak?
Kostum resminya tidak menutup aurat. Berarti apa?
Inilah yang saya katakan sebagai kalah dalam perang peradaban, kalah dalam perang pemikiran, kalah dalam perang budaya.
Yang jadi masalah suporternya, pendukung-pendukungnya, penonton-penontonnya ramai apa tidak?
Kalau ada klub bola main, apalagi final, misalnya final Indonesia lawan Malaysia, saya sebagai orang Indonesia, dan kalian wahai warga Malaysia, kira-kira yang menonton ramai atau tidak?
Baik yang menonton langsung di lapangan atau yang menonton di televisi, tentunya sangat ramai. Bahkan hampir para lelaki seluruh negeri ikut menontonnya
Kalian orang-orang Malaysia akan berteriak mengatakan: “Hidup Malaysia, menang Malaysia”.
Saya sebagai orang Indonesia juga mengatakn: “Hidup Indonesia menang Indonesia”.
Cuma, kira-kira apa ada di antara kita yang berpikir saat itu, lihat pakaian para pemain klub Indonesia dan para pemain klub Malaysia, ternyata semuanya membuka aurat.
Kalau dilihat berdosa, baik yang melihat sesama lelaki apalagi jika yang lihat itu perempuan, dosa atau tidak?
Jadi waktu ada permainan bola itu, maka banyak umat Islam yang lupa hukum Fiqih.
Suporternya juga lupa penontonnya lupa kalau itu sebenarnya telah melanggar aturan agama.
Perang semacam contoh di atas ini, hakekatnya adalah perang melawan orang-orang kafir, namun tanpa menggunakan senjata tajam, atau senapan, mobil tank, pesawat tempur, bom atom, peluruh kendali, dan sebagainya.
Tapi perang ini cukup 'mematikan' akhlaq serta martabat dan peradaban umat Islam, bahkan korbannya hampir merata di seluruh dunia Islam.