Mengenang Invasi Turki ke Cyprus 20 Juli – 18 Agustus 1974
Kamis, 30 Juli 2020
Faktakini.net
Sahabat Erdogan
Mengenang Invasi Turki ke Cyprus 20 July – 18 Agustus 1974.
Invasi Turki ke Cyprus (Siprus) bertujuan menyelamatkan setengah penduduk Cyprus Muslim etnis Turki sisa-sisa dari penduduk Khilafah Utsmaniyyah di Cyprus saat pulau tersebut mulai dikuasai dengan kekerasan dan pembasmian etnis oleh kaum Nasionalis Yunani. Perlu diketahui etnis Turki dan etnis Yunani telah hidup berdampingan sejak lama dari era Utsmaniyyah di Siprus. Pada awalnya telah terjadi Kudeta pada pemerintahan Cyprus yang diperintahkan oleh Junta militer di Yunani dan dilakukan oleh Garda Nasional Siprus bersama dengan milisi nasionalis Yunani EOKA-B. Kudeta Itu menggulingkan presiden Siprus Uskup Agung Makarios III dan menaikan Nikos Sampson. Tujuan kudeta adalah persatuan (enosis) Siprus dengan Yunani, dan menyatakan Republik Hellenic (Yunani) Siprus.
Banyak kekejaman terhadap komunitas Siprus Turki dilakukan sebelum invasi pulau. Dalam pembantaian Maratha, Santalaris dan Aloda oleh milisi Nasionalis Yunani EOKA B, 126 orang terbunuh pada 14 Agustus 1974. PBB menggambarkan pembantaian itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan mengatakan "merupakan kejahatan lebih lanjut terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Yunani dan Siprus. " Dalam pembantaian Tochni, 85 penduduk Turki dibantai.
Koran The Washington Post saat itu meliput berita kekejaman lain di mana tertulis bahwa: "Dalam serangan Yunani di sebuah desa kecil Turki dekat Limassol, 36 orang dari populasi 200 orang terbunuh. Orang-orang Yunani mengatakan bahwa mereka telah diberi perintah untuk membunuh penduduk desa-desa Turki sebelum pasukan Turki tiba. "
Di Limassol, setelah jatuhnya kantong Siprus Turki ke Garda Nasional Siprus Yunani, wilayah Siprus Turki dibakar, para wanita diperkosa dan anak-anak ditembak sesuai dengan catatan saksi mata Siprus Turki dan saksi mata Siprus Yunani. Perkosaan itu dilaporkan termasuk "gadis-gadis yang sangat muda", yang dibawa pulang ke rumah setelah diperkosa dan "dilempar melewati ambang pintu." 1300 orang kemudian dibawa ke kamp penjara. Kantung etnis Turki di Famagusta menjadi sasaran penembakan dan kota Lefka di Siprus Turki diduduki oleh pasukan Siprus Yunani
Pada Juli 1974, pasukan Turki menyerbu dan merebut 3% pulau dengan aksi pendaratan laut dari kapal perang Turki yang dilindungi jet tempur dengan nama sandi Operasi Atilla sebelum gencatan senjata diumumkan. Junta militer Yunani runtuh dan digantikan oleh pemerintahan yang demokratis. Pada bulan Agustus 1974 invasi Turki lainnya melalui aksi terjun payung menghasilkan perebutan sekitar 37% dari pulau itu. Uniknya dalam gelombang kedua penyerbuan ke Siprus tersebut untuk mengelabui para agen rahasia musuh dan penyadapan telepon Hasil rapat komando yang dilaporkan kepada Perdana Menteri Turki di rahasiakan dengan memberi kode dimulainya serangan invasi dengan sandi kode "Ayşe Tatile Çıksın" (Aisyah akan pergi Liburan). Menteri Luar Negeri Turki Turan Güneş telah mengatakan kepada Perdana Menteri Bülent Ecevit saat itu, "Ketika saya mengatakan 'Ayşe (Aisyah) akan pergi berlibur' (bahasa Turki:" Ayşe Tatile Çıksın "), itu akan berarti bahwa angkatan bersenjata kita siap untuk pergi ke dalam tindakan. Bahkan jika saluran telepon disadap, itu tidak akan membangkitkan kecurigaan". Ayşe adalah putri Turan Güneş, nama lengkapnya Ayşe Güneş Ayata. Satu setengah jam setelah konferensi bubar, Turan Güneş menelepon Ecevit dan mengucapkan frasa kode.
Setelah gencatan senjata pada Agustus 1974. sebanyak 40.000 pasukan Turki ditempatkan di pulau tersebut untuk menjaga penduduk Turki Siprus. Sementara Tentara Inggris mendirikan markas mereka di Siprus bagian Yunani. Secara de Facto Siprus telah terbagi dua antara etnik Yunani dan etnik Turki yang kemudian mendirikan negara Republik Siprus Utara TRNC (Etnis Turki) sampai era sekarang ini.
Selama negoisasi yang berjalan sampai saat ini untuk menyatukan kembali Siprus Keputusan Dewan Keamanan PBB untuk penarikan segera tanpa syarat semua pasukan asing dari tanah Siprus dan pengembalian pengungsi yang aman ke rumah mereka belum diimplementasikan oleh Turki dan TRNC. Turki dan TRNC mempertahankan posisi mereka, dengan menyatakan bahwa penarikan diri semacam itu akan mengarah pada dimulainya kembali pertempuran dan pembunuhan antar-komunal.
Embargo senjata Amerika Serikat kepada Turki
Setelah permusuhan tahun 1974, Amerika Serikat menerapkan embargo senjata kepada Turki. EmbargoAS pada Turki dicabut setelah tiga tahun oleh Presiden AS saat itu Jimmy Carter, Namun keputusan Amerika itu bisa dibilang telah terlambat karena sejak itu Turki mulai berniat mengembangkan sendiri industri Pertahananya dengan berdirinya Perusahaan Negara di bidang industri militer ASELSAN tahun 1975 yang kemudian menjadi salah satu Perusahaan dunia dalam industri Pertahanan saat ini di Era kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan yang kemudian diikuti oleh kemunculan perusahaan Industri dalam negeri lainnya. - Disadur dari Wikipedia
Faktakini.net
Sahabat Erdogan
Mengenang Invasi Turki ke Cyprus 20 July – 18 Agustus 1974.
Invasi Turki ke Cyprus (Siprus) bertujuan menyelamatkan setengah penduduk Cyprus Muslim etnis Turki sisa-sisa dari penduduk Khilafah Utsmaniyyah di Cyprus saat pulau tersebut mulai dikuasai dengan kekerasan dan pembasmian etnis oleh kaum Nasionalis Yunani. Perlu diketahui etnis Turki dan etnis Yunani telah hidup berdampingan sejak lama dari era Utsmaniyyah di Siprus. Pada awalnya telah terjadi Kudeta pada pemerintahan Cyprus yang diperintahkan oleh Junta militer di Yunani dan dilakukan oleh Garda Nasional Siprus bersama dengan milisi nasionalis Yunani EOKA-B. Kudeta Itu menggulingkan presiden Siprus Uskup Agung Makarios III dan menaikan Nikos Sampson. Tujuan kudeta adalah persatuan (enosis) Siprus dengan Yunani, dan menyatakan Republik Hellenic (Yunani) Siprus.
Banyak kekejaman terhadap komunitas Siprus Turki dilakukan sebelum invasi pulau. Dalam pembantaian Maratha, Santalaris dan Aloda oleh milisi Nasionalis Yunani EOKA B, 126 orang terbunuh pada 14 Agustus 1974. PBB menggambarkan pembantaian itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan mengatakan "merupakan kejahatan lebih lanjut terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Yunani dan Siprus. " Dalam pembantaian Tochni, 85 penduduk Turki dibantai.
Koran The Washington Post saat itu meliput berita kekejaman lain di mana tertulis bahwa: "Dalam serangan Yunani di sebuah desa kecil Turki dekat Limassol, 36 orang dari populasi 200 orang terbunuh. Orang-orang Yunani mengatakan bahwa mereka telah diberi perintah untuk membunuh penduduk desa-desa Turki sebelum pasukan Turki tiba. "
Di Limassol, setelah jatuhnya kantong Siprus Turki ke Garda Nasional Siprus Yunani, wilayah Siprus Turki dibakar, para wanita diperkosa dan anak-anak ditembak sesuai dengan catatan saksi mata Siprus Turki dan saksi mata Siprus Yunani. Perkosaan itu dilaporkan termasuk "gadis-gadis yang sangat muda", yang dibawa pulang ke rumah setelah diperkosa dan "dilempar melewati ambang pintu." 1300 orang kemudian dibawa ke kamp penjara. Kantung etnis Turki di Famagusta menjadi sasaran penembakan dan kota Lefka di Siprus Turki diduduki oleh pasukan Siprus Yunani
Pada Juli 1974, pasukan Turki menyerbu dan merebut 3% pulau dengan aksi pendaratan laut dari kapal perang Turki yang dilindungi jet tempur dengan nama sandi Operasi Atilla sebelum gencatan senjata diumumkan. Junta militer Yunani runtuh dan digantikan oleh pemerintahan yang demokratis. Pada bulan Agustus 1974 invasi Turki lainnya melalui aksi terjun payung menghasilkan perebutan sekitar 37% dari pulau itu. Uniknya dalam gelombang kedua penyerbuan ke Siprus tersebut untuk mengelabui para agen rahasia musuh dan penyadapan telepon Hasil rapat komando yang dilaporkan kepada Perdana Menteri Turki di rahasiakan dengan memberi kode dimulainya serangan invasi dengan sandi kode "Ayşe Tatile Çıksın" (Aisyah akan pergi Liburan). Menteri Luar Negeri Turki Turan Güneş telah mengatakan kepada Perdana Menteri Bülent Ecevit saat itu, "Ketika saya mengatakan 'Ayşe (Aisyah) akan pergi berlibur' (bahasa Turki:" Ayşe Tatile Çıksın "), itu akan berarti bahwa angkatan bersenjata kita siap untuk pergi ke dalam tindakan. Bahkan jika saluran telepon disadap, itu tidak akan membangkitkan kecurigaan". Ayşe adalah putri Turan Güneş, nama lengkapnya Ayşe Güneş Ayata. Satu setengah jam setelah konferensi bubar, Turan Güneş menelepon Ecevit dan mengucapkan frasa kode.
Setelah gencatan senjata pada Agustus 1974. sebanyak 40.000 pasukan Turki ditempatkan di pulau tersebut untuk menjaga penduduk Turki Siprus. Sementara Tentara Inggris mendirikan markas mereka di Siprus bagian Yunani. Secara de Facto Siprus telah terbagi dua antara etnik Yunani dan etnik Turki yang kemudian mendirikan negara Republik Siprus Utara TRNC (Etnis Turki) sampai era sekarang ini.
Selama negoisasi yang berjalan sampai saat ini untuk menyatukan kembali Siprus Keputusan Dewan Keamanan PBB untuk penarikan segera tanpa syarat semua pasukan asing dari tanah Siprus dan pengembalian pengungsi yang aman ke rumah mereka belum diimplementasikan oleh Turki dan TRNC. Turki dan TRNC mempertahankan posisi mereka, dengan menyatakan bahwa penarikan diri semacam itu akan mengarah pada dimulainya kembali pertempuran dan pembunuhan antar-komunal.
Embargo senjata Amerika Serikat kepada Turki
Setelah permusuhan tahun 1974, Amerika Serikat menerapkan embargo senjata kepada Turki. EmbargoAS pada Turki dicabut setelah tiga tahun oleh Presiden AS saat itu Jimmy Carter, Namun keputusan Amerika itu bisa dibilang telah terlambat karena sejak itu Turki mulai berniat mengembangkan sendiri industri Pertahananya dengan berdirinya Perusahaan Negara di bidang industri militer ASELSAN tahun 1975 yang kemudian menjadi salah satu Perusahaan dunia dalam industri Pertahanan saat ini di Era kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan yang kemudian diikuti oleh kemunculan perusahaan Industri dalam negeri lainnya. - Disadur dari Wikipedia