Berusaha Tutupi Kasus Besar Komplotannya, Ruhut Sebar Hoax Dan Fitnah Anies?
Sabtu, 1 Agustus 2020
Faktakini.net
Berusaha Menutupi "Kasus Besar", Ruhut Sitompul Kok Fitnah Anies?
Politisi PDIP Ruhut Sitompul membuat pernyataan bernada fitnah ke Gubernur Anies Baswedan. Dilansir tagar.id Ruhut si Poltak atau yang yang sering juga disebut kutu loncat karena kerap berpindah partai ini menyebar hoax bahwa ada keluarga Gubernur Anies terlibat dalam Formula E. Dia mengatakan hal itu dengan merujuk pada dana Commitment Fee yang telah disetorkan oleh Pemprov DKI kepada penyelenggara balap mobil listrik.
"Ada juga sih pengusaha yang mengompori, kebetulan yang dekat sama dia, keluarganya ya.Saya tahu lah anak muda yang di belakangnya itu. Tapi tidak enak saya angkat di sini," fitnah Ruhut Sitompul kepada Anies di kanal YouTube Tagar TV yang diunggah Minggu, 26 Juli 2020.
Padahal jika memang benar, Ruhut Poltak harusnya mengatakan siapa keluarga Gubernur Anies yang dia sebut ikut dalam pengerjaan event Formula E itu. Jika tidak disebut, sudah jelas motifnya hanya menyebar hoax dan fitnah, untuk menjatuhkan kredibilitas sang Gubernur di mata masyarakat. Tapi nyatanya dia hanya berdalih saja.
"Pengusaha itu saya tahu, tapi saya tidak bisa bilang lah. Saya tahu di belakangnya, mau enggak ganti? Tapi nanti kalau memang bermasalah, saya akan bilang juga pengusahanya, enggak ada urusan. Cepat ambil, lama-lama hangus nanti itu APBD uang rakyat," fitnahnya lagi.
Faktanya dana Commitment Fee tersebut tidak akan hangus. Karena penundaan terjadi akibat force majure, dan akan tetap menjadi hak Pemprov DKI untuk penyelenggaraan di tahun-tahun berikutnya.
Sebagaimana diketahui oleh publik, penyelenggara sudah menerima Commitment Fee dalam hal ini Formula E Operations (FEO) selaku promotor yang memegang lisensi ABB FIA Formula E Championship. Banyak liputan media, dana tersebut sudah dijelaskan dengan transparan.
Tidak ada yang ditutupi karena secara internasional semua negara yang turut menyelenggarakan memang harus membayar sejumlah Commitment Fee pada promotor, agar ajang balap bisa dilaksanakan. Sesuatu yang amat wajar.
Namun terjadi force majure atau peristiwa luar biasa yang tak diduga, yaitu Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Sehingga penyelenggaraan balap Formula E yang seharusnya dilaksanakan di Jakarta pada Juni 2020 harus ditunda ke tahun 2021.
Dana Commitment Fee ini lah yang dimanfaatkan orang yang menganggap Anies sebagai lawan politik, untuk dijadikan bahan fitnah. Akibat adanya penundaan mereka mendesak uang yang telah dibayarkan tersebut ditarik dari promotor.
Seperti di katakan di atas, commitment fee harus dibayar sebagai biaya lisensi Jakarta sebagai tuan rumah formula E musim 2020/2021. Jakarta sendiri sudah berkontrak menjadi tuan rumah Formula E sampai lima musim ke depan.
Untuk musim 2020/2021, DKI sudah menyetorkan uang sebesar 20 juta poundsterling atau setara dengan Rp 345,9 miliar. Lalu musim 2021/2020 sudah membayar setengahnya, yakni sebanyak 11 juta poundsterling atau Rp Rp 207,69 miliar.
Sementara tiga musim selanjutnya, DKI belum menyetorkan uang commitment fee.
Direktur Operasional PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku penyelenggara Formula E Jakarta, Muhammad Taufiqurrachman mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan Formula E Operations (FEO) selaku promotor dan pemegang lisensi ABB FIA Formula E Championship soal commitment fee ini.
Ia mengatakan hasil diskusinya adalah mengalihkan uang commitment fee musim 2020/2021 ke 2021/2022. Karena itu uangnya dianggap tidak hangus.
"Akhirnya setelah beberapa kali komunikasi mereka menyepakati bahwa 2020 eventnya ditunda kemudian untuk commitment fee ini akan didedikasikan untuk penyelenggaraan 2021. Jadi uang commitment fee tidak hilang," ujar Taufiqurrachman di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (16/6/2020) lalu seperti dilansir suara.com.
Jadi apa yang dikatakan oleh Ruhut Poltak bahwa uang tersebut hangus adalah informasi hoax. Sangat terlihat jelas politisi ini hanya menebar informasi tidak benar dan cenderung fitnah. Sangat menyesatkan masyarakat.
Mulut Ruhut digunakan hanya untuk membuat gaduh dan memecah konsentrasi masyarakat terhadap isu-isu besar yang saat ini jadi perhatian seperti: Politik Dinasti, Kasus Djoko Tjandra, Jiwa Sraya yang makin tenggelam dan masih banyak isu bobrok lainnya yang mungkin menurut mereka harus ditutupi dengan cara menyerang Anies Baswedan dengan popularitas tinggi sehingga mudah mendapatkan perhatian.
Badrowi Irsan, Netizen.