Direktur RCUS: Penggusuran Kampung Akuarium Oleh Ahok Kebijakan Bodoh



Kamis, 27 Agustus 2020

Faktakini.net

Pembangunan Kampung Susun Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara seharusnya menjadi pembelajaran agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak lagi melakukan penggusuran dan memaksa warga untuk tinggal di rumah susun sewa (rusunawa).

Hal itu dikatakan Elisa Sutanudjaja, Direktur Rujak Center for Urban Studies (RCUS), dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (25/8/2020).

Menurut Elisa, kebijakan penggusuran dan memindahkan warga ke Rusunawa merupakan kebijakan yang gagal.

"Tidak ada satupun Rusunawa yang berhasil, tidak ada riset yang menyatakan Rusunawa berhasil," kata Elisa sebagaimana dilansir dari CNN.com, Selasa (25/8).

Sejak Kampung Akuarium digusur pada April 2016 silam, Elisa menyebut banyak warga yang terpaksa pindah ke Rusunawa. Namun, lanjut Elisa, warga yang pindah malah mengalami kesulitan.

Elisa menyebut, saat ini tunggakan rusunawa di Jakarta setiap tahun naik.

"Tunggakan pemeliharaan Rusunawa itu naik tiap tahun. Jadi praktik itu harus segera dihentikan dan harus dicari solusi yang baru," ujarnya.

Menurutnya lagi, kebijakan Ahok adalah kebijakan bodoh yang tidak perlu diulangi lagi di masa mendatang.

"Jangan sampai ulangi kebijakan bodoh yang salah. Kalau penggusuran salah jangan diulangi lagi, kalau rusunawa salah jangan diulangi lagi," kata Elisa menambahkan.

RCUS pun mendorong agar nantinya Kampung Susun Akuarium dikelola oleh warga. Pengelolaan oleh warga bisa dilakukan melalui koperasi.

"Ini langsung pada masyarakat yang manfaatnya juga dijaga oleh masyarakat. Ini didorong karena kita tahu kebijakan Rusunawa di DKI sangat gagal," tuturnya.

Kalau dipikir memang wajar kalau kebijakan Ahok disebut bodoh, karena sebagai Komisaris Utama Pertamina yang digadang-gadang bakal moncer, di tengah kondisi minyak dunia yang turun saja dia tidak bisa membuat harga BBM Indonesia turun, keluar dari daftar 500 Fortune, dan sekarang malah rugi Rp 11 T.

Hanya besar mulut saja terutama pendukungnya yang susah move on dari Pilkada DKI 2017.

Oleh: Amri M. Slamet, Netizen