Facebook Ikut Berpolitik?



Selasa, 11 Agustus 2020

Faktakini.net

FACEBOOK IKUT BERPOLITIK ?.

Facebook memiliki standard subyektivitas tersendiri dalam membuat kebijakan.

Artinya itu dapat ditafsirkan bahwa facebook ingin mengatakan, jika mereka partisan, rasis, membenci golongan atau kelompok tertentu, mereka membenci umat Islam, mereka membenci ulama tertentu, mereka BERHAK untuk melakukan BREDEL sesuka hati.

Bahkan untuk lolos dari gugatan hukum pihak-pihak yang merasa terdzalimi hak-haknya karena telah diperlakukan tidak adil, facebook membuat celah berlindung dengan  berpura-pura memberikan ruang kepada pemilik akun untuk seolah-olah menyatakan BANDING, yakni pernyataan tidak setuju.

Padahal ini justru menunjukan bahwa facebook memiliki standar berlipat ganda dalam menonjolkan kebijakan dan sikap yang kental dengan kebencian, rasis dan lebih berbahayanya lagi adalah facebook patut diduga telah ikut BERPOLITIK.

Jika itu benar, maka aneh betul prilaku aplikasi penyedia ruang publik ini. Mereka yang seharusnya independen ini ternyata justru bermain api dengan ikut-ikutan berpolitik dengan menjadi ALAT POLITIK bagi sebuah kekuatan politik.

Seharusnya umat Islam, FPI, atau lembaga-lembaga Islam lainnya yang merasa ketidak benaran kebijakan media masa sosial ini bisa melakukan gugatan class action kepada facebook lewat jalur konstitusi.

Facebook ini sejatinya adalah entitas asing (sekalipun mereka membuka representatif lokal di indonesia). Ketika ada pihak asing yang melakukan kegiatan politik di lndonesia, apakah dalam bentuk propaganda, sponsor, dsbnya, maka patut diduga adanya kekuatan asing yang sedang bermanuver dan melakukan intervensi dalam politik Indonesia.  Dan itu perlu diambil tindakan hukum.

Okelah jika hari ini mereka telah berlaku busuk terhadap umat Islam dan ulamanya, tapi ingat, bandul waktu terus berayun, roda waktu terus bergerak. Tak ada kekuasaan yang abadi, suatu saat kekuasaan akan berganti pada pundak mana ia akan bertampuk.

Kita hari ini cukup sekedar tau dan sadar saja, bahwa ternyata benar ada kekuasaan pembenci ulama yang saat ini telah keluar dari akarnya dan membelit kebanyak instalasi instansi, birokrasi, media, budaya, hukum, pendidikan dan bahkan instalasi keagamaan itu sendiri.

Waspadalah .. waspadalah ..!!!.

Salam sehat,
Nazlira Vardha
(Nadya Valose)

...
...
Narasi postingan :

INI BUKAN SOAL HRS.

Subyektifitas facebook sebagai penyedia aplikasi sosial media telah menembus batas logika dan etika moral sebuah penyelenggara ruang opini publik.

Dalam menyampaikan opini politik, saya nyaris tidak pernah mengutip postingan orang lain, tapi kekerdilan moralitas para operator Facebook menembus pula ego dan idealisme saya untuk harus mengutip postingan Legisan S Samtafsir si penulis artikel yang diberangus Facebook ini.

Bagi saya, ini bentuk solidaritas dan perlawanan sesama penulis atas ketidak adilan Facebook dalam menjalankan kegiatannya di Indonesia.  Facebook harus tau bahwa mereka diterima disini karena berdaulatnya rakyat negeri ini, bukan kekuasaan rezim semata.

Berikut tulisan yang dihapus Facebook setelah ribuan kali dishare hanya dalam tempo 2 jam setelah dipublikasikan. Terima kasih pula untuk bang Ariadi Adi yang selalu setia berbagi selama ini.

EFEKTIF, RESONAN, BERPENGARUH
Oleh Legisan S Samtafsir

Foto di bawah ini mengandung makna yg luar biasa. Uupss...., saya tidak sedang berbicara mengenai HRS. Saya bicara mengenai seorang leader. Foto ini berbicara tentang efektifitas, resonansi dan influence. Ketiganya lengkap pada HRS. Jarang sekali pemimpin sampai begitu powerfull.

Bisa dibayangkan, jauhnya jarak beliau dengan pengikutnya, 7.911 km, 9 jam dengan pesawat, tapi pengaruh beliau tak berkurang. 1 posternya dibakar 1000 poster baru diberdirikan oleh pengikutnya.

Di tengah tekanan penguasa, di tengah fitnah yg terus disebarkan, di tengah himpitan kesulitan krisis, tapi soliditas konstituennya semakin kuat. Gerakan amar makruf nahi mungkarnya gak berkurang; gerakan dakwahnya terus berjalan; aktivitas bantuan sosialnya terus mengalir. Lihat... efektif sekali.

Apakah konstituennya minta gaji ? TIDAK.
Apakah pengikutnya minta jabatan? TIDAK.
Apakah pengikutnya minta harta, pangkat, rumah, mobil, uang? TIDAK.

Ini tuntunan sekaligus tontonan yg menarik, yg membuat kita semua bisa belajar, siapa sebenarnya leader itu.

Di sisi lain....
Banyak pemimpin mengeluh; anak buahnya brengsek, lamban, gak punya aura krisis, gak berprestasi, korupsi lagi. Padahal.... padahal gaji besar, fasilitas mewah, prestise tinggi, status sosial terhormat. Sang pemimpin terus mengeluh, menyalahkan sana sini, faktor global, eksternal, mengancam segera reshuffle, dan seabrek kekecewaan lain divideokan dan diunggah utk publik.

Saya katakan, yg seperti itu bukan pemimpin tapi pimpinan alias boneka. Dia penguasa tapi tidak berkuasa; ia leader tapi tidak leading; ia ruler tapi tidak ruling; ia pemerintah tapi tak kuat untuk memerintah.

Jadi siapa sebenarnya leader itu.?
Jawab saya, 'dia yg punya kekuatan influence, dia yg punya resonansi dan dia yg efektif, dia yg punya ikatan hati, moral dan spiritual dengan konstituennya, dia yg benar2 bertindak 'very low cost high impact'.

Dan akhirnya saya mengerti bahwa 'Leadership adalah hubungan'.

Seharusnya para pemimpin atau juga pimpinan di mana saja, bisa belajar dari foto tersebut.
Selamat belajar jadi pemimpin.
Terimakasih HRS....

Salam sehat,
Reposted,