Gubernur Anies: Dengan Kolaborasi, Jakarta Atasi Perubahan Iklim

Jum'at, 7 Agustus 2020

Faktakini.net

Dengan Kolaborasi, Jakarta Atasi Perubahan Iklim

Oleh Anies Baswedan
The Straita Times Singapura
6 Agustus 2020

Topik perubahan ikilm adalah masalah dunia, dimana skala serta dampaknya belum pernah terjadi sebelumnya. Kita semua bertanggung jawab. Di masa mendatang kita harus memastikan bahwa tindakan kita tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Waktu yang tepat untuk mengatasi semua itu adalah sekarang.

Di Jakarta, kami melewati perubahan iklim dengan sulit. Cuaca ekstrem dan banjir telah menjadi masalah abadi bagi Jakarta selama bertahun-tahun. Lalu musim kemarau yang lebih lama dari biasanya, kualitas udara menurun, perubahan iklim mengancam pasokan pangan, juga kenaikan permukaan laut semakin memburuk keadaan.

Perubahan iklim juga menimbulkan risiko sosial-ekonomi seperti gangguan pada kegiatan sekolah anak-anak karena banjir. Masalah seperti itu tidak mudah diprediksi, namun yang sangat penting adalah pembangunan jangka panjang dan kesejahteraan rakyat.

Jakarta adalah salah satu kota terbesar di Asia Tenggara, dengan 10 juta hingga 14 juta penduduk bepergian pada hari kerja biasa. Sebagai ibu kota Indonesia dan penyumbang ekonomi terbesar bangsa, tahun lalu Jakarta berkontribusi menyumbangkan 17 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

Hal ini memberikan harapan besar bagi Jakarta, karena kota-kota lain di Indonesia dan kawasan yang lebih luas memandangnya sebagai pusat kegiatan ekonomi.

RENCANA REGENERASI JAKARTA

Untuk mengatasi krisis iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah memperkenalkan Jakarta Regeneration Plan, serangkaian strategi aksi iklim kolaboratif yang dibangun atas upaya kolektif pemerintah, dunia usaha, organisasi nirlaba, dan masyarakat.

Rencana tersebut berupaya untuk mengubah infrastruktur dan kebijakan tata ruang kota yang berkelanjutan, dengan fokus pada sektor transportasi, yang berpotensi menyumbang lebih dari setengah emisi yang merusak iklim di Jakarta.

Pertama, rencana tersebut bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke pengembangan berorientasi transit (transit oriented development).

Yakni dengan bekerjasama dengan operator bus dan kereta api untuk memperluas dan mengintegrasikan semua moda transportasi umum ke dalam sistem Jak Lingko dengan satu tarif.

Hingga saat ini angkot dan bus yang melayani hingga satu juta penumpang setiap hari telah bergabung dalam sistem terintegrasi. Armada angkutan umum dan penumpang pun meningkat dua kali lipat sejak 2017, dan cakupan angkutan umum telah meningkat hingga sekitar 80 persen dari seluruh wilayah Jakarta.

Kedua, kami mengurangi waktu perjalanan dengan menyediakan perumahan vertikal yang lebih terjangkau di dekat pusat kota. Melalui skema Zero Down Payment (DP 0), kami memberikan insentif kepada pengembang swasta untuk membangun perumahan vertical yang terjangkau.

Hal ini berpotensi menggeser populasi pemukiman dari pinggiran kota lebih dekat ke pusat kota atau ke simpul transportasi umum, sehingga semakin mengurangi waktu tempuh dan ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Strategi ketiga adalah investasi dalam layanan dasar seperti akses ke air bersih dan fasilitas pengelolaan limbah.

Untuk mengurangi ketergantungan pada TPA Bantar Gebang yang sangat besar di Kabupaten Bekasi, kami mengurangi produksi sampah hingga 30 persen dan meningkatkan pengolahan sampah hingga 70 persen pada tahun 2025.

Melalui Gerakan Samtama (Joint Waste Responsibility), kami bekerja sama dengan pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan konsep "reduce, reuse, recycle" dalam mengelola sampah.

Rencana Regenerasi Jakarta juga mencakup pengembangan kampung. Kami telah memperkenalkan konsep Perencanaan Aksi Komunitas, dengan fokus pada bagaimana perencanaan dan pelaksanaan komunal dapat mempersiapkan para warga dalam mitigasi perubahan iklim.

Di Kelurahan Cipete Selatan Jakarta Selatan, misalnya, warga sudah bekerja sama sejak 2012 membangun 17 titik resapan sepanjang 50m di jalan atau di kawasan perumahan. Ini membantu mengurangi banjir tahun ini, dengan sumur resapan terhindar dari banjir yang melanda daerah Cipete sekitarnya.

LANGKAH SELANJUTNYA

Hingga saat ini, inisiatif Jakarta untuk perbaikan lingkungan telah menghasilkan bebarapa capaian positif.

Polusi udara telah menunjukkan penurunan di level PM2.5, berkurang 21,9 persen sejak 2017. Prestasi ini dengan bangga dirayakan oleh warga Jakarta melalui unggahan media sosial dengan tagar #JakartaLangitBiru yang populer. Upaya kota ini juga disambut oleh pemerintah pusat.

Keberhasilan rencana ini tentu bukan melalui upaya tunggal pemerintah Jakarta. Selama dua tahun terakhir, Pemprov DKI telah berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemerintah pusat, akademisi dan organisasi lingkungan seperti C40 Cities, WRI Indonesia, Institute for Transportation and Development Policy, Vital Strategies dan ICLEI - Local Government for Sustainability, dan lainnya.

Tetapi pekerjaan ini masih jauh dari selesai - masih banyak yang harus dilakukan, dan upaya kita harus terus berlanjut. Jakarta telah berkomitmen pada Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat C di level pra-industri.

Ini tentu membutuhkan sumber daya dan upaya yang cukup besar, terpadu dan berkelanjutan untuk mewujudkan tujuan Perjanjian Paris di masa mendatang.

Perubahan iklim merupakan tantangan eksistensial global yang mempengaruhi seluruh kota, baik itu besar ataupun kecil. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak.

Lebih lanjut, Jakarta dan kota-kota lain di seluruh dunia harus bekerjasama untuk menghadapi ancaman yang mendesak ini dan membangun lingkungan yang layak huni, berkelanjutan, dan sehat.

Mari kita bergandengan tangan untuk mencapai target penurunan emisi karbon secara global.

• Anies Baswedan adalah Gubernur Jakarta.

Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam majalah Urban Solutions edisi Juli 2020 (www.go.gov.sg/urbsol17), sebuah publikasi oleh Center for Liveable Cities (www.clc.gov.sg), di bawah Kementerian Pembangunan Nasional Singapura. .