Luruskan Toa Bukan untuk Banjir, Gubernur Anies Ingatkan Jajarannya Siapkan Sistem Peringatan Dini

Ahad, 9 Agustus 2020

Faktakini.net, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan masukan penting terkait sistem peringatan dini (early warning system/EWSterhadap) banjir di Jakarta. Menurutnya, yang dimaksud sistem adalah ketika tiap SKPD di Jakarta sudah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika ada peringatan banjir.

"Sistem itu kira-kira begini, kejadian di Katulampa (tinggi) air sekian, keluarlah operasionalnya. Dari Dishub, Dinas Kesehatan, MRT, Satpol, seluruhnya itu tahu wilayah mana yang punya risiko.

Jadi, sebelum kejadian kita sudah siap," kata Gubernur Anies saat rapat bersama para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang membahas tentang pengendalian banjir yang diunggah di akun Youtube Pemprov DKI.

Dalam video tersebut dapat dilihat bahwa Gubernur Anies Baswedan menyinggung penggunaan toa sebagai bagian dari sistem peringatan dini terhadap banjir di Jakarta.

Hal ini karena dalam salah satu slide presentasi mengenai disaster warning system terdapat gambar toa atau pengeras suara.

Gubernur pun menjelaskan bahwa toa bukan bagian dari DWS, melainkan sebuah alat saja, bukan sistem.

"Ini bukan early warning system, ini toa, ini toa. This is not a system," ucap Gubernur Anies dalam video yang diunggah Kamis (6/8/2020).

Lebih lanjut, Gubernur menyayangkan perangkat daerah justru sering kaget ketika Jakarta dilanda banjir. Padahal seharusnya sudah tahu dan punya cara apa yang harus dilakukan.

"Hari ini kalau kejadian kita kedandapan (kaget) terus, seakan-akan ini banjir pertama. Dan tanah ini sudah puluhan tahun kena banjir," kata dia.

Gubernur menyebutkan Jakarta harus benar-benar membuat sistem peringatan banjir. Ia mengatakan bahwa toa awalnya merupakan alat yang dihibahkan dari Jepang namun kemudian justru jumlahnya ditambahkan.

Menurutnya, alat toa digunakan Jepang sebagai peringatan dini tsunami karena harus berfungsi dengan cepat, bukan untuk banjir.

Gubernur menjelaskan, banjir di Jakarta biasanya memiliki rentang waktu yang cukup lama dari peringatan hingga kejadian. Oleh karena itu, menurut dia toa tidak terlalu dibutuhkan untuk peringatan dini.

"Kalau banjir kira-kira antara peringatan dan kejadian berapa menit? Lama. Lah kenapa pakai alat begini? Ini dipakai karena tsunami," lanjut Anies.

Gubernur juga menyebutkan bahwa sebelum ada sistem peringatan lainnya maka Pemprov DKI bisa manfaatkan toa masjid maupun WhatsApp. Karena jarak waktu datangnya banjir di Jakarta bisa diprediksi dari pintu air Katulampa Bogor.

"Kalau Katulampa sampai Jakarta berapa jam? Bisa diberi tahu pakai apa? Lah iya segala macam bisa. Perlu pengadaan? Enggak perlu. Semua masjid bisa dipakai, semua WhatsApp bisa," tutupnya.

Menurut dia, pemakaian toa akan efektif untuk kebutuhan peringatan dini yang cepat seperti tsunami, bukan banjir. Dia pun berpesan kepada jajarannya untuk tidak lagi membeli toa.

"Jangan diteruskan belanja ini," kata dia.

Gubernur Anies Baswedan memang pemimpin yang cermat. Setelah melakukan observasi, dan mengevaluasi kerja jajarannya maka ia akan menemukan sebuah solusi yang diharapkan lebih efektif dari segi penggunaan dan efisien dari sisi biaya.

Oleh karena itu Ia tidak ingin ada pemborosan dalam pengadaan sistem peringatan dini banjir berupa alat toa, karena alat tersebut lebih cocok untuk tsunami yang memerlukan jeda waktu lebih cepat, bukan untuk peringatan banjir yang memiliki jeda waktu lebih lama dari peringatan ke kejadian.

Salut! Gubernur Anies tidak sungkan menegur dan memberikan masukan agar jajarannya bekerja lebih baik lagi dalam melayani masyarakat.

Oleh Hendra Rusman, Netizen