MPUI-I Gelar Dialog Bertema Menuju Indonesia Menjadi 10 Besar Negara Terkuat Di Dunia
Selasa, 11 Agustus 2020
Faktakini.net, Jakarta - Majelis Permusyawaratan Umat Islam Indonesia (MPUI-I) menggelar Dialog dengan tema “Arus Perubahan Menuju Indonesia Menjadi Sepuluh Besar Negara Terkuat di Dunia bersama MPUI-I dan Tokoh Jabar” Di Aula Masjid Istiqomah Bandung. Ahad, 9 Agustus 2020.
Dalam sesi wawancara, Jubir MPUI-I Ustadz Asep Syaripudin menjelaskan bahwa tema ini dimaksudkan bahwa pentingnya merencanakan gagasan besar tentang bagaimana Indonesia kedepan. “Ini akan kita breakdown dengan menjadikan masjid sebagai pusat pergerakannya,” terangnya pada suaraummat.net.
Jika ingin Indonesia besar, lanjut ustadz Asep, kalau masyarakatnya kuat. Dan pembinaan masyarakat berbasis di Masjid. Ia mencontohkan Turki sebagai negara yang berhasil melakukan itu. “Insya Allah kita akan studi banding ke Sana,” tandasnya.
Hadir tokoh pengurus harian MPUI-I yang menjadi narasumber, antara lain : Dr. Abdullah Hehamahua, SH. MM (Ketua Bidang Politik, Hukum dan Pemerintahan MPU-II). Prof. Daniel Rasyid, Ph. D. (Ketua Bidang Pendidikan dan Da’wah MPUI-I). Dr. Irfianda Abidin, SE, MM Datuk Penghulu Basa (Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat MPUI-I). Ust. Mochammad Achwan (Ketua Bidang Bela Agama, Bangsa dan Negara MPUI-I). Bambang Setyo Supriyadi M.Sc (Sekertaris Utama MPUI-I).
Senada dengan Ustadz Asep, dalam paparannya salah satu pembicara Dr. Irfianda Abidin mengatakan Indonesia jika ingin menjadi negara besar adalah Pertama, menguasai politik. Kedua, Sistem dan kelembagaan, ketiga, NKRI bisa menjadi kuat ekonomi karena letak Indonesia yang strategis.
Jika Sistem kekuatan politik tidak dikuasai umat Islam maka gerakan ekonomi umat masih pada skala lokal. “Kuat ekonominya, maju di dalam politik. Jika tidak, maka pengusaha lokal hanya pada skala kecil,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Abdullah Hehamahua melihat Indonesia bisa kuat, jika ada menerapkan 3 aspek Ideologi dalam Islam yang berbentuk segitiga. Paling atas adalah pendidikan, kanan bawah politik dan kiri bawah adalah ekonomi.
Dalam ekonomi ia menyinggung 5,23 minus. jadi perlu mengkorversi uang dari bank konvensional menjadi emas dan sewa brangkas di Bank Syariah.
Dari sisi Pendidikan, Prof. Daniel Rasyid mengatakan bahwa sejak orde baru ada penanaman modal asing yang mensyaratkan buruh dan digunakan sistem sekolahan. Umat Islam sebelum proklamasi mayoritas secara ekonomi politik. Sejak Proklamasi, peran raja dikecilkan dan dikuasi partai tunduk pada sistem.
Pandemi ini, menurut Prof. Daniel, membuka kepalsuan-kepalsuan. “Sekarang schooling itu industri yang menciptakan buruh,” katanya.
Pembicara lain Ust. Mochammad Achwan menambahkan bahwa umat Islam Perlu melakukan gerakan perubahan ke dalam. Para Tokoh perlu menggerakkan umat untuk sadar atas keadaan yang krisis seperti ini.
MPUI-I mencoba melakukan gerakan struktural dan gerakan kepemimpinan umat. “Kita harus merubah cara ukhuwah kita. Bagaimana kita bisa tidak konsisten,” katanya.
Bambang Setyo Supriyadi sebagai pembicara terakhir mempertegas bahwa Arahan MPUI-I tentang penyelenggaraan kenegaraan dan menerapkan kembali UUD 1945. Kemudian menghormati aspirasi sebagian masyarakat untuk pemegang kekuasaan untuk mengundurkan diri.
Jika kita mau jadi 10 besar negara kuat, lanjut Bambang, pintu masuknya adalah kembali ke posisi awal sebelum tersesat jauh. Yaitu memegang teguh Pancasila 18 Agustus sesuai dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Kembali pada ustadz Asep, acara Ini terkait juga dengan sosialisasi posisioning MPUI-I kepada segenal simpul-simpul umat berdasarkan teritorial. Indonesia ada 24 Provinsi, provinsi yang penduduknya paling banyak itu Jawa Barat sekitar 50 juta orang.
“Ini adalah sosialisasi MPUI-I di Jawa Barat yang akan dilanjutkan dengan provinsi-provinsi yang lain,” pungkasnya.
Diakhir Acara, MPUI-I melalui ust. Achwan melaunching Gerakan Akselerasi Kemandirian umat. Dimana itu bagian dari implementasi arahan dari MPUI-I.(Aan).
Sumber: suaraummat.net