PA 212 Jawab Ucapan Jokowi Soal 'Jangan Ada Merasa Paling Agamis - Pancasilais'



Sabtu, 15 Agustus 2020

Faktakini.net, Jakarta - Persaudaraan Alumni (PA) 212 merespons pernyataan Jokowi yang minta agar tak ada kelompok yang merasa paling agamis dan Pancasilais.

"Bagi seorang muslim yang iman kuat pasti akan mengedepankan agama di atas segalanya. Yang harus diperhatikan serius oleh Jokowi itu justru yang ingin merubah Pancasila dengan Trisila atau Ekasila tapi merasa paling Pancasilais," demikian respons tegas Ketua Umum PA 212, KH Slamet Maarif kepada wartawan, Jumat (14/8/2020).

Kyai Slamet mengatakan demokrasi tidak boleh bertabrakan dengan nilai agama. Dia meminta agar tak ada pihak yang mengatasnamakan demokrasi lalu membuang nilai-nilai agama.

"Demokrasi tidak boleh bertabrakan dengan nilai agama. Jangan mengatasnamakan demokrasi untuk membuang nilai agama dari ketatanegaraan yang ada itu tak beda dengan komunis," katanya.

Lebih lanjut, Kyai Slamet mengatakan Islam mengajarkan soal toleransi. Salah satunya menghormati agama lain.

"Umat Islam jangan diajarkan soal toleransi karena faktanya di wilayah atau negara manapun yang Islam mayoritas pasti minoritas terlindungi sebaliknya di mana muslim minoritas di situ pula muslim tertindas. Islam sangat menghormati keyakinan umat agama lain tanpa menggadaikan aqidah," jelasnya.

"Toleransi pasti lah, dalam Islam dijunjung musyawarah sesuai dengan sila ke 4 Pancasila tuh," imbuhnya.

Sebelumnya Jokowi mengatakan demokrasi di Indonesia adalah menjamin kebebasan dan menghargai hak orang lain. Jokowi mengaku tidak ingin ada orang yang merasa paling agamis dan Pancasilais.

"Demokrasi memang menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri," Klaim Jokowi dalam sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD yang disiarkan saluran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (14/8/2020).

"Semua yang merasa paling benar dan memaksakan kehendak, itu hal yang biasanya tidak benar," sambungnya.

Ucapan ini dirasa cukup aneh karena pihak yang ingin mengubah Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila, memaksakan kalimat "Ketuhanan yang berkebudayaan dalam RUU HIP dan sebagainya justru dari PDIP, partai nya Jokowi sendiri dan parpol pendukung utama rezimnya.

Foto: KH Slamet Maarif

Sumber: detikcom