Terbongkar Sebagai Ketua Influencer Rezim, Yoshi Project Pop Dinilai Pemecah Persatuan NKRI
Ahad, 30 Agustus 2020
Faktakini.net, Jakarta - Nama salah seorang personel Project Pop tiba-tiba menjadi buah bibir setelah namanya disebut-sebut oleh Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi Dan Media sosial Henri Subiakto dalam acara Dua Sisi TVone, Kamis (27/8/2020) malam.
Hermann Josis Mokalu yang akrab disapa Yoshi Project Pop yang beragama Kristen itu disebut sebagai orang yang melatih para influencer pendukung pemerintah.
“… banyak masyarakat yang kita coba menjadi aktivis, kita dorong mereka menjadi influencer. Maka, program itu adalah program yang mendidik masyarakat. Dilakukan oleh sebuah organisas dimana ketuanya kebetulan seorang influencer juga,” kata Henri dalam acara yang juga menghadirkan Rocky Gerung dan Ali Mochtar Ngabalin itu.
Ketika Rocky bertanya siapa ketua influencer tersebut, Henri semula menolak menyebutkan, namun setelah presenter TVOne mendukung pertanyaan Rocky, Henri pun mengatakan begini:
“Ketuanya ketua Siberkreasi Yoshi Makolu dari Project Pop. Dia adalah ketua yang melatih yang namanya literacy kepada publik, kepada mahasiswa bagaimana menjadi influencer, karena influencer itu adalah rakyat, influencer adalah dia memiliki kreativitas, sehingga dia bisa mengomunikasikan yang baik, sehingga akhirnya dia bisa menjadi sebuah kekuatan… “
Secara sederhana, influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di masyarakat. Mereka bisa merupakan selebritis, blogger, youtuber, ataupun seorang public figure yang dianggap penting di komunitas tertentu. Umumnya, seorang influencer memiliki jutaan pengikut (follower) di media sosial.
Dengan kata lain, influencer adalah seseorang yang sudah terbentuk karena keahliannya dan telah memiliki reputasi.
Hal ini rupanya dipahami juga oleh netizen pemilik akun @KelanaJiwa3.
“Kok influencer DIBENTUK? Influencer itu orang yang sudah JADI karena memiliki keahlian dan reputasi tertentu, sehingga OMONGANNYA didengar dan dipercaya orang lain. Karena kemampuannya mempengaruhi orang lain, dia disebut opinion leader/influencer,” katanya seperti dikutip dekannews.com, Sabtu (29/8/2020).
Ia pun mempertanyakan kapasitas Henri sebagai seorang guru besar di Universitas Airlangga (Unair) dengan gelar profesor itu, karena mengatakan bahwa Yoshi melatih masyarakat dan mahasiswa menjadi influencer.
“Prof ilmu komunikasi kok gitu?” tanyanya.
Terungkapnya fakta bahwa Yoshi adalah ketua influencer, menimbulkan kemarahan netizen. Foto personel Project Pop itu pun kini berseliweran di media sosial, antara lain diposting @rifai_ahmad79, plus data singkat selebritis itu.
“Hermann Josis Mokalu. Agama: Kristen. Nama Lain: Yoshi Project Pop. Pekerjaan: penyanyi, aktor. Lahir: 27 November 1970. Ahokers…,” katanya.
“Hei @YosiMokalu ternyata kau pemecah persatuan NKRI. Tunggu masamu berakhir. Negeri ini akan mencatat kau sebagai kreator yang banyak membuat kebencian. Dasar otak perusuh kau!” umpat @BuDangkejr.
“Haha cuman segitu otak lu yos @YosiMokalu? Setan pemecah belah juga ternyata. Provokator memalukan!” maki @abah_kican.
“Oalaahhh, penyanyi project pop yang suaranya abrkadabra cempreng tooo… Jadi penyanyi wes gak laku, maka jadi ketua buzzerrp biar tetep ngebul dapur e,” cemooh @kidungjiwa1.
Seperti diketahui, masalah influencer menjadi pembicaraan publik setelah musisi Ardhito Pramono dan YouTuber Gofar Hilman meminta maaf karena melambungkan tagar #indonesiabutuhkerja bersama sejumlah artis seperti Gading Marten dan Siti Badriah.
Keduanya mengaku tak tahu kalau tagar itu untuk mendukung Omnibus Law RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka), karena saat job diterima, mereka tak diberitahu kalau tagar itu terkait dengan RUU yang kontroversial dan ditolak banyak kalangan tersebut, terutama buruh.
Masalah influencer makin heboh setelah Indonesia Coruption Watch (ICW) merilis data kalau sejak 2014 pemerintah melalui sejumlah kementerian, antara lain Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), telah mengalokasikan anggaran hingga Rp90,45 miliar untuk influencer/buzzer.
Publik menilai, program pembentukan influencer yang dilakukan pemerintah melalui Siberkreasi yang dipimpin Yoshi, bukan program yang mendidik masyarakat seperti dikatakan Henri, melainkan untuk kepentingan politik pemerintah.
Ini salah satu yang dikatakan mereka:
“Influencer bagi rezim untuk menutup kekurangan dalam tatakelola negara. Influencer buat mengcounter kritik dari rakyat. Influencer dibutuhkan buat opini sesuai kemauan rezim. Influencer sebagai alat propaganda. Dan mereka dibayar pake duit rakyat???” cetus @novvi_dewi.
Foto: Yoshi Mokalu
Sumber: dekannews.com