(Video) Penjelasan Habib Alidien Assegaf Soal Nasab Pada Peneliti Alawiyyin Dari Jepang
Sabtu, 22 Agustus 2020
Faktakini.net, Jakarta - Pada hari senin tanggal 19 Maret 2013 tepatnya jam 10:30, beberapa peneliti dari Jepang yang dipimpin oleh Kazuo Morimoto.PH.D dan empat orang rekannya berkunjung kepada pakar nasab Nusantara Syed Alidien Asseggaf.
Para peneliti tersebut adalah Kazuo Morimoto dari Universitas Tokyo,Kazuhiro Arai dari Keio University,DR.Sachiyo Komaki dari Takasaki City University,Prof Masayuki Akahori dari Sophia University dan seorang mahasiswa mereka yang penulis tak sempat bertanya namanya.
Kunjungan mereka adalah untuk silaturahmi sekaligus menggali info tentang persebaran Alawiyyin di Nusantara. Pertemuan saat itu berlangsung selama dua jam dan mereka sangat antusias sekali berbincang dengan Syed Alidien. Itu bisa terlihat dari kontinuitas pertanyaan mereka yang hampir tak pernah putus atau jeda.
Khusus untuk Kazuhiro Arai yang penulis telah kenal dan sering berbincang di facebook karena disertasinya tentang keluarga Alattas, ini adalah pertemuan yang kedua dengan Syed Alidien setelah pertemuan pertama beberapa tahun lalu yang sangat singkat. Dan pertemuan kali ini dia bisa berbicara banyak dengan Syed Alidien yang selama ini hanya bisa lewat facebook atau email.
Syed Alidien berkata kepada mereka bahwa dirinya tidak duduk di lembaga nasab tertentu sebab dirinya lebih nyaman bergerak tanpa harus terikat,karena memang itulah idealnya seorang annasabah. Beliau juga berkata bahwa dirinya saat ini sedang mengajar dimajlis pengkajian nasab Alawiyyin (Alawiyyin genealogy and history research) bernama Khalaqah Taklimul Ansab Li Sayyid Ali bin Jakfar Asseggaf pimpinan Sayyid Syafiq bin Idrus Khaniman dan memperkenalkan penulis sebagai salah satu muridnya.
Adapun dipilihnya nama tersebut untuk penghormatan kepada Sayyid Ali bin Jakfar Asseggaf sebagai pensensus Alawiyyin Nusantara pertama dan kitabnya dijadikan rujukan oleh lembaga nasab Nusantara.
Dalam kesempatan itu yang paling banyak bertanya adalah ketua rombongan yakni Kazuo Morimoto yang melakukan penelitian khusus Sayyid di Iran. Bahkan katanya dia bersahabat dengan Munsib di Iran “ra’isul maktab fi hunak shodiqiy hehe”. Morimoto yang juga dosen di University of Tokyo (Islamist and historian of the Middle East) ternyata pandai berbahasa Arab dan Persia,ini menandakan keseriusannya meneliti tentang Alawiyyin. Kazuhiro yang mahir berbahasa Indonesia bertugas sebagai penerjemah bagi rekan-rekannya tersebut.
Dan saya sangat takjub melihat mereka yang sangat antusias mendengarkan sambil mencatat setiap keterangan Kazuhiro yang didapat dari Syed Alidien. Gurat wajah puas dan takjub terlihat saat mereka melihat naskah asli keluarga Alattas tulisan tangan pakar nasab Sayyid Muhammad bin Alawy bin Hud Alattas yang diperlihatkan Syed Alidien. Bahkan mereka memastikan bahwa naskah tersebut benar-benar asli setelah meraba-rabanya dan bertanya bagaimana naskah ini bisa berada ditangan anda? “He is my tacher” kata Syed Alidien.
Tidak ketinggalan pula Syed Alidien memperlihatkan scan Naskah Aljunied karangan Al Habib Ali bin Muhammad bin Harun Al-Junaid yang keberadaannya dinafikan sebagian kalangan. Kitab ini adalah kitab nasab Alawiyyin yang usianya lebih tua yakni tahun 1286 H dibanding Syamsu Dzahirah karangan Shahibul Fatawa Al Habib Abdurahman bin Muhammad bin Hussain Al Masyhur pada tahun 1340 H.
Adapun seputar pertanyaan mereka kepada Syed Alidien adalah berkisar tentang komparasi dan keterkaitan ilmu fiqih dan ilmu nasab. Bahkan yang membuat penulis takjub ialah mereka juga mengetahui istilah-istilah maupun klasifikasi status nasab seseorang seperti Shohihun Nasab dan Masyhurun Nasab sampai logika-logika standar mengitsbat nasab.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 12:30 dan mereka pun pamit kepada kami. Sebelum pamit tak ketinggalan pula kami berfoto untuk mengabadikan momen tersebut. Mereka memberikan Syed Alidien cindera mata berupa kipas khas Jepang dan juga kartu nama mereka. Kazuo Morimoto memberikan hadiah berupa scan kitab Umdatu Thalib dan juga lauha serta manuskrip para Sayyid di Iran dan berkata “Syukran jazilan ya Naqibul Asyraf”. Namun penulis menyanggahnya “la laysa Naqibul Asyraf,bal huwa Khadimul Ansab”. “owh, ahsanta ya akhiy,great!! Khadimul Ansab” katanya tersenyum ramah.
Dari sana mereka akan bertolak ke Majalah Alkisah. Syed Alidien menitipkan salam untuk Syed Ali Yahya wakil pemimin redaksi Alkisah kepada Kazuhiro Arai. Tak dinyana saat kami mengantar para peneliti tersebut keluar,ternyata sopir yang mengantar mereka adalah dua orang Sayyid dari keluarga Banahsan dan Aidid yang menyalami kami.
Kazuhiro berkata kepada saya dengan bahasa Indonesia yang lancar dan agak cepat “ini pertemuan pertama kita dan kita sudah berteman di facebook, kapan-kapan kita berbincang lagi di facebook”.
Sebuah momen berkesan yang penulis harap dapat terulang walau menyisakan sebuah ironi bagaimana seorang kafir atas nama ILMU meneliti tentang keturunan manusia Agung Rasulullah Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam Lalu bagaimana dengan kita? apakah cukup berpuas diri berada di "COMFORT ZONE" dengan mengandalkan sebuah PASPORT NASAB keluaran lembaga NASAB tanpa mau mempelajari dan meneladani para tokoh yang telah melestarikan KEOTENTIKAN NASAB di Nusantara?
Bisakah kita menganggap segala sesuatu itu sebagai ILMU bukan untuk kebanggaan atau KOMODITI untuk KONTROVERSI?
abdkadiralhamid@2013
Tambahan: Dalam kesempatan itu Habib Alidien juga sempat menjelaskan tentang nasab Walisongo kepada para tamu dari Jepang, bahwa yang menyebut Walisongo itu Habaib bukan ahli nasab melainkan sejarawan.
Sumber:ahlulbaitrasulullah.blogspot.org dan lainnya
Klik video:
Sebagaimana kita ketahui, masih ada perdebatan darimana Walisongo berasal, ada yang menyebut mereka Habaib, ada pula yang menyebut dari China.
Kalau soal Walisongo saja masih diperdebatkan apakah betul Habaib atau tidak, tentu apalagi untuk pihak yang kini mengaku-ngaku sebagai Habaib keturunan Walisongo dan mengaku bermarga Azmatkhan.
Rabithah Alawiyah sendiri telah menegaskan bahwa Azmatkhan adalah salah satu keluarga Alawiyin, Azmatkhan (yang asli di jaman dulu) jelas Habaib. Namun setelah melakukan penelitian mendalam maka Rabithah menolak keabsahan nasab pihak-pihak yang saat ini mengaku sebagai Habaib bermarga Azmatkhan.
Sumber:ahlulbaitrasulullah.blogspot.org dan lainnya
Klik video: