Buzzer PKI Sebar Hoax "DN Aidit Adalah Habaib", Ini Pernyataan Tegas Rabithah Alawiyah
Jum'at, 25 September 2020
Faktakini.net, Jakarta - Rabithah Alawiyah akhirnya memberikan jawaban tegas terhadap hoax dan fitnah keji yang disebarkan oleh para buzzer PKI dan pembenci Habaib yang mengatakan bahwa "DN Aidit tokoh PKI itu adalah seorang Habaib / Alawiyyin atau Dzurriyah Rasulullah SAW".
Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar bin Smith menegaskan D.N. Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin.
Habib Zein menyatakan hal ini perlu ditegaskan, karena menyangkut marga Aidid dan salah satu dalang pemberontakan G30S/PKI.
Nama baik marga Al-Aidid yang tersohor dan diabadikan dalam kamus-kamus ensiklopedia, kata dia, tercoreng oleh gembong PKI. Bahkan menurutnya, nama D.N. Aidit dianggap akan menjelekkan nama baik semua marga Alawiyyin pada umumnya.
Bahkan, itu bisa berdampak pada nama baik Sayyidina Husein RA sebagai anak cucu Nabi Muhammad SAW.
"D.N. Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin karena silsilah nasabnya tidak ditemukan dalam kitab pegangan yang dijadikan pedoman lembaga nasab yang ada di Indonesia," ujar dia dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (24/9)
Dia menjelaskan, berdasarkan penuturan atau fatwa dari para sesepuh Alawiyyin, nasab itu dimulai saat hijrah pedagang Arab dari marga Al-Aidid ke Kota Pelembang. Hal itu, menurutnya, juga dikuatkan oleh sumber-sumber dari media cetak yang terbit dalam kurun waktu 1960.
"Pedagang itu menikah dengan seorang janda penduduk setempat yang telah mempunyai seorang anak bernama Nuh," katanya.
Nuh menjadi anak angkat dari saudagar Arab tersebut dan menganggap dirinya sebagai keturunan marga Al-Aidid. Namun, karena adanya cara penulisan Aidid dari waktu ke waktu, maka nama Aidid ia sebut berubah menjadi Aidit oleh bahasa setempat.
"Jelasnya huruf 'd' pada akhir kata Aidid diganti dengan huruf 't' sehingga namanya menjadi Nuh Aidit. Setelah Nuh Aidit dewasa, dia menikah dan dari pernikahannya lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Jakfar," ungkap dia.
Habib Zein mengatakan, setelah Nuh dan istrinya meninggal dunia, Jakfar bin Nuh dibawa ke Jakarta dan diasuh oleh keluarga pamannya (adik ibu). Jauh setelah itu, tepatnya ketika Jakfar bin Nuh dewasa, ia terpengaruh oleh ajaran komunis sehingga menjadikannya bagian dari anggota Partai Komunis Indonesia.
"Selanjutnya ia mengganti namanya dengan Dipa Nusantara Adit," ujarnya.
Sumber: Republika.co.id