Cerdas! Netizen Ini Lebih Paham Perbedaan Tingkat dan Jumlah Kematian Dibanding Para Buzzer

Jum'at, 18 September 2020

Faktakini.net

Cerdas! Netizen Ini Lebih Paham Perbedaan Tingkat dan Jumlah Kematian Dibanding Para Buzzer

Para buzzer sengaja membuat publik agar gagal paham soal penjelasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tentang tingkat dan jumlah kematian akibat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Jakarta.

Hal tersebut membuat netizen bernama Riki kembali menjelaskan apa yang disampaikan oleh Anies mengenai tingkat dan angka kematian kasus Covid-19 di DKI Jakarta.

Riki mengakui telah banyak membaca status para netizen yang membahas pernyataan Gubernur DKI Jakarta membuat gagal paham dan susah dicerna oleh masyarakat.

"Hari ini saya membaca cukup banyak status yang membahas pernyataan Gubenur DKI Jakarta, yang menurut sebagian orang aneh, tidak masuk akal, tidak bisa dicerna, membuat gagal paham dan seterusnya," ujar Riki.

Dalam kajian matematika, persentase atau perseratus adalah sebuah angka atau perbandingan untuk menyatakan pecahan dari seratus. Dalam statistik Rifki mengatakan tingkat berarti persentase, maka tingkat kematian adalah jumlah orang meninggal rata-rata per hari dibanding dengan jumlah orang yang terpapar kasus Covid-19.

"Dalam statistik jika dikatakan tingkat berarti prossntase, maka tingkat kematian adalah jumlah orang meninggal rata-rata per hari dibanding jumlah terpapar," jelasnya.

Karena jumlah yang terpapar di DKI Jakarta semakin meningkat, maka tidak sebanding dengan peningkatan jumlah yang meninggal akibat Covid-19. Sehingga dapat disimpulkan tingkat kematiannya menurun dan jumlah kematiannya meningkat karena secara jumlah keterpaparannya juga meningkat.

"Karena jumlah yang terpapar (penyebut) itu meningkat drastis tidak sebanding dengan peningkatan jumlah yang meninggal (pembilang) maka secara matematika kemudian dapat divalidasi pernyataan di atas, bahwa tingkat kematian (secara prosentase) menurun, sedangkan jumlah yang meninggal meningkat, karena peningkatan angka terpapar secara kuantitatif lebih besar daripada peningkatan jumlah kematian secara kuantitatif," lanjutnya.

Agar lebih dapat dipahami, kemudian Riki mengambil contoh kasus sebuah daerah dalam kasus Covid-19 dari bulan Juli hingga Agustus 2020. Dari penjelasan tersebut pada bulan Agustus dapat dilihat tingkat kematian menurun, namun jumlah orang yang meninggal meningkat.

"Saya ambil contoh (misalnya) pada sebuah daerah pada bulan Juli 2020 jumlah yang meninggal (angka kematian) 10 orang dan jumlah yang terpapar 100 orang, maka tingkat kematian adalah 10/100 = 10 persen namun dibulan Agustus 2020 jumlah yang meniggal (angka kwmatian) 20 orang dan jumlah yang terpapar 300 orang, maka tingkat kematian adalah 20/300 = 6 persen. pada kasus kedua dapat dikatakan bahwa pada Bulan Agustus 2020 tingkat kematian menurun, namun jumlah orang yang meninggal meningkat," paparnya.

Kemudian Riki menyimpulkan bahwa tidak ada yang salah dan keliru dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam penyebutan tingkat dan angka kematian kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Ia menambahkan butuh kemampuan analitik yang tinggi agar bisa memahami pernyataan Anies.

"Jadi dengan demikian tak ada yang salah atau pun keliru dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta ini, butuh kemampuan analitik untuk memahaminya memang," tutupnya.

Oleh: Awang Sumarno, Warganet