Detik-Detik Ade Irma Suryani Bocah Tak Bersalah Tewas Diberondong PKI, Memilukan!


Ahad, 27 September 2020

Faktakini.net, Jakarta - Indonesia punya sejarah kelam, yaitu peristiwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI.

Peristiwa itu disebut-sebut merupakan upaya kudeta dari Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Kendati demikian, sampai sekarang, dalang di balik peristiwa G30S juga masih diperdebatkan.

Pada peristiwa yang terjadi pada malam 30 September 1965 dan dini hari 1 Oktober 1965 tersebut, ada sejumlah perwira tinggi militer yang gugur.

Selain perwira tinggi itu, Ade Irma Suryani juga turut menjadi korban.

Ade Irma Suryani adalah putri bungsu dari Jenderal AH Nasution.

Saat peristiwa G30S/PKI terjadi, ia baru berumur lima tahun.

Dalam sebuah wawancara, Hendrianti Sahara Nasution atau Yanti yang merupakan kakak kandung dari Ade Irma pernah menceritakan detik-detik peristiwa mencekam tersebut.

Saat malam 1 Oktober dini hari itu, Ade Irma tengah tertidur bersama kedua orangtuanya, AH Nasution dan Johanna Sunari.

AH Nasution dan istrinya sempat terbangun karena ada nyamuk.

Persis ketika mereka bangun, pintu depan rumah hendak dibuka orang.

"Lalu Mama lihat, mengintip, terus Mama lihat (pasukan) Tjakrabirawanya masuk," cerita Yanti mengawali kisah penyerbuan di rumahnya, dikutip TribunJabar.id dari wawancaranya di TV One.

Kepada suaminya, Johanna Sunari memberi tahu bahwa pasukan yang akan membunuh suaminya datang.

Dia mewanti-wanti agar Jenderal AH Nasution jangan keluar.

AH Nasution lalu berkata kepada istrinya, bahwa biar dirinya lah yang menghadapi pasukan itu.

"Biar saya hadapi," ujar AH Nasution kepada istrinya.

Sang Jenderal membuka pintu, lalu pasukan menembak lagi.

AH Nasution pun menjatuhkan diri.

Kala Tjakrabirawa datang, Ade Irma Suryani berdiri di antara ayah dan ibunya.

Mendengar suara letusan tembakan beberapa kali, ibunda dari AH Nasution juga terbangun dari tidurnya.

Kamarnya persis berada di sebelah kamar AH Nasution.

Dia keluar kamar bersama adik AH Nasution, Mardiah untuk melihat apa yang terjadi.

"Jadi beliau keluar, bersama adik bapak," kata Yanti.

Johanna lalu mengatakan, yang harus diselamatkan dirinya adalah suaminya, AH Nasution.

Dia pun meminta agar Mardiah memegang Ade Irma.

"Tolong pegang Irma, saya mau menyelamatkan bapak," ujarnya.


Karena panik, Mardiah membawa keluar Ade Irma lewat pintu yang seharusnya tak dibuka.

Pasukan Tjakrabirawa langsung menghujani tembakan kepada Mardiah dan Ade Irma.

Jarak tembakan tersebut begitu dekat.

Ade Irma terkena tembakan.

Johanna akhirnya menghampiri mereka.

Dia memeluk Ade Irma yang bercucuran darah dan pergi menjauh.

Setelah itu, Johanna kemudian meraih telepon untuk menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusumah.

Namun sambungan telepon diputus, dan Johanna akhirnya bertemu dengan Tjakrabirawa yang mencari AH Nasution.

"Pak Nasution sudah 2 hari tidak di rumah!" kata Johanna kepada Tjakrabirawa.

Beberapa jam kemudian, Yanti menyusul Johanna dan Ade Irma ke RSPAD.

"Saya lihat adik saya di situ, sudah berdarah-darah. Terus saya lihat dia, saya menangis, dia bilang, 'Kakak jangan menangis'. Terus dia tanya sama ibu saya, 'Mama, kenapa Ayah ditembak?' Itu yang terakhir saya lihat," kenang Yanti di hari meninggalnya sang Adik, Ade Irma Suryani.

Ada sekitar tiga peluru menembus punggung si kecil Ade Irma.

Setelah menjalani operasi, lima hari kemudian ia dipanggil Sang Maha Kuasa.

Kini, kediaman A.H Nasution telah dijadikan Museum Jenderal Besar AH Nasution.

Museum itu berisi diorama peristiwa pada malam mencekam tersebut.

Sumber: tribunnews.com