Ketua DPW FPI Kota Tangerang Pimpin Therapy Trauma Healing Bocah Korban Gusuran Kp Baru


Selasa, 8 September 2020

Faktakini.net, Jakarta - Eksekusi lahan di Kelurahan Jurumudi, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, tak hanya meninggalkan cerita. Goncangan jiwa atau traumatis juga masih sangat membekas bagi korban terutama pada anak.

Beruntung, banyak kalangan masyarakat yang masih peduli dan tak henti mensupport korban terutama anak-anak yang mengalami traumatis. Bantuan berupa trauma healing pun dirasa perlu untuk para korban dan anaknya.

Demikian hal itu dilakukan oleh para aktivis yang tergabung dalam Relawan Kemanusiaan FPI Kota Tangerang. Sebagai bentuk keprihatinan, Mereka memberikan trauma healing kepada anak-anak korban penggusuran.

Ketua DPW FPI Kota Tangerang KH Ahmad Syaifuddin mengatakan, trauma healing ini diberikan sebagai bentuk dukungan psikologis bagi anak-anak terdampak proyek strategis nasional di Kecamatan Benda, Kota Tangerang.

Adapun trauma healing dipandu langsung oleh Ketua DPW FPI Kota Tangerang serta Istri & Para Pengurus.

Pasca gusuran, menurut Kiyai Ahmad, anak-anak mengalami traumatis lantaran menyaksikan tindakan petugas saat terlibat gesekan dengan warga.

“Hari ini, kami mengajak anak-anak yang terdampak mentalnya karena kejadian penggusuran kemarin, untuk mengikuti kegiatan trauma healing,” jelasnya.

Ia berharap, melalui kegiatan trauma healing yang bakal rutin digelar ini, mampu mengembalikan keceriaan serta memulihkan mental anak-anak.

“Kami akan melakukan kegiatan ini secara rutin, selain kegiatan trauma healing, Relawan Kemanusiaan FPI Kota Tangerang juga mendirikan Dapur umum terbuka 24 jam untuk mereka korban penggusuran," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 27 bidang tanah terdiri dari 72 KK atau 300 jiwa di Kampung Baru, Kelurahan Jurumudi, Kecamatan Benda, Kota Tangerang terdampak proyek Tol JORR II atau Serpong, Kunciran-Bandara Soetta. Sebanyak 22 dari 27 rumah kini telah rata dengan tanah.

Eksekusi pengosongan lahan pada Selasa (1/9/2020) itu sempat diwarnai kericuhan antara warga dan para petugas. Warga berupaya mempertahankan rumahnya saat eksekusi berlangsung dikarenakan uang ganti pembebasan lahan tersebut belum dibayar atau dalam proses konsinyasi.


Klik video: