Kritik Keras Damai Hari Lubis Untuk Jokowi
Kamis, 24 September 2020
Faktakini.net
*Jokowi Perlu Belajar Adab Dari Raja Francois I*
*Artikel ke -1*
*Suatu saat orang- orang menari dan berpelukan di depan umum di Wilayah Negara Prancis dengan cara yang tidak sopan atau Nir Adab. Sultan Sulaiman Al- Qonuni Bin Salim atau orang - orang kala itu ( Para Raja dari Barat ) menyebutnya dengan Gelar Suleiman the Magnificent atau Sulaiman Nan Agung. Sang Sultan yang mengetahui kabar " Tarian " Tak Sopan " ini. Langsung mengirim surat kepada Raja Prancis saat itu, Raja Francois I, yang materi suratnya, menegur keras dan tegas agar Sang Raja menghentikan berkatagori " Tak Senonoh " didepan umum tersebut. Oleh karena Negara Raja Sulaiman Al - Qonuni berbatasan dengan Prancis, sehingga khawatir akan pengaruhi negatif tarian tak sopan, akan diikuti bangsanya, tentunya berujung merusak nilai luhur dari pada adab, adat dan budaya bangsa - bangsa di Negeri Kekuasaan Sang Sultan. Selanjutnya isi surat juga tegas menyatakan : " Bila Tarian Tak Sopan tersebut tetap dilakukan ", maka dirinya sendiri ( Sang Sultan ) yang akan datang menghentikannya ". Teguran Tegas ( Kasar ? ) dan full intervensi, namun berdalil logika dan mulia " bahwa negeri dari Francois I, berbatasan dengan negeri - negeri dibawah kekuasaan Sang Sultan serta terkait sisi pengaruh negatif "*
*Maka setelah menerima surat tersebut Francois I, langsung perintahkan agar tarian - tarian " Tak Sopan " tersebut dihentikan dari seluruh jajirah kekuasaan Prancis yang berbatasan dengan Turki atau berbatasan dengan kekuasaan Kekhalifahan Ustmani*
*Bagaimana dengan Jokowi dengan himbauan keras oleh Tokoh Bangsa Negara ini ? Para Tokoh Agama , Para Tokoh Nasional dan akademisi, Para Aktivis dan Teguran Keras dari 58 Kepala Negara Di Dunia, Termasuk Teguran Tuhan melalui mahluknya dengan yang dimaknai Alam, terkait Pandemi Covid 19 yang fakta tengah membadai mendera bangsa dan negara ini ?*
*Pendapat : Jokowi memang keras kepala, Jokowi tidak mau belajar dari Tokoh Dunia Francois I*
*Antara Mekkah - Jakarta, 24 September 2020*
*Oleh Damai Hari Lubis. MUJAHID 212. Ketua Korlabi*
*Jokowi Memang Egois atau Jokowi Tidak Cerdas ? Selaku Pemimpin Bila Tidak Mau Menerima Nasehat yang subtansinya " Hargai Tinggi Nyawa Rakyat Indonesia*
*Artikel ke -2*
*Raja Francois I, yang juga tekenal serta disegani, sejatinya adalah lawan atau bersebrangan dengan Raja Sulaiman Al - Qonuni bin Salim atau Sultan Suleiman yang Agung, namun nasehat dari lawan atau musuh bangsanya pada tataran dominasi atau wilayah kekuasaan, nyata Francois I ( Narasi artikel ke - 1 ) Fatancois I Tidak Pakai Lama/ TPL menerima nasehat KERAS terkait hanya sekedar Adab " Hal yang SEPELE ? Menurut Sekulerisme atau Semi Menuju Liberalisme " dari Sang Raja seterunya ( Al Qonuni Berkuasa selama 48 Tahun 926 H. sd. 974 H. )*
*Komparatif Francois dengan Jokowi, menurut penulis sangat beda jauh, baik dari sudut tinnjuan sisi sejarah dan beberapa faktor Pada Tingkat keberhasilan Memimpin Negara, pasti tentu Francois I yang legend lebih digdaya dalam semua hal, temasuk terkait menampung serta menerima nasehat*
*Jokowi tidak mau menerima nasehat Para Tokoh Nasional/ Bangsa yang terdiri dari Para Habaib dan Para Ulama, Para Tokoh Akademisi, Tokoh Aktivis dan Para Tokoh Masyarakat lainnya, bahkan Para Tokoh Dunia melalui " Kebijakannya " Para Kepala Negaranya*
*Para Tokoh Bangsa dan Masyarakat ini Menghimbau agar Nyawa Masyarakat Bangsa ini terselamatkan atau sekurang-kurangnya terhindar dari penyakit yang cukup mengkhawatirkan, melalui banyak fakta pasien rawat dan record pasien meninggal di sejumlah negara di dunia termasuk di antaranya RI, ( Fakta Medis dan ahli/ Knowledge ) dan termasuk fakta media publik diantaranya media nasional, yang bersumber dari Pemerintahan Indonesia sendiri*
*Diantara teguran tendensius , atau berkesan kasar " Tolak Boilkot Pilkada 2020, namun hakekat bermakna kasih dan sayang, datang dari Ulama Fantastis Asset Dunia WNI, Habib Rizieq Shihab / HRS yang tetap peduli nasib bangsa , walau nota bene " sedang dipenjara " oleh Jokowi, namun tetap ikhlas bersuara lantang melalui teguran, nasehat " bertedensi tinggi namun solutif agar " Pilkada Klaster Maut " Serentak ditangguhkan oleh Jokowi selaku Penguasa Pemerintahan RI melalui Surat Keputusan atau Inpres sebagai sebuah hukum positif " Menunda Pilkada Serentak 2020 sampai dengan Badai Pandemi Covid 19 usai atau mereda, demi kesehatan, keselamatan dan nyawa manusia dari ancaman kematian sia sia yang serentak pula, akibat Horor tapi nyata Pagebluk telah memakan korban ratusan ribu di negara ini dan jutaan orang di belahan dunia*
*Antara Mekkah dan Jakarta, 29 Sept. 2020*
*Ketua Korlabi*
*Damai Hari Lubis*
*Jokowi Antipati terhadap Jasmerah ? Jokowi tidak mau belajar dari Pendahulunya Raja Francois I dari Prancis dan Raja Sulaiman Al Qonuni bin Salim dari Kekhilafahan Otsmani - Turkey, Padahal keduanya adalah Pemimpin Besar Dunia jauh diatas Pemimpin - Pemimpin Negara Besar di Dunia saat ini*
*Artikel/ Tulisan Pendek ke- 3*
*Fakta, selain sudah memiliki bukti perihal hight risc / bahaya ancaman termasuk resiko penularan Covid 19 dari para pengidapnya, ODP, PDP bahkan OTG/ Orang Tanpa Gejala. Terkait Korban Covid 19, Jokowi sudah mendapat teguran yang luar biasa dari Sultan Al Qonuni dan Francois I melalui napak tilas sebagai jasmerah, itupun beda level resiko, Francois I sekedar nasehat terkait Adab, namun langsung Ia turuti, sedang Jokowi terkait Nyawa manusia, tapi tidak/ belum dituruti. Teguran Keras terhadap Jokowi dari berbagai unsur dan faktor selain dari Unsur Sejarah Kedua Tokoh Dunia Al - Qonuni dan Francos I. Unsur Atensi lainnya adalah dari fakta riil sebagai nasehat Tuhan melalui faktor alam, yakni telah jatuh korban ribuan meninggal, ratusan ribu terkena serangan Covid 19, Para korbannya adalah sebagai masyarakat bangsa yang dia pertanggung jawabkan pengelolaan kehidupannya menurut konsitusi - konstitusi yang ada, korban terus meningkat fantastis, bahkan cenderung menjadi top skor atau rekor di dunia terkena covid 19. Estimed Kumulatif, jutaan manusia telah menjadi korban Covid 19. Teguran lainnya untuk Jokowi datang dari 58 Kepala Negara Dunia , dalam bentuk melarang WNI masuk kenegerinya oleh karena khawatir Covid 19 oleh WNI yang berkunjung ke negera mereka*
*Sehingga perbedaan 2 Tokoh Pemimpin Legendaris Dunia Islam dan Barat ini, jangan coba dibandingkan dengan sosok Jokowi, bagai bandingkan LANGIT DEMGAN BUMI sehingga Penulis menolak merinci perbedaan Keberhasilan sesuai Historis berdasarkan Fakta Kini atau sejarah yang tengah berlangsung dan telah berlangsung*
*Antara Mekkkah dan Madinah, 24 Sept.2020*
*Ketua Korlabi*
*Damai Hari Lubis*
*Artikel ke -4 ( Konklusi Narasi )*
*Jokowi sebagai Pemimpin Belum Mumpuni, jauh dari berhasil sesuai Konfirmasi dari beberapa Ekonom Indonesia, terlebih berdasar Stetemen/ Pengakuan " Negara Resesi ", dari Menkopolhukam Mahmud MD. yang Profesor, sehingga kontradiktif dari mulut Jokowi sebelumnya 2018 " Perekonomian Negara akan Meroket " ( faktual dirasa sosial ekonomi memang jeblok )*
*Sehingga realita instisari Narasi, artikel Pendek 4 jilid ( Jilid 1, 2 , 3 dan 4 ) ini:*
*Bahwa Jokowi selaku Pemimpin atau Penguasa Tertinggi, Patut Diduga memiliki kans atau peluang berdasarkan track record / feedback dari beberapa cacatan berbagai catatan Jasmerah memiliki unsur negatif dari sisi hukum, ekonomi dan kesehatan:*
*Sehingga konklusi pendapat dari penulis, bahwa :*
*1. Jokowi Cacat Sejarah Kepemimpinan Tertinggi di Republik ini bernilai lebih*
*2. Presiden kurang cerdas atau Ndableg, atau kurang sensitif oleh sebab tidak atau kurang cermat atau tidak belajar banyak dari emperis peristiwa, nampak dirinya kurang preventif, tidak Proporsional dan tidak Profesional ( sebab kurang prudensi ) serta minim akuntabilitas ( rawan keadilan )*
*3. Jokowie cenderung Destruktif, minim sensifitas, minim prudensi dari sudut preventifikasi ? Dalam sikap momok Pandemi Corona, kebijakannya bertentangan daripada motto hakekat pepatah terkenal Bapak Bangsa Ir. Soekarno, JASMERAH ( FEED BACK KORBAN PENDEMI YANG PERNAH ADA). Dirinya terkesan egois dan sepelekan arti sebuah nyawa ? Atau tidak manusiawi ? dapat saja dinilai sebagai Presiden yang cenderung kurang rasa kasih sayang, apriori untuk hormati nyawa ummat ( sekelompok orang yang berjumlah banyak ).*
*4. JOKOWI SOK PINTAR ANULIR analisa ilmuan, ( ilmiah para ahli medis dan klinis ) serta naluri ( pendapat awam ) masyarakat, bila Pilkada Serantak 2020 diestimasikan akan menjadi klaster atau gelanggang maut ekstra ordinary dengan banyak bertambah koĊban nyawa sia - sia akibat Covid 19, kurang sensi ( hasilnya bisa menjadi destruksi ), padahal secara hukum dirinya memiliki banyak hak dan kekuasaan serta kewenangan tertinggi untuk berbuat sesuatu di negara ini dalam menyelmatkan nyawa manusia*
*Semua Artikel dengan catatan. Bila Jokowi Tetap Melangsungkan Klaster Maut Pilkada Serentak 2020 yang berpotensi high risc, akan lebih banyak korban berguguran dari warga bangsa negara ini, serta Covis 19 akan merangsek terus dan sulit dicegah mata rantai penyebarannya*
*Konklusi ini sebagai aplikasi pendapat masyarakat hukum dan satire, yang dilindungi oleh UU. Akhir artikel ditutup dengan kiasan andai Jokowi adalah Raja Francois I dan berbatasan negara, mungkin Jokowi sudah mendapatkan sepucuk surat cinta ( Kasih dan Sayang ) dari Al Qonuni. Atau bolehlah penulis ibaratkan Teguran Keras dari Imam IB. HRS kepada kelompok rezim penguasa, sebagai bentuk Surat Cinta mirip yang dilayangkan oleh Al - Qonuni kepada Francois I ? Walau terasa keras, Namun hakekatnya adalah ungkapan nasihat Kasih dan Sayang dari Sosok Pribadi yang riil menjadi tokoh atau figur tauladan dari Banyak Tokoh Ulama di Negara RI. Agar Jokowi hentikan melalui bentuk kekuasaan dan kewenangan yang ada ditangannya UNTUK TUNDA PILKADA SERENTAK 2020 SAMPAI BADAI PANDEMI BERLALU SERTA MENCEGAH FITNAH , JOKOWI MGOTOT KARENA ANAK DAN MENANTUNYA IKUT KOMPETISI*
*ANTARA MEKKAH DAN JAKARTA. BANTEN 24 SEPT. 2020*
*DAMAI HARI LUBIS*
*KETUA KORLABI*
*THE END*
*Penutup, Artikel Ke - 5 ( KESIMPULAN )*
*Kiasan, andai Jokowi adalah Raja Francois I dan berbatasan negara, mungkin Jokowi sudah mendapatkan sepucuk surat cinta ( Kasih dan Sayang ) dari Al Qonuni*
*Teguran Keras dari Imam IB. HRS kepada pemerintahan rezim penguasa, merupakan himbauan positif dalam kehidupan bernegara. Dari Ulama Kepada Umaro, aplikasi bentuk cinta Beliau kepada bangsa dan negara serta tanah air. Utamanya agar Penguasa mesti hormati Hak Manusia Untuk Hidup, Sayangi dan Hargai Nyawa manusia. BOIKOT sebagai bentuk masukan positif, sebaiknya dianggap sebagai bentuk Surat Cinta mirip yang dilayangkan oleh Al - Qonuni kepada Francois I*
*Walau terasa keras, Namun hakekatnya adalah ungkapan nasihat Kasih dan Sayang dari Sosok Pribadi yang riil telah menjadi tokoh atau figur tauladan dari Banyak Tokoh Ulama serta Ummat Muslim di Negara RI. Agar Jokowi hentikan melalui kekuasaan dan kewenangan yang ada ditangannya UNTUK TUNDA PILKADA SERENTAK 2020 SAMPAI BADAI PANDEMI BERLALU SERTA MENCEGAH FITNAH , JOKOWI NGOTOT PILKADA TETAP BERLANGSUNG, KARENA ANAK DAN MENANTUNYA IKUT KOMPETISI*
*Dari Tulisan Pendek ini ( Artikel 1 sd 5 ) adalah Barometer atau PERBANDINGAN SISTEM KHILAFAH/ KHALIFAH DENGAN SISTEM SEKULERISME MENUJU LIBERALISME*
*( Begitu indah dan elok namun tegasnya Prinsip sistem khalifah dalam menjaga Adab dan Sopan Santun antara Manusia dalam Konteks Interaksi Sosial lintas golongan, serta adab , dipertahankan oleh sistem Khilafah diatas Kepentiingan Politik )*
*Bahwa nampak jelas perbedaan kontras negara sistem khilafah terkait sekedar adab sopan santun sungguh diperhatikan sebagai salah 1 prioritas, sopan santun bagian dari ahlak begitu sangat dihargai dan dijunjung tinggi, kebalikannya sistem rezim sekulerisme, Liberalis dan Komunisme yang ada di dunia, bisa kita perhatikan nyawa manusia pun tidak memiliki arti apa - apa, sangat tidak miliki nilai berharga alias murah*
*The End*
*Tangerang Selatan, 24 September 2020*
*Ketua Korlabi - Aliansi Anak Bangsa*
*MUJAHID 212*
*( Damai Hari Lubis )*