Kunjungan Ke Habib Bahar Oleh Ahmad Khozinudin, Damai Lubis Dan Lainnya Di LP Gunung Sindur



Rabu, 2 September 2020

Faktakini.net

*AGENDA ZIAROH KE HABIB BAHAR BIN SMITH, TAMBAHAN ILMU DAN SEMANGAT BERJUANG MEMBELA AGAMA ISLAM*


Oleh : *Ahmad Khozinudin, S.H.*
Advokat Pejuang Khilafah


Pandemi tidak boleh memutus silaturahmi, saling mengunjungi, saling meminta dan memberi nasehat, saling menguatkan dalam menapaki jalan perjuangan. Sesama pengemban dakwah, Pejuang Islam wajib saling mengikat amanah dan kepercayaan, dan wajib untuk menjauhkan diri dari pengkhiatan.

Habib Bahar Bin Smith, adalah sosok 'Singa' yang tak pernah berubah menjadi kucing. Kenyataan ini pernah saya tulis sebelum situasi Pandemi, sebelum  dia mendapat pembebasan asimilasi, sebelum dia kembali mengkritik kebijakan Presiden Jokowi, sebelum ia kembali mendekam di penjara, sebelum akhirnya saya kembali mengunjunginya di penjara untuk yang kesekian kalinya.

Pada Selasa (1/9/2020) saya bersama Bang Damai Hari Lubis, Ust Irwan Syaifullah dan Ust Harto berkesempatan mengunjungi Habib Bahar Bin Smith di Lapas Gunung Sindur. Awalnya, kami mengunjungi Lapas Pondok Rajeg untuk memastikan posisi penahanannya.

Habib Bahar Bin Smith, ayah dari 7 (tujuh) orang anak yang juga dan dari keponakannya memiliki hubungan besan dengan Habibana Muhammad Rizq Syihab melalui tiga jalur. Salah satunya, ada yang melalui jalur menantu Habibana, yakni Habib Hanif Al Athos.

Sejak ditetapkan ditahan di Nusakambangan beberapa bulan yang lalu, ada simpang siur kabar posisi penahanannya. Dari petugas Lapas Pondok Rajeg Cibinong, kami baru mendapat kepastian posisi Habib Bahar Bin Smith ditahan di Lapas Gunung Sindur.

Dari Lapas Pondok Rajeg kami melanjutkan perjalanan ke Lapas Gunung Sindur. Sesampainya di Lapas Gunung Sindur saya dan rombongan segera memasuki Lapas. Sambil menunggu Habib Bahar Bin Smith datang, kami serombongan menikmati kopi yang disiapkan oleh petugas Lapas.

Beberapa saat kemudian, Habib Bahar Bin Smith terlihat datang menemui kami. Tidak ada perubahan pada sosok pejuang yang satu ini, terlihat tetap bersemangat, ceria dan ramah menerima tamu. Kecuali, rambut panjangnya telah dipangkas. Ia terlihat lebih muda dengan rambut pendeknya.

Bersalaman dan saling berpelukan, bertanya kabar, dan saling memberi kabar menjadi awal pembuka diskusi. Selanjutnya, kami sampaikan beberapa titipan salam. Ada dari Gus Nur, Bang Eggi Sudjana, Ust Ismail Yusanto, Ust Rohmat S Labib dan beberapa yang lain.

Kami juga mengabarkan posisi Ust Ismail Yusanto yang dilaporkan ke polisi karena mendakwahkan Khilafah dan mohon doa kepada habib. Kami juga ceritakan beberapa perkembangan situasi dan kondisi keumatan, dari urusan RUU HIP hingga kondisi ekonomi yang mengalami resesi.

Ada satu ucapan yang sejak di Lapas Pondok Rajeg berulang kali Habib sampaikan. Dirinya tegas menyatakan, tidak akan berhenti mengkritik Jokowi saat nanti keluar dari penjara. Lebih baik lidah membusuk ketimbang diam menyaksikan kezaliman.

Ucapan Habib telah dibuktikan, sesaat saat dirinya keluar dari penjara  atas kebijakan asimilasi, habib langsung membuat pengajian dirumahnya, dan kembali mengkritisi kebijakan pemerintah. Atas kritik itulah, dirinya kembali mendekam di penjara.

Habib menuturkan apa yang dilakukannya saat di Lapas Pondok Rajeg juga dilakukan dan menjadi kegiatan rutin di Lapas Gunung Sindur. Ya, mengisi pengajian dan membina warga lapas dengan tsaqofah Islam, agar menjadi hamba Allah yang taat.

Bahkan, sore hari itu Habib ada jadwal mengisi kajian Warga Napiter. Yakni, nara pidana yang dijerat kasus Terorisme. Didalam lapas, Habib juga dekat dan karib berdiskusi dengan Ust Abu Bakar Ba'asyir. Bahkan, oleh Ust Abu Bakar Ba'asyir habib diberi ijazah untuk selalu mengisi khutbah Jum'at karena dipandang lebih muda, bersemangat, dan memiliki ilmu untuk ditularkan kepada warga binaan.

Pesan Habib Bahar Bin Smith terkait perjuangan untuk Islam seolah masih terus terngiang-ngiang ditelinga. Saat Bang Damai Hari Lubis menyebut ada orang yang berpendapat Agama Islam tidak perlu dibela, habib sontak menyebut orang yang demikian sebagai 'Bahlul'.

Kami begitu asyik larut dalam diskusi, saya sendiri selain melepas rindu, bertemu dengan Habib Bahar Bin Smith mendapatkan tambahan ilmu. Dalam forum itu, saya mendapat penjelasan tentang tafsir 'Thagut' dari beberapa Imam Mufasir.

Saya juga berkesempatan menjelaskan apa itu substansi Demokrasi kepada beliau. Demokrasi  berasal dari kata 'Demos' dan 'Kratos' yakni sebuah sistem pemerintahan yang meletakkan kedaulatan (Asy Siyadah) ditangan rakyat. Dimana standar halal dan haram, baik dan buruk itu dikembalikan kepada suara mayoritas rakyat melalui wakilnya. Bukan berdasarkan hukum Allah SWT, bukan berdasarkan syariat Islam.

Diskusi dan saling bertanya terjadi begitu hangat. Sambil diskusi, sesekali kami menyeruput kopi nikmat yang disediakan petugas lapas. Nikmat sekali.

Ala kuli hal, tidak terasa adzan Ashar berkumandang. Terlihat, warga binaan keluar dan berjalan berduyun mengenakan sarung dan kopiah menuju masjid. Suasananya mirip di pondok pesantren, Subhanallah.

Setelah azan berkumandang, kami lantas berpamitan. Meski ingin berlama-lama namun kami tahu Habib Bahar Bin Smith akan ada jadwal mengisi kajian Napiter. Kami akhirnya pamit, dan saling berpelukan sebelum akhirnya kami benar-benar meninggalkan Lapas Gunung Sindur. [].