Pengangkatan 7 Jenazah Pahlawan Revolusi Yang Dibunuh Oleh PKI Di Lubang Buaya
Rabu, 30 September 2020
Faktakini.net
Pengangkatan 7 jenazah pahlawan revolusi yang dibunuh oleh PKI
3 Oktober 1965...
Letnan dua sintong Pandjaitan... masih mematung di dekat galian yang baru.
Dibuka... suasa hening... Angin di bulan Oktober mendesir agak gencang.... entah apa yang di kepala komandan kompi ini... Berbagai tugas oprasi berat pernah di jalaninya... Tapi mencari beberapa atasannya yang di culik dan dibunuh.... Adalah tugas sangat berat... Dikejar waktu dengan kondisi pasukan yang sudah hampir dua hari anak buahnya tidak tidur atau sekeder rehat.... Waktu adalah lawan mereka saat itu...
Tiba tiba di area penggalian lubang terdengar teriakan... Gaduh... Semua berlari tak kecuali letnan Sintong....
" Pak orang kampung sekitar sudah menggali cukup dalam sekitar 6 smpai 7 meter... Tak bisa lebih, baunya sudah meyengat"!....
Tiba tiba salah satu anak buahnya menghampiri dan melapor kondisi penggalian...
"Ya sudah... Istirahat dulu siagakan pasukan dan tetap waspada"!... Perintah sang letnan...
Sang komandan kompi lapor pada atasannya Letttu Faisal tanjung....
Ya hari itu, 3 Oktober 1965 tiga kompi yang dipimpin Letttu Faisal tanjung menyisir desa lubang buaya di daerah pondok gede. Faisal lantas memerintahkan pasukan Letda Sintong Panjaitan menyisir sebuah daerah yang di jadikan latihan pemuda rakyat (PR), barisan tani Indonesia (BTI), dan (Gerwani) organisasi masa di bawah PKI) dengan teliti.
Atas laporan penduduk, anak buah sintong menemukan tanah di bawah pohon yang semula adalah sumur,tapi sudah di timbun.
Tempat itu kemudian di gali secara pergantian oleh anggota peleton satu RPKAD.
Ketika kedalaman sekitar dua meter mereka menemukan timbunan daun daun yang masih segar, batang pohon pisang,dan potongan kain warna merah,hijau serta kuning.potongn kain ini sejenis dengan kain yang dipakai sebagai tanda oleh yonif 454/ banteng raiders dari jawa tengah dan yonif 530/ raiders dari jawa Timu.
Beberpa warga setempat kemudian menawarkan diri untuk membantu penggalian sumur tersebut. Kebanyakan adalah orang yang biyasa kerja menggali kuburan. Setelah menggali sekitar 8 meter, seorang penggali berteriak-teriak minta di tarik keatas karena tak tahan bau busuk yang mengganggu pernapasannya.
Seorang anggota peleton satu kemudian masuk kedalam dan menemukan kaki yang mencuat keatas, dibawahnya ternyata terdpat jenazah. Sintong lantas melaporkan ke Letttu Faisal tanjung, kemudian secara berjenjang laporan itu sampai ke pangkostrad Mayjen Soeharto.
Setelah mendapat kepastian itu, sekitar pukul 22.00 mayjen Soeharto lewat radio menyuruh kolonel Sarwo Edhie di Mako RPKAD, Cijantung untuk memperhatikan penggalian.sebab Soeharto ingin menyaksikan pengangkatan jenazah 6 Jendral dan satu perwira pertama TNI-AD yang di culih paukan G-30-S.
Peralatan oksigen untuk mengangkat jenazah mereka di pinjam dri KKo(korp komando, sekarang marinir) AL pada 4 Oktober 1965, sekitar pukul 04.30 komandan kompi intai para amfibi KKo AL,kapten KKo winanto bersama satu tim tiba di desa lubang buaya.mereka terdiri atas 8 penyelam serta dua dokter, yakni.
Dr Kho Thio ling dan drg Sumargo.
Setelah rapat kilat, jenazah para pahlawan revolusi itu akan di angkat dengan memakai tali.peralatan selam di pakai secara bergantian oleh pasukan kipam KKo AL RPKAD, dan penduduk setempat yang ikut membantu.
Pukul 12.05. kopral Anang anggota RPKAD yang pernah mengenyam pendidikan selam di Kopaska ALRI, masuk kesumur dengan oxygen. Ia berhasil mengikatkan tali kesalah satu korban. Setelah di angkat teryata jenazah itu Lettu czi Piere andreas tendean, ajudan menko hankam/ kasab Jendral A.H.Nasution.
Pukul 12.15, Serma KKo Suparmin turun dan mengikatkan tali pada salah satu jenazah tapi tidak bisa di angkat karena berimpitan dengan jasad lainnya.pkl 12.30,pratu KKo Hartono mengikatkan tali kedua Jenazah ikatan tersebut berhasil mengkat dua jenazah sekaligus, yakni. Jasad mayjen Sowondo Parman ( asisten satu bidang intelijen menpangad ) dan mayjen Suprapto ( deputi ll menpangad).
PKL 12.55,kopral KKo Hartono mengikatkan tali kedua Jenazah secara terpisah, Dua korban itu adlah Mayjen Haryono M.T. ( deputi lll menpangad) dan berigjen Sutoyo siswomiharjo. ( Inspektur kehakiman/oditur jendral TNI-AD) setelah beristirahat sejenak pukul 13.30 Serma KKo Suparmin turu. Untuk kedua kali. ia mengikatkan tali ke jenazah lain yakni Letnan A. Yani. ( Menpangad)
Enam jenazah itu kemudian di baringkan kepeti mayat yang sudah disiapkan Rumah sakit pusat TNI AD ( RSPAD) sementara pasukan KKo dan RPKAD yang ikut mengangkat jenajah pahlawan revolusi molaih kelelahan,bahkan. Ada perajurit pilihan yang muntah-muntah karena keracunan bau busuk yang menyengat.
Melihat anak buahnya kepayahan, kapten KKo winanto berinisiatif mengecek lagi kedalam sumur untuk memastikan masih ada atau tidak jenazah lain.Alumnus AAL 1959 itu teryata berhasil menemukan satu jasad lagi yakni berigjen. D.I.Pandjaitan ( asiten lV bidang logistik menpangad).
Dengan demikian lengkap sudah 7 jenazah pahlawan revolusi yang di angkat dari sumur lubang buaya tersebut.
Sumber buku Sintong Panjaitan perjalanan seorang perajurit para komando