Saat Soekarno Melempar Tudingan "Islam Sontoloyo"



Jum'at, 4 September 2020

Faktakini.net, Jakarta - Ucapan kasar "sontoloyo" yang diucapkan oleh Jokowi di Lapangan Ahmad Yani, Jakarta (23/10/2020), menuai respons negatif warga masyarakat.

Warga masyarakat mempertanyakan ucapan Jokowi atas ucapannya yang termasuk kategori umpatan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sontoloyo berarti konyol, tak beres, bodoh. Ini dipakai sebagai kata makian.

Kata umpatan yang sama juga pernah dipakai Sukarno, presiden pertama RI. Parahnya lagi, dia membubuhkan kata itu di samping nama agama. Pada 1940, Sukarno menulis artikel di Majalah Pandji Islam berjudul “Islam Sontolojo”. 

Terlepas dari banyaknya kasus pemuka agama diluar Islam yang melakukan perbuatan Jahannam dengan dalil agama, seperti para Pendeta, Pastur, Biksu dan lainnya, tapi kali ini arah tudingan Soekarno ditujukan untuk para pemuka agama Islam.

Dalam suratkabar Pemandangan, 8 April 1940, Sukarno mengaku membaca berita kriminal yang bikin hatinya getir tentang seorang guru agama dijebloskan ke dalam bui tahanan karena memperkosa salah seorang muridnya yang masih gadis kecil.

Sukarno kemudian menuturkan modus operandi oknum guru cabul.

“Sungguh kalau reportase di suratkabar Pemandangan itu benar, maka benar-benarlah disini kita melihat Islam Sontoloyo. Sesuatu perbuatan dosa dihalalkan menurut hukum fiqh,” kata Sukarno dalam artikel “Islam Sontolojo” yang termuat dalam kumpulan tulisannya, Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I.

Menurut Sukarno esensi beragama adalah ketaatan terhadap Allah. Ini dinyatakan dengan akhlak yang murni sejalan dengan syariat ketuhanan yang sejati. Dia mengkritik pemeluk Islam masa itu yang ia tuding kebanyakan hidup dalam kitab fiqih belaka.

“Tidak, justru Islam terlalu menganggap fiqh itu satu-satunya tiang keagamaan. Kita lupa atau kita tidak mau tahu bahwa tiang keagamaan ialah terutama sekali terletak di dalam ketundukan kita punya jiwa kepada Allah,” jelas Sukarno masih dalam “Islam Sontolojo”

Setelah dipublikasi, reaksi pembaca dapat ditebak. Polemik datang dari sana-sini, terutama dari umat Islam yang agamanya dihina karena bersanding dengan umpatan.

“Wah, ditampar saya! Pertama saya dikatakan, mengatakan atau memaksudkan bahwa Islam itu adalah agama sontoloyo,” kata Sukarno bertahun-tahun kemudian ketika berpidato di hadapan para mahasiswa HMI di Istana Bogor, 18 Desember 1965 yang dihimpun Budi Setiyono dan Bonnie Triyana dalam Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965--Pelengkap Nawaksara.

Sukarno mengklaim arti Islam Sontoloyo yang dia maksud dalam artikel Pandji Islam. Dia merujuk pada oknum yang menyimpang, bukan agamanya.

"Saya terangkan dalam artikel itu banyak sekali orang yang menyebutkan dirinya Islam, tetapi dia sebetulnya itu sontoloyo,” ujar Sukarno.

“Sekarang syukur alhamdulillah orang mengerti," klaimnya lagi, "Yang saya maksudkan ialah bahwa Islam itu agama tidak beku, yang beku ialah manusia-manusianya.”

Yang menjadi masalah adalah, kalau memang fair Soekarno juga harusnya menyebutkan istilah Kristen Sontoloyo dan lainnya, karena kasus pencabulan, pemerkosaan dan hal-hal buruk lainnya yang dilakukan oleh para Pendeta, Pastur, Biarawan dan sebagainya juga banyak.

Foto: Soekarno bersama artis bom seks Amerika, Marilyn Monroe

Sumber: Historia.id