Basarah: Al Fatih Tokoh Asing Tak Perlu Dibaca, Tengku: Lama-Lama Kalian Bilang Nabi Muhammad Itu Tokoh Asing!



Senin, 5 Oktober 2020

Faktakini.net, Jakarta - Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain tak habis pikir dengan pernyataan Politikus PDI-Perjuangan yang juga merupakan Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah yang mengatakan Sultan Muhammad Al Fatih itu tokoh asing.

“Tokoh PDIP, Ahmad Basarah mengatakan Muhammad Al Fatih itu tokoh asing. Lebih belajar sejarah tokoh Indonesia.” Tulis Tengku Zul di twitter, Senin (5/10).

Tengku Zul mengatakan, Muhammad Al Fatih itu bukan tokoh asing. Dia adalah tokoh Islam dunia yang terkenal. Tengku Zul khawatir, ke depan ada yang bilang Nabi Muhammad adalah tokoh asing.

“Wahai Basarah, Muhammad Al Fatih itu Tokoh Islam Dunia. Nanti lama lama kalian bilang Nabi Muhammad, Sayyidina Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali Ra, juga tokoh asing.” Kata Tengku Zul.

Hal senada dikatakan Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Fadli Zon. Dia mengatakan Sultan Mehmet II atau Fatih adalah pahlawan besar umat Islam menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Saat menaklukan konstantinopel, Al Fatih baru berusia 21 tahun.

“Kok bro Basarah takut siswa membaca buku ini? Salah satu manifestasi “Islamophobia” yang menjangkiti kalangan tertentu.” ucap Fadli Zon.

Seperti diberitakan, Ahmad Basara mengkritik kepala dinas Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung Muhammad Soleh yang mewajibkan siswa untuk membaca buku Muhammad Al Fatih yang ditulis oleh Felix Siuaw.

Ahmad Basara bilang, masih ada banyak tokoh nasional yang bisa diteladani. Basarah mengaku tak habis pikir bahwa tokoh bangsa asing wajib dipelajari. Dia menganggap Al Fatih adalah tokoh asing.

“Saya tidak habis pikir, jika alasan mewajibkan buku tokoh bangsa asing ini adalah agar para siswa meneladani kepahlawanan dan kepemimpinan tokoh-tokoh di masa lalu, padahal masih banyak keteladanan dan ketokohan pahlawan nasional yang layak dibaca,” kata Basarah lewat siaran pers, Sabtu (3/10).

“Apa kurangnya ketokohan Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, K.H. Hasyim Asy’ari, Bung Karno, Bung Tomo, atau ketokohan Jenderal Soedirman? Kisah-kisah keteladanan mereka lebih punya alasan untuk siswa dan siswi diwajibkan membacanya,” kata Basarah. (dal/fin).

Sumber: fnn.co.id