Khozinudin: Pandemi, Narasi Pamungkas Rezim Untuk Membungkam Suara Rakyat

 



Rabu, 14 Oktober 2020

Faktakini.net

*PANDEMI, NARASI PAMUNGKAS REZIM UNTUK MEMBUNGKAM SUARA RAKYAT*

Oleh : *Ahmad Khozinudin*

Sastrawan Politik

_"Arahan Presiden, perlu diingatkan ke masyarakat bahwa sekarang masih pandemi Covid. Sehingga, kegiatan unjuk rasa (agar) tidak membawa klaster demo baru. Itu yang diingatkan pemerintah,"_ 

*[Airlangga Hartarto, 12/10/2020]*

Rezim Jokowi tak mampu membendung perlawanan rakyat yang tetap melakukan aksi menyampaikan pendapat di muka umum, melalui penggiringan opini via narasi membawa perkara ke MK. Jokowi memang sanggup, mengubah satu ormas untuk ikut menyuarakan nyanyian 'uji materi ke MK', namun hal itu terbukti 'gagal' menghentikan aksi massa.

Rakyat sangat paham, seruan ke MK bukanlah seruan jujur yang berpihak pada kepentingan rakyat. Namun, seruan ke MK adalah strategi politik untuk menjebak rakyat, agar suaranya terkanalisasi pada ruang kecil di MK, untuk akhirnya suara itu di bungkam oleh ketukan palu Hakim MK. 

Rakyat sadar, bahwa satu-satunya peta jalan perubahan adalah tetap teguh dan bertahan di parit parit perjuangan, menyuarakan aspirasi menolak UU Cipta Kerja sekaligus menuntut Presiden terbitkan Perppu untuk membatalkannya.

Kali ini, rezim menempuh cara lain dengan mencoba mengunggah empati atas keselamatan nyawa rakyat ditengah pandemi. Tujuannya tetap sama, membungkam suara rakyat berdalih pandemi, seolah-olah Presiden peduli dengan nyawa dan keselamatan rakyat.

Presiden Joko Widodo disebut mewanti-wanti bahwa demo di tengah pandemi Covid-19 dapat menimbulkan klaster penyebaran baru. Jokowi pun meminta jajarannya untuk mengingatkan hal tersebut kepada masyarakat.

Melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartanto, Presiden mencoba menghentikan aksi dengan bahasa kekhawatiran pandemi. Satu seruan, yang sebenar hanya ingin membungkam suara rakyat.

Sebelumnya, Dikti juga menyuarakan narasi pandemi untuk membungkam suara mahasiswa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), menerbitkan surat edaran bernomor 1035/E/KM/2020 terkait demo mahasiswa, meminta mahasiswa tak turut serta dalam unjuk rasa yang berpotensi membahayakan mereka, karena situasi pandemi.

Jika Presiden serius sayang nyawa rakyat, khawatir ada kluster baru dalam pandemi dari aksi demo, kenapa presiden tidak segera terbitkan Perppu untuk membatalkan UU Cipta Kerja ? Bukankah, jika Perppu itu diterbitkan rakyat otomatis berhenti demo, sebab tuntutan demo rakyat adalah pembatalan UU Cipta Kerja. 

Faktanya tidak demikian, jangankan terbitkan Perppu, menemui pendemo yang rakyatnya sendiri saja tidak dilakukan Presiden. Jokowi, lebih mengutamakan menjenguk itik di Kalimantan ketimbang menemui, dan mendengarkan aspirasi pendemo.

Seruan Presiden terkait pandemi juga terlihat hanya basa-basi. Sebab, saat dinggatkan berbagai elemen masyarakat bahaya melanjutkan Pilkada ditengah pandemi, bahaya munculnya kluster Pilkada dalam penularan virus Corona, Jokowi bungkam. Tak mempedulikan seruan itu. Lalu, apa alasannya sekarang rakyat perlu mengikuti seruan presiden untuk membela hak nya berdalih virus Corona ?

Ketika Tuan Presiden tak mendengar suara rakyat, menjadi hak rakyat juga untuk tak menggubris seruan Presiden. Rakyat, tetap akan memperjuangkan hak nya, dengan berbagai resiko dan tantangan.

Sejumlah kelompok buruh dan mahasiswa tetap berencana melakukan aksi hingga Presiden batalkan Perppu. Di Jakarta, elemen buruh telah mengajukan pemberitahuan ke Polisi untuk aksi hari ini hingga beberapa hari kedepan.

Selasa, tanggal 13 Oktober elemen ANAK NKRI bersama FPI, PA 212, GNPF Ulama, dan sejumlah elemen lainnya juga akan menggelar aksi besar di Jakarta. Tak ketinggalan, ujung tombak perjuangan anak STM, juga dikabarkan turut hadir.

Diberbagai daerah, juga digelar aksi serupa. Tuntutan juga seragam, meminta Presiden terbitkan Perppu membatalkan UU Cipta Kerja.

Sudah saatnya, rakyat punya rencana sendiri, perjuangan sendiri dan cara berjuang yang steril dari intervensi kekuasaan. Sudah saatnya, penguasa kaget dan terbelalak karena baru menyadari perlawanan rakyat keluar dari skenario dan kalkulasi.

Panjang umur perjuangan.......! [].