Kisah Intel Ruslan, Memata-Matai PKI di Blitar dengan Nyamar Jadi Orang Gila


Selasa, 8 Oktober 2020

Faktakini.net

Kisah Intel Ruslan, Mematai PKI di Blitar dengan Nyamar Jadi Orang Gila

Seperti kita ketahui bersama, sejarah telah menunjukan bahwa PKI selalu berusaha merongrong kedaulatan NKRI dan menggulingkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dengan paham Komunisme.

Mulai dari peristiwa pembrontakan PKI pada tahun 1948 di Madiun dan terulang kembali keganasan mereka pada peristiwa G30S/PKI tahun 1965 yang membawa konflik pertikaian antar anak bangsa dan menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI serta ribuan korban jiwa dari rakyat tak berdosa.

Serangkaian pembrontakan tersebut dapat digagalkan dan dibrantas sampai ke akar-akarnya.

Akan tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat PKI, pada tahun 1968 mereka berusaha untuk bangun kembali dengan Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) di Blitar Selatan.

Dengan melihat potensi wilayah Bakung yang terdiri dari hutan belantara dengan jalan setapak yang sulit dilalui dan menyediakan banyak gua-gua persembunyian, serta latar berlakang pendidikan masyarakat pada waktu itu masih berpengetahuan rendah, menjadi kesempatan emas bagi gembong-gembong PKI untuk membangun kembali organisasinya yang telah runtuh dan menanamkan paham komunis-nya di wilayah Blitar Selatan.

Pada akhirnya gerakan PKI yang dibangun kembali di Bakung berhasil ditumpas oleh pemerintah.

Tidak banyak yang tahu, keberhasilan ini salah satunya berkat kecerdikan seorang intelejen dari Batalyon 511/DY Blitar bernama Ruslan.

Menurut Sukamto (55), warga asli Bakung yang sekarang menjadi juru kunci Monumen Tugu Trisula, waktu itu beliau masih berusia sekitar lima tahunan, dalam wawancara menuturkan PKI datang pertama kali ke Bakung pada tahun 1957 dipimpin seorang pria bernama Suwandi.

Dengan berkedok sebagai orang suruhan dari pemerintah, Suwandi cs membentuk organisasi BTI (Barisan Tani Indonesia) untuk memperkuat perekonomian rakyat di sektor pertanian sama peternakan.

“Namanya ya rakyat Bakung sini dulunya orang bodoh ya manut aja, tidak tahu tujuannya orang itu tadi apa ya disuruh apa aja ya nurut. Akhirnya ternyata masyarakat dibohongi, jadi sejak tahun 1957, selama 10 tahun oleh Suwandi dikuasai dimana-mana dan ekonomi kuat, disini sudah tersedia sandang, pangan, papan. Akhirnya para gembong PKI itu tadi berbondong-bondong kesini, papannya yang digunakan ya rumah-rumah penduduk itu tadi. Boleh di tempati ya dia dan keluarganya selamat, gak boleh ditempati ya disiksa dibunuh,” ujar lelaki yang akrab disapa Pak Kamto ini, Sabtu (22/9/2018).

Mendengar berita tersebut pemerintah pun tidak tinggal diam, intel-intel TNI disebar ke warung-warung sebagai pedagang untuk menggali informasi tentang gerak-gerik PKI di Blitar selatan.

Namun setelah beberapa bulan berselang mereka tidak mendapatkan informasi yang diinginkan, naasnya lagi dikabarkan ada yang diculik para gembong PKI dan nasibnya tidak diketahui.

Penelusuran para intel TNI menemui titik terang ketika ada salah seorang warga Bakung bernama Kusno yang melarikan diri dari kekejaman PKI yang merampas dan membantai keluarganya.

Ketakutan hebat yang dialaminya memaksa ia untuk melarikan diri berjalan kaki dari Bakung sampai ke wilayah Jatinom, Kanigoro.

Sesampainya disana karena rasa lapar dalam pelarin berhari-hari, dia mencuri makanan milik warga sekitar.

Namun akhirnya Kusno tertangkap oleh salah seorang Intel TNI dari Yonif 511/DY bernama Ruslan.

Setelah digali motif pencurian serta informasi tentangnya, Kusno bercerita tentang kekacauan dan kecamuk pembrontakan yang terjadi di daerahnya.

Akhirnya, bersama dengan Kusno, Ruslan ditugaskan menjadi pasukan telik sandi yang dikirim oleh pihak TNI untuk menelusuri kekacauan di Bakung yang diduga dimotori oleh gembong-gembong PKI.

Mengingat sebelumnya intel-intel yang dikirim oleh Yonif 511/DY bernasib naas bahkan gugur karena kelicikan PKI yang telah menguasai wilayah Blitar selatan,Ruslan dengan cerdik menyamar sebagai orang gila dengan rambut gimbal dan pakaian lusuh.

Dengan kecerdikannya, Ruslan yang hanya berbekalkan daun pisang dan sebatang lidi masuk ke zona merah jantung pertahanan PKI di Bakung dan mulai memetakan pergerakan yang disusun oleh gembong-gembong PKI dan para pendukungnya.

Selain membuat sandi pemetaan wilayah, Ruslan juga menelusuri rumah-rumah warga yang diduga digunakan sebagai markas oleh gembong-gembong PKI untuk merancang setrategi pergerakan.

Setelah sekitar sebulan menyamar sebagai orang gila untuk menggali informasi tentang pergerakan PKI di wilayah Blitar selatan dirasa sudah cukup, Ruslan kembali ke markas Yonif 511/DY dan menyampaikan apa saja kegiatan yang dilakukan kalangan musuh di Bakung dan wilayah-wilayah sekitarnya.

Dari informasi yang diperoleh Ruslan, pemerintah tidak tinggal diam, pemerintah melakukan serangkaian kegiatan untuk memberantas PKI.

Pada bulan Februari Sampai dengan Juni 1968 telah dilaksanakan operasi intel dan operasi teer secara gabungan.

Selama proses operasi ini dilaksanakan memang cukup berhasil, namun belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pimpinan.

Di daerah-daerah lain aksi-aksi PKI semakin menjadi, terutama di daerah Blitar selatan, Malang selatan, Tulungagung dan sekitarnya.

Menanggapi maraknya aksi nyata PKI di sejumlah daerah, pemerintah Orde Baru melalui Kodam V Brawijaya membentuk Satgas TRISULA pada 18 Mei 1968.

Dengan dipimipin operasi Trisula itu dimulai pada 8 Juni 1968. Operasi ini melibatkan TNI ABRI, Wanra, Kamra, bahkan petugas Ronda Desa dari Kabupaten Blitar, Kediri, Tulungagung, Nganjuk dan Malang sebanyak ± 14.000 orang.

“Jadi selama 2 bulan seluruh sektor Blitar Selatan ini dikepung dengan Operasi Pagar Betis dari segala penjuru. Jarak antara pasukan paling sekitar lima meter sepanjang 80 KM bersama-sama bergerak menuju selatan sampai mencapai pesisir samudra laut sana. Didepannya ada pasukan gerak cepat yang masuk ke rumah-rumah warga tadi dan menelusuri goa-goa, kayak di mbultuk dan sekitarnya itu tadi” sambung Pak Kamto.

Operasi tersebut sangat luar biasa, dikatakan luar biasa karena merupakan operasi terpanjang dalam catatan sejarah Indonesia.

Hasilnya organisasi PKI baik taktis maupun moril bisa dilumpuhkan dan diberantas hingga ke akar-akarnya.