Maklumi Sikap PA 212 Yang Boikot Prancis, Refly Harun: Wajar! Macron Memang Salah Telah Menghina Islam
Selasa, 27 Oktober 2020
Faktakini.net, Jakarta - Pernyataan Emmanuel Macron yang mengaitkan Islam dengan terorisme belum lama ini menyinggung seluruh umat Islam di dunia.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Presiden Prancis sebagai buntut dari pembunuhan seorang guru yang menunjukkan karikatur bergambar penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW saat kegiatan belajar di kelas.
Berbagai kelompok atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam menentang keras pernyataan Macron tersebut, termasuk di Indonesia. Mereka menyerukan pemboikotan terhadap produk-produk asal Prancis.
PA 212 juga mengeluarkan sikap yang sama terhadap pernyataan Macron tersebut. Mereka menyerukan pemboikotan terhadap berbagai produk dari Prancis dan juga berencana untuk menggeruduk Kedubes Prancis di Jakarta.
Menanggapi hal tersebut, Refly Harun dalam video "PA 212 Serukan Boikot Prancis!!" yang diunggah channel YouTube Refly Harun pada Selasa, 27 Oktober 2020, mengatakan bahwa pernyataan Macron tersebut memang salah.
Menurut Refly, seharusnya Macron tidak menyebut pembunuhan tersebut sebagai perbuatan kelompok Islam, meski tetap pembunuhan itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
"Kita tidak boleh mengatakan kalau itu perbuatan dunia Islam, perbuatan kelompok Islam. Katakan itu sebagai perbuatan orang yang melakukannya," ujar Refly, dikutip PORTAL JEMBER dari channel YouTube Refly Harun.
Refly menyamakan kondisi tersebut dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Saat terjadi tindak pidana yang melibatkan orang Islam, pihak bertanggung jawab di Amerika langsung mengaitkannya dengan kelompok Islam, sedangkan perlakuan yang sama tidak terjadi pada kelompok masyarakat lainnya.
"Giliran terkait Islam, maka dengan cepat sekali (pihak bertanggung jawab di AS) mengatakan bahwa (tindak pidana) itu adalah (perbuatan) kelompok Islam," kata Refly.
Refly juga menyayangkan pernyataan dari Macron tersebut, karena selama ini Prancis adalah negara yang bisa mengimbangi Inggris di Eropa, sedangkan Inggris adalah sekutu utama AS.
"Amerika Serikat ketika hendak misalnya, melancarkan agresi terhadap Irak, atau kegiatan-kegiatan lainnya di daerah teluk atau timur tengah, Inggris selalu endorse, Inggris selalu mendukung. Saingan Inggris secara tradisional adalah Prancis," ungkap Refly.
Selain itu, sikap Macron semakin membuat heran Refly, karena ada banyak warga negara Prancis dan imigran yang beragama Islam, termasuk beberapa pemain di Timnas sepak bolanya.
"Jadi wajar saja kalau kelompok seperti PA 212 yang biasanya sangat peka dengan isu-isu keislaman, mau melakukan protes," ucap Refly.
Meski begitu, Refly berharap protes tersebut bisa disampaikan dengan cara yang baik dan tidak merusak fasilitas publik, karena jika itu dilakukan, Indonesia yang mengalami kerugian.
"Protes tersebut mudah-mudahan tetap di koridornya, tetap disampaikan dengan cara yang baik, tidak merusak, karena kalau terjadi perusakan atau pengrusakan, yang rugi Indonesia sendiri," ujarnya sambil tertawa.
Sebelumnya, muncul kabar bahwa ada potensi sweeping terhadap warga negara Prancis yang tinggal di Indonesia, terutama Jakarta. Refly berharap, hal itu tidak terjadi karena belum tentu warga negara Prancis setuju dengan pernyataan Macron tersebut.
"Dan juga mudah-mudahan tidak terjadi sweeping terhadap warga negara Prancis. Kita harus membedakan sikap pemerintah dan penguasanya dengan warga negaranya," ujar Refly.
"Sekali lagi, belum tentu warga negaranya sepakat dengan yang disampaikan oleh pemerintahnya," imbuhnya.***
Sumber: pikiran-rakyat.com