Pelajari Rekaman CCTV Pembakaran Halte Bus Usai Demo UU Cilaka, Tempo: Pelaku Punya Ciri Khusus

 




Jum'at, 17 Oktober 2020

Faktakini.net, Jakarta - Koran Tempo mempelajari rekaman CCTV di sekitar halte-halte di Jakarta yang dibakar pada demonstrasi 8 Oktober lalu.

SIAPA BIKIN RUSUH?

Sejumlah rekaman kejadian yang dikumpulkan Tempo menunjukkan adanya kesamaan waktu pembakaran beberapa halte bus di Jakarta saat demonstrasi menentang Undang-Undang Cipta Kerja, Kamis, 8 Oktober 2020 lalu.

Kesaksian petugas Transjakarta mengindikasikan pemantik api adalah orang-orang dengan ciri-ciri yang khas, berbeda dari peserta unjuk rasa lainnya.

Kepolisian tak bersedia mengomentari fakta-fakta ini.

Selengkapnya di Koran TEMPO edisi hari ini, Jumat, 16 Oktober 2020.

Sebelumnya, kecurigaan muncul di kalangan netizen, mereka menduga ada gerombolan tertentu yang beroperasi disaat demo rakyat menolak Omnibus Law Cipta Kerja, tugasnya khusus menghancurkan fasilitas kota.

Gerombolan ini berpakaian hitam-hitam, mereka sangat cekatan, agresif, beringas dan brutal dalam menghancurkan properti Pemprov DKI.

Mereka tidak membawa poster atau spanduk penolakan Omnibuslaw Cipta Kerja. Mereka juga tidak berorasi tema apapun yang berkaitan dengan penolakan Omnibuslaw Cilaka. Yang mereka bawa adalah botol berisi bensin sebagai bom molotov untuk membakar.

Fisik mereka terlihat tegap, tinggi, kekar dan atletis. Wajah mereka tak terlihat karena tertutup, namun sorot matanya sangar dan garang.

Pengrusakan oleh gerombolan terlihat terorganisir, terencana, masif, tidak random, ada target fasum milik Pemprov DKI Jakarta yang disasar secara khusus, dan skala kerusakan juga besar karena disertai aksi pembakaran.

Bahkan menurut info masyarakat yang beredar di WAG, ada yang merasakan keanehan karena ketika mereka melihat kerusakan yang terjadi dari wilayah Pasar Senen sampai HI serta kawasan Salemba Cikini, sisa-sisa dari tindak anarkis perusakan tidak mengusik sedikitpun toko-toko dan tempat usaha kelompok tertentu.

Sepertinya ada 2 target aksi perusakan dan pembakaran fasilitas umum ini. Pertama, merusak reputasi Gubernur DKI.

Kedua, untuk memperburuk citra demonstran sebagai perusuh. Sehingga hilang simpati masyarakat. Akhirnya masyarakat tidak mendukung apa yang diperjuangkan aksi demonstrasi yaitu menolak UU Cilaka.

Tujuan mereka sepertinya berhasil. Lihat saja pemberitaan media-media dan TV yang akhirnya fokus pada demo rusuh merusak, bukan fokus pada bahayanya UU Cilaka. 

Sumber. Portal-islam.id