Tewasnya Karel Satsuit Tubun Saat Melawan Pasukan G 30 S/PKI



Kamis, 1 Oktober 2020

Faktakini.net

JATUH DIANTARA BINTANG-BINTANG
(Malam itu satu-satunya yang memberikan perlawanan hanya KORPS BRIMOB POLRI)

KAREL SADSUITUBUN, Pemuda kelahiran Tual, Maluku Tenggara, ia memiliki mimpi untuk menjadi selayaknya laki-laki yang gagah perkasa dan terkenal, impiannya tersebut membawanya menjadi anggota Korps Brimob Polri, ia mengemban tugas sebagai penjaga kediaman “Orang yang paling jujur di mata hati Paduka Yang Mulia Presiden Soekarno” yakni Wakil perdana Menteri Johanes Leimena yang juga berasal Ambon Maluku.

sebagai Anggota KORPS BRIMOB POLRI Karel Sadsuitubun telah malang melintang diberbagai palagan pertempuran, sejak ia lulus sekolah Polisi ia telah ditugaskan di berbagai medan operasi, dari mengatasi gangguan keamanan intensitas tinggi DI/TII di Aceh hingga Tri Kora merebut Irian Jaya, KAREL SADSUITUBUN kesehariannya bertugas sebagai operator Ki Laba/Komobca, Kompi Lapis Baja C/1129 Komandemen Brimob Cadangan Kedunghalang, Bogor.

Jakarta 30 September 1965 malam itu sangat lengang, hawanya terasa panas sekali, sehingga tidak ada yang peduli ketika Pasukan Pasopati dari Divisi Ampera melakukan gerakan insubordinasi.

Namun benarlah bahwa TIDAK ADA KEJAHATAN YANG SEMPURNA, malam itu Rencana jahat dari Pasukan Pasopati tidak diijinkan berhasil oleh Tuhan YME, rencana mereka dibuat gagal dan berantakan oleh Seorang anggota KORPS BRIMOB POLRI.

Pasukan Pasopati pagi itu dengan gerakan senyap menuju kediaman Menteri/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Abdoel Haris Nasution di Kawasan Teuku Umar Jakarta, tujuan mereka adalah membawa Men/Pangab Hidup atau Mati.

KAREL SADSUITUBUN, saat fajar itu menyaksikan penyerbuan ke kediaman Jenderal TNI A.H. Nasution, yang merupakan tetangga Waperdam Johanes Leimena.

Penjaga Kediaman Men/Pangab langsung menyerah dan angkat tangan ketika mereka ditodong senjata oleh Pasukan Pasopati, KAREL SADSUITUBUN,mematikan lampu dan membeku sesaat, kemudian mendapat jawaban bahwa yang menodongkan senjata kepada penjaga tersebut dipihak yang salah melihat penjaga dikediaman Men/Pangab adalah Senior sedangkan yang menodongkan senjata masih Nampak yunior, bagi KAREL SADSUITUBUN itu adalah kekurang ajaran, dia mengokang senjata dan menembak dengan maksud membubarkan kejadian tersebut.

Rupanya benar-benar jahat pasukan malam itu, mereka membalas tembakan KAREL SADSUITUBUN dengan tembakan yang mematikan, masih sempat KAREL SADSUITUBUN bergerak taktis dan menghabiskan amunisi di Magazin senjatanya.
KAREL SADSUITUBUN Gugur, tubuhnya tertembus oleh berondongan senjata serbu pasukan Pasopati, bukan di punggung, namun di dada perkasanya.

Perlawanan yang diberikan oleh KAREL SADSUITUBUN anggota Korps Brimob Polri malam itu rupanya adalah campur tangan Tuhan untuk menggagalkan niat Jahat Pasukan Pasopati, Perlawanannya telah membangunkan banyak orang, diantaranya Men/Pangab sendiri, Desingan Peluru dan suara tembakan membuat Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan cukup waspada saat pasukan Pasopati memaksa masuk ke kediamannya walaupun beliau kehilangan puteri tercintanya Ade Irma Suryani Nasution.

Perlawanan KAREL SADSUITUBUN juga membuat terjaga Letnan I (CZI) Pierre Tendean, yang memberinya kesempatan untuk berfikir dan bertindak, Tendean sempat membawa senjata, namun ketika dia menjumpai pasukan bersenjata lengkap dari Pasukan pasopati yang diantaranya mengenakan seragam Tjakrabhirawa dengan bentakan menanyakan “Mana Nasution” sebagai Ajudan Jenderal A.H. Nasution, Tendean menjawab “Saya Nasution”, Jawaban yang diberikan oleh Letnan Pierre tersebut mengakhiri pencarian Pasukan Pasopati.

Perlawanan KAREL SADSUITUBUN dan Pengorbanan Letnan Pierre telah memberikan kesempatan sekaligus menyelamatkan Men/Pangab Jenderal TNI A.H. Nasution, sekaligus menggagalkan misi Pasukan Pasopati serta Gerakannya.

Dan KAREL SADSUITUBUN pun Jatuh diantara Bintang-Bintang, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi yang akan selalu bersanding dengan Bintang-bintang Pahlawan Revolusi Lainnya.

KAREL SADSUITUBUN Namanya diabadikan sebagai nama jalan, nama ksatrian dan juga nama Kapal Perang REPUBLIK INDONESIA.