Bentuk Penghormatan Terhadap Gubernur Pendahulunya, Anies Luncurkan Buku Digital MRT

 



Jum'at, 13 November 2020

Faktakini.net

Bentuk Penghormatan Terhadap Gubernur Pendahulunya, Anies Luncurkan Buku Digital MRT

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi meluncurkan buku digital “Menuju Ratangga, Kereta Kota Kita” yang dilakukan secara virtual, Selasa (10/11/2020).

Buku yang tersedia secara e-book itu menceritakan sejarah tentang transportasi di DKI Jakarta dari masa ke masa dibangunnya hingga transportasi modern Moda Raya Transportasi (MRT) ini.

Selain itu, dibahas juga soal sikap dan keinginan politik dari para gubernur DKI sebelumnya. Mulai dari penggagasan ide, hingga kemudian rencana proyek pertamanya yang mulai diajukan di era Gubernur Sutiyoso. Kemudian juga sampai mulai beroperasi di era Anies dan diresmikan saat itu oleh Presiden Joko Widodo.

Dalam sambutannya, Anies menyebutkan, dalam buku ini dibahas semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya satu tokoh saja. Nama-nama besarnya pun banyak disebut. Seperti BJ Habibie, Menteri Riset dan Teknologi saat itu, dan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada kurun tahun 1960-an hingga kemudian mulai terwujud pada periode Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dengan mendirikan PT MRT Jakarta tahun 2008 lalu.

“Karena semua pekerjaan besar adalah hasil kerja kolektif bukan satu orang saja, termasuk MRT ini," ujarnya, Selasa, (10/11/2020).

Anies lantas menganalogikan pembuatan MRT ini tidak seperti membangun Candi Borobudur. 

"Kita tahu candi itu dibangun lebih dari 100 tahun dan sekarang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Ada banyak orang yang ikut membangun, tapi hanya ada satu nama arsiteknya yakni Gunadarma yang diingat,” jelas Anies.

Anies menambahkan, sebagai alat transportasi, MRT bukan hanya lebih dari sekadar alat secara fisik saja atau sebagai pemindah badan saja. Melainkan sebagai alat transportasi umum untuk meningkatkan interaksi sosial masyarakat. Karena menurut Anies di dalam interaksi sosial di transportasi umum itu ditemukan kebersamaan, persatuan, dan kesetaraan. 

“Makanya terobosan dari para pengelola itu harus terus dikembangkan. Dari mulai dulu [fase] konstruksi (MRT), sekarang menghadirkan pengalaman [menggunakan MRT]. Yaitu pengalaman interaksi antar warga, ada interaksi sosial, ekonomi, dan lainnya, ini yang harus difasilitasi,” imbuh Anies.

Di sisi lain, Anies juga mengurai soal nama Ratangga yang digunakan untuk menamai kereta MRT itu. Kata dia, dengan adanya buku ini mengurai perubahan perjalanan Ratangga. Dari yang semula tergores di atas kertas menjadi tiang pancang di tanah Jakarta, dan kini menjadi kereta yang bisa digunakan secara leluasa.

“Diambil dari kitab Sutasoma dan Arjuna Wiwaha anggitan Mpu Sutasoma, Ratangga bukan nama tanpa makna. Tersirat makna yang dalam di sana: kereta kuda yang kuat dan dinamis. Secara historis, penamaan ini ingin menggambarkan betapa Ratangga ini memiliki akar kuat dalam sejarah panjang negeri ini,” jelasnya. 

Anies kemudian berharap dengan adanya moda transportasi seperti MRT ini bisa mewujudkan misi utamanya, tidak hanya sekadar merealisasikan target semata. 

“Kita percaya MRT ini menjadi misi yang ditunaikan. Jadi tidak hanya meraih target tapi menunaikan misi. Yakni, misi membangun persatuan, kebersamaan, kesetaraan. Dan itu dimungkinkan,” pungkas Anies.

Daniel Rahmadi, Netizen.