Habibana, Mahfud, Rezim Zalim dan Potensi Dakwah Syariah dan Khilafah Akan Semakin Membahana

 



Sabtu, 7 November 2020

Faktakini.net

*HABIBANA, MAHFUD, REZIM ZALIM DAN POTENSI DAKWAH SYARIAH DAN KHILAFAH AKAN SEMAKIN MEMBAHANA*

Oleh : *Ahmad Khozinudin*

Sastrawan Politik

Ditengah kabar rencana kepulangan Habibana Muhammad Habieb Rizieq Shihab (HRS), publik di negeri ini menjadi riuh mendiskusikannya. Mayoritas, suasana kebatinannya Umat gembira dan bahagia, atas rencana kepulangan Habibana.

Namun, ada juga sekelompok kecil orang termasuk yang ada di pemerintahan meradang. Orang-orang ini, tak bahagia melihat kebahagiaan umat, tak senang dengan kegembiraan umat, terus memproduksi narasi yang melukai batin Umat.

Mahfud MD, misalnya. Selaku pejabat Kemenkopolhukam mengancam akan menyikat, siapapun yang rusuh saat kepulangan HRS. Padahal, tidak ada yang mau rusuh. Umat ingin menyambut kedatangan Habibana dengan perasaan gembira dan bahagia, itu saja.

Lebih jauh, di acara 'Cokro TV' media abal-abal tempat aktualisasi pemikiran puritan yang diadopsi Ade Armando, Abu Janda, Deni Siregar, Eko Kuntadi dan Ahmad Sahal, Mahfud dengan entengnya merendahkan Habinana dengan ejekan 'bukan orang suci dan pengikutnya sedikit'. 

Hadirnya Mahfud di media Cokro TV sebenarnya merendahkan wibawa diri dan jabatannya selaku Menkopolhukam. Padahal, untuk bicara tentang rencana kepulangan Habibana, Mahfud bisa tampil di TV One, Metro TV, Kompas TV, SCTV, dan banyak media kredibel lainnya. Bukan tampil via media buzer.

Tapi jika ditilik dari materi yang disampaikan Mahfud, rasanya sudah pas dia tampil di media buzer sekelas Cokro TV. Pernyataannya lebih condong pernyataan agitasi yang merendahkan, karakter khas ujaran buzer. Bukan pernyataan seorang Negarawan yang memiliki nalar intelektual yang objektif, imparsial, arif dan bijak.

Mengenai Habibana tidak suci, itu benar. Sebab, manusia suci hanyalah Rasulullah Muhammad Saw. Namun pasti, Habibana lebih terjaga ketimbang Mahfud MD.

Soal pengikut ? Penulis jamin, habibana lebih banyak pengikutnya. Aksi bela Islam yang dihadiri 7 juta peserta menjadi buktinya. Sementara pengikut Mahfud ? Paling hanya hitungan jari, atau kalaupun lebih cukup dibantu dihitung dengan jari kaki.

Bukan hanya Mahfud, Dubes Indonesia untuk Arab Saudi juga menuding Habibana 'Over Stay' sehingga kepulangan Habibana dianggap karena sanksi (deportasi). Dubes satu ini, sejak awal memang seperti sengaja dipasang untuk mendeskreditkan Habibana.

Padahal, terlepas Habibana berbeda posisi politik dengan rezim Jokowi, over stay,  atau apapun itu, beliau tetaplah anak bangsa ini, Warga Negara Indonesia yang berhak atas perlindungan dan pengayoman Negara. Apalagi, beliau membawa nama harum bangsa Indonesia.

Reynhard Sinaga saja yang homo, memalukan seluruh warga NKRI dengan kasus sodominya, tetap diperhatikan dan mendapat pembelaan hukum dari pemerintah. Dasarnya, terlepas dia memalukan, tapi dia tetaplah WNI. Padahal, status WNI tidak tanggal hanya karena melakukan tindak pidana.

Banyak politisi yang mengaku paling NKRI, ternyata koruptor. Sebut saja Rohmahurmuzy atau Romi, Imam Nahrawi, keduanya mengaku paling NKRI toh korupsi. Tapi, biar pun korupsi mereka tetaplah WNI.

Joko Chandra yang buron lama, sekarang diadili, statusnya tetap WNI. Biar bandel, bahkan keturunan China, dia tetap WNI. Begitu juga Jaksa Pinangki, Brigjen Prasetijo Utomo dan Brigjen Napoleon Bonaparte, meskipun ketiganya brengsek, tetap saja mereka adalah WNI.

Adapun sikap pemerintah kepada Habibana sangat memalukan. Seolah, Habibana bukan WNI, bukan anak bangsa, bukan orang yang layak mendapatkan hak berupa perlindungan dan pengayoman dari Negara.

Tetapi sudahlah, yang jelas Habibana insyaAllah segera pulang. Karena tak bisa membendung kepulangan Habibana, rezim mengedarkan narasi seolah punya andil atas kepulangan habibana. Meminjam mulut pengamat, seolah-olah kepulangan ini adalah bagian dari rekonsiliasi Prabowo - Jokowi. Sejumlah jabatan, dari Wantimpres hingga Duta Besar, diframing sebagai kompensasi rekonsiliasi.

Sekali tidak tetap tidak, habibana akan selalu bersama kami, membersamai umat untuk berjuang menegakkan hukum Allah SWT. Habibana, tak akan mengambil pilihan berdiri bersama rezim zalim, apalagi setelah perlakuan rezim begitu buruknya.

Habibana, akan tetap teguh berada di parit-parit perjuangan, untuk Istiqomah memperjuangkan syariat Islam, serta menyongsong kedatangan Khilafah ala Minhajin Nubuwah. Habibana, telah mengambil sumpah bersama umat, berjanji tidak akan pernah tenggelam, apalagi timbul bersama disisi rezim zalim. 

Dakwah syariah dan khilafah, akan semakin membahana. Rezim hanyalah buih di lautan, yang tak akan sanggup melawan badai gelombang Khilafah, yang telah ditetapkan kepastian kedatangannya, oleh Allah SWT sebagaimana dikabarkan Rasulullah Muhammad Saw. [].