Gus Nur, Ponpes Karomah 13 Dan Jejak Kemanusiaan Yang Akan Dikenang Zaman
Rabu, 2 Desember 2020
Faktakini.net
*GUS NUR, PONPES KAROMAH 13 DAN JEJAK KEMANUSIAAN YANG AKAN DIKENANG ZAMAN*
Oleh : *Ahmad Khozinudin, S.H.*
Advokat, Tim Advokasi Gus Nur
Di Kota Palu, tepatnya di JL. Zebra 1 Kel. Birobuli Utara Kota Palu, Tatura Sel., Kec. Palu Sel., Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Gus Nur membina para santri du'afa. Gus Nur mendirikan pondok pesantren dan menamai pondoknya dengan nama 'Karomah 13'. Pondok pesantren ini berkonsentrasi pada pendidikan Tahfidz Qur'an dan Majelis Dzikir.
Entah apa yang menjadi latar belakang Gus Nur menamai pondoknya dengan nama Karomah 13. Biasanya, mitos orang barat angka 13 adalah angka sial, bahkan di Indonesia hingga ada yang mengadopsinya sebagai ungkapan kesialan. "Celaka 13" adalah ungkapan yang meluapkan rasa kecewa, jengkel dan ketakutan.
Namun Gus Nur justru menjadikan angka 13 sebagai angka karomah. Karomah sendiri dikenal sebagai suatu keajaiban yang dialami oleh hamba Allah SWT yang taat dan Sholeh, bisa berupa penyimpangan akan hukum alam (Nidzamul Wujud) seperti tidak mempan di bacok, bisa berjalan diatas air, bisa melihat kondisi di negeri lain tanpa bantuan alat, atau sejumlah peristiwa ajaib yang menyimpangi kebiasaan pada umumnya.
Karomah pernah diberikan kepada Umar bin Khattab RA yang mampu memberi instruksi kepada pasukan Saroyah untuk berlindung ke gunung, padahal Umar RA sedang Khutbah di Madinah. Begitu juga ketika Sa'ad Bin Abi Waqas bersama pasukannya mampu menyeberangi sungai Dajlah tanpa tenggelam, pasukan berkuda bisa lari diatas air sungai.
Terlepas dari apapun latar belakangnya, di Ponpes Karomah 13 ini Gus Nur membina para santri dari kaum Du'afa tanpa memungut biaya. Santri dididik untuk menjadi Hafidz Qur'an, sebagai penjaga Al Qur'an. Semua biaya, baik biaya hidup santri dan para Ustadz pengajar ditanggung pondok.
Berbagai kegiatan santri dilakukan di pondok ini, sejak pagi menjelang subuh hingga malam. Pondok ini juga menjadi Majelis Dzikir, sarana untuk mengingat, memuji dan membesarkan asma Allah SWT.
Saat musibah bencana Gempa dan Tsunami Palu, pondok ini dilindungi oleh Allah SWT. Meski tidak jauh dari lokasi yang porak poranda (tidak jauh dari Petojo), pondok ini tetap berdiri kokoh tak ada kerusakan berarti yang ditimbulkan akibat Gempa dan Tsunami.
Selain mengelola pondok, Gus Nur juga mengelola agenda Bedah Rumah, sebuah program untuk membantu orang miskin untuk memperbaiki rumahnya. Gus Nur melakukan kegiatan sosial seperti mengadakan sarana air, membantu pembangunan dan/atau pemugaran masjid dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Adapun Syafari dakwah, dilakukan oleh Gus Nur diberbagai kota di Indonesia, hingga ke mancanegara. Sebelum akhirnya Gus Nur dicekal, tak bisa bersyafari dakwah keluar negeri.
Jadi, kegiatan Gus Nur bukan hanya membuat video dengan durasi beberapa menit. Bukan hanya mengkritik pemerintah dan ormas, yang aktivitas dakwah itu berujung bui.
Coba kita pikirkan lebih dalam, bukankah serangkaian kegiatan Gus Nur tersebut mencerdaskan umat ? Membantu pemerintah ? Menyebar kemaslahatan ditengah umat ?
Lantas, kenapa rezim begitu tega memenjarakan Gus Nur ? Merampas kemerdekaan Gus Nur ? Apakah rezim ini tidak paham, banyak santri, kegiatan masjid dan aktivitas bedah rumah yang kehilangan sosok Gus Nur ? Banyak santri yang nafkahnya ditanggung Gus Nur.
Apakah Negara setelah memenjarakan Gus Nur mau mengambil alih tanggung jawab nafkah Gus Nur kepada santri dan ustadz di pondoknya ? Apakah pemerintah mau menanggung dan melanjutkan program bedah rumah dan pembangunan masjid yang selama ini dilakukan Gus Nur ?
Yang jelas semua budi baik akan abadi dikenang zaman. Semua kezaliman akan abadi menjadi prasasti kehidupan yang akan diceritakan berulang oleh setiap generasi.
Kita bebas memilih, apakah akan dikenang membela kaum tertindas sebagaimana Musa membela kaumnya. Atau menjadi prasasti kezaliman, sebagaimana Fir'aun abadi dikenang sebagai makhluk yang zalim terhadap rakyatnya. [].