Terkait Prokes dan Penembakan 6 Laskar FPI, Abrar Rifa'i: Konstruksi Rapuh

 




Jum'at, 11 Desember 2020

Faktakini.net

*Konstruksi Rapuh*

Abrar Rifai

Protokol kesehatan dilanggar dimana-mana. Mulai dari majelis-majelis pengajian, pemakaman,  mall dan pasar-pasar tradisional, hingga pelaksanaan Pilkada. 

Kalau semua para pelanggarar tersebut kemudian dianggap penjahat, betapa bangsa ini sudah menjadi penjahat semua! 

Kalau Polisi serius ingin menegakkan aturan protokol kesehatan tersebut, betapa Polisi tidak akan punya waktu untuk melakukan pekerjaan lain.

Maka, untuk apa Polisi menguntit Habib R!zieq sedemikian rupa, karena konon katanya Habib mangkir dari pemanggilan Polisi terkait pelanggaran protokol kesehatan? 

Lantas, kemudian orang-orang yang membersamai Habibana R!zieq dengan entengnya dihabisi nyawanya. Karena apa? 

Mereka melawan petugas? 

Melawan petugas apa? Lha wong itu mobil pribadi. Penumpangnya berpakaian preman. Layaknya preman atau pembalap jalanan yang suka bermanuver mengganggu pengguna jalan lain. 

Bahwa para laskar yang menyertai Habib R!zieq bereaksi atas ulah para preman ini, iya! Sebab siapapun, kalau perjalanannya diganggu, dipepet, dipotong dan seterusnya, pasti akan bereaksi. 

Tidak ada yang tahu bahwa pengganggu di jalan raya ini adalah Polisi. Sampai kemudian laskar FPI yang menyertai Habib R!zieq dinyatakan hilang, tetap tak seorangpun yang tahu bahwa yang menghilangkannya adalah Polisi. 

Sebab mereka memang memakai mobil pribadi dan berpakaian preman. Pun tidak sedang terjadi pemeriksaan atau penyidikan apapun! 

Sampai akhirnya ternyata Polisi melalui Kapolda Metro Jaya yang memberi pengakuan, bahwa mereka semua adalah Polisi. Bukan hanya itu, Kapolda pun mengaku bahwa orang-orang tersebut ternyata juga telah menembak mati semua laskar FPI tersebut. Sadis! 

Ditembak karena konon mereka menghalangi penyidikan atas pelanggaran protokol kesehatan itu. Sekali lagi itu mengada-ada. Sebab tidak ada penyidikan apapun. Lha wong itu perjalanan biasa, dari satu tempat ke tempat lainnya. 

Polisi menguntit mereka karena konon akan ada pergerakan massa dari luar Jakarta. Makin gak nyambung aja ini, lha wong itu perjalanan dari Jakarta menuju luar Jakarta! 

Tembak-tembakan katanya. Terlalu rapuh konstruksi cerita semacam ini, coba belajar alur dan peristiwa fiksi pada novelis profesional, biar ceritanya lebih diterima akal. 

Apapun itu, Polisi telah memberikan pengakuan bahwa merekalah pelaku penembakan itu. Merekalah pelaku pembunuhan itu. Merekalah yang menghabisi 6 anggota FPI. Mereka telah menghilangkan nyawa 6 warga sipil, terlepas apapun dalihnya.

Maka untuk mengusut kasus ini, serahkan urusannya kepada lembaga lain di luar kepolisian. Tim Pencari Fakta (TPF) harus segera dibentuk. Komnas HAM adalah lembaga yang paling tepat untuk memimpin tim tersebut. 

Pelanggaran HAM adalah kejahatan besar. Kejahatan inilah yang menyebabkan Prabowo hingga kini tak bisa lagi memulihkan nama baiknya, di tengah anak Bangsa, terlebih lagi di masyarakat Internasional. 

Kalau kelak memang Polisi dinyatakan bersalah, kemudian bisa diusut kepada dalang utamanya, maka itu akan menjadikan rezim ini sebagai pesakitan, untuk kemudian tumbang. (Abrar Rifai)

Posting Komentar untuk "Terkait Prokes dan Penembakan 6 Laskar FPI, Abrar Rifa'i: Konstruksi Rapuh"