Biografi Habib Thohir bin Abdullah Alkaff (Tegal)
Jum'at, 4 Desember 2020
Faktakini.net
*AL HABIB THOHIR BIN ABDULLOH BIN AHMAD AL KAFF (TEGAL)*
Sosoknya tinggi besar dan penuh wibawa. Gaya berdakwah da’i yang satu ini sangatlah khas. Kalau sedang berbicara diatas panggung, suaranya bariton dan begitu menggelegar.
Pidatonya sangat berapi-api penuh semangat, sehingga da’i yang satu ini terkesan angker. Orasinya terkesan galak, penuh nada kritik namun bertanggung jawab, sehingga dalap setiap pengajian yang diisi olehnya, ribuan jama’ah betah mendengarkannya hingga acara pengajian berakhir.
Namun dibalik itu semua, ia adalah seorang yang berhati lembut, bertutur kata pelan, penuh canda dan sangatlah bersahaja.
Dia adalah al-Habib Thohir bin Abdullah al-Kaaf, salah satu keluarga al-Kaaf yang paling keras dalam berdakwah dari tujuh bersaudara anak lelaki al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Ahmad al-Kaaf. Sebagai juru dakwah, pria kelahiran 15 Agustus 1960 M, ini dikenal sangat konsisten dalam membentengi umat dari pendangkalan akidah, terutama oleh berkembangnya aliran sesat di Indonesia.
Nama al-Habib Thohir dikenal oleh kaum muslimin diberbagai daerah di Indonesia. Maklum, sosoknya selalu menghiasi berbagai pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan, baik dalam majelis haul ataupun majelis-majelis lainnya.
Al-Habib Thohir mendapatkan pendidikan agama pertama kali dari ayahnya, al-Allamah al-Habib Abdullah bin Ahmad al-Kaaf, yang dikenal sebagai tokoh ulama di Jawa Tengah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di SD dan SMP al-Khairiyyah yang berada di Kota Tegal.
Baru pada tahun 1980 M, bersama adiknya, al-Habib Hamid (Seorang mubaligh dan pengasuh Pondok Pesantren al-Haramain asy-Syarifain yang berada di Cilangkap, Jakarta Timur.) ia berangkat menuju Makkah al-Mukarramah dan melanjutkan studinya dibawah bimbingan al-‘Allamah Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, seorang tokoh ulama yang berada di Hijaz. Disana ia belajar selama enam tahun.
Atas izin dari as-Sayyid Muhammad al-Maliki, pada tahun 1986 M, ia kembali pulang ke Tanah Air. Sepulangnya dari Makkah, ia ditunjuk oleh beberapa pesantren untuk menjadi tenaga pengajar. Karena dorongan dan semangatnya yang begitu menggelora, akhirnya ia memutuskan untuk terjun ke medan dakwah.
Kini, meskipun berkeluarga di Kota Pekalongan, ia lebih banyak untuk membina umat dengan mengadakan majelis taklim di Kota Tegal, khususnya di Masjid Zainal Abidin yang terletak di jalan Dukuh. Majelis itu ia beri nama Majeis Taklim Zainal Abidin.
Ia berharap, Pesantren Zainal Abidin, yang sejak lama digagasnya, akan bisa dibangun di Kota Tegal. Sebab sudah sangat banyak para orang tua yang ingin menitipkan anak-anaknya kepadanya. Namun, cita-cita itu tampaknya masih akan lama terwujudnya, sebab padatnya jadwal dakwahnya.
Ketika disinggung dengan isu aktual dalam dakwah, al-Habib Thohir dengan penuh semangat menyatakan bahwa tantangan terberat dalam umat Islam saat ini adalah pendangkalan akidah lewat beberapa aliran sesat.
“Berdakwah menurut saya, sebenarnya lebih dari gerakan moral. Sebab saat ini umat Islam di Indonesia khususnya masih sering terjebak gerakan aliran sesat. Oleh karenanya, dakwah saya menyoroti tentang masalah akidah, terutama tentang fenomena banyaknya aliran sesat yang terus berkembang ini.” Ungkap al-Habib Thohir tentang pilihan dakwahnya.
“Jadi kalau al-Habib Riziq memerangi kemaksiatan lahiriyah, seperti perjudian, mabuk-mabukan, pelacuran dan berbagai aktifitas kemaksiatan yang lainnya, kalau saya lebih banyak memerangi kemunkaran dalam akidah yang diakibatkan oleh aliran sesat.” Ujar ayah lima anak ini.
Hampir dalam berbagai aktifitas dakwahnya, entah dalam kesempatan majelis taklim, majelis haul, ataupun seminar ilmiah, ia selalu memperingatkan beberapa metode penyesatan yang dilancarkan oleh aliran-aliran sesat kepada kaum muslimin, khususnya yang berada di Indonesia. Sebab Islam di Indonesia ini adalah warisan Wali Songo, yang berpegang teguh pada ahlussunnah wal jama’ah.
“Sekarang yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga akidah. Karena jangan sampai ketidaktahuan kita tentang prinsip-prinsip pokok akidah ahlussunnah wal jama’ah menjadi sasaran empuk bagi para propagandis aliran-aliran sesat yang ingin merusak pokok-pokok kepercayaan umat Islam.” Kata al-Habib Thohir mengingatkan.
Al-Habib Thohir juga mengharapkan, para ulama dan cendikiawan mempunyai sikap serta kepedulian untuk membentengi umat Islam dari kerusakan akidah. Kepada sesama penganut faham ahlussunnah wal jama’ah, diharapkan tidak perlu lagi berdebat soal masalah furu’iyyah. (Permasalahan cabang dalam agama, diantaranya: status hukum maulid, tahlil, haul, qunut, talqin, dan lain sebagainya.)