40 Hari Kematian Laskar FPI, Keluarga Masih Menuntut Keadilan

 




Sabtu, 16 Januari 2021

Faktakini.info, Jakarta - Bertepatan dengan 40 hari kematian enam laskar Front Pembela Islam (FPI) pada Jumat 15 Desember 2021, sejumlah tokoh dan pimpinan ormas Islam mengunjungi keluarga korban untuk bersilaturahim sekaligus memberikan dukungan moril.

Tokoh yang berkunjung tersebut antara lain Mantan Penasehat KPK Abdullah Hehamahua, Presiden Kompi HM Mursalin, Pimpinan Dewan Dakwah Ustaz Taufik Hidayat dan Pimpinan Hidayatullah Ustaz Chandra. Mereka adalah bagian dari tim independen yang turut memantau proses hukum dari kasus tersebut.

Dari enam keluarga korban, hanya dua keluarga yang bisa dikunjungi yaitu keluarga almarhum Muhammad Suci Khadavi Poetra dan almarhum Ahmad Sofyan.

Pertama yang dikunjungi adalah kediaman keluarga almarhum Muhammad Suci Khadavi Poetra di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Keluarga Khadavi merasa gembira atas kedatangan para tokoh tersebut, mereka bersyukur mendapatkan perhatian dan dukungan disaat perasaan duka yang belum hilang.

Hendra Mulyana, ayah dari Khadavi mengaku masih terpukul atas kejadian yang menimpa anak kesayangannya, namun ia terlihat tegar menghadapi kenyataan.

Menurut Hendra, Khadavi adalah sosok anak yang baik dan cinta dengan majelis taklim sejak remaja.

“Dari SMP dia sudah suka ikut majelis para habaib, dan sejak 2017 dia ikut gabung di FPI,” ujar Hendra.

Menurutnya, Khadavi yang baru berusia 21 tahun itu rencananya akan diwisuda tahun 2021 ini.

“Dia masuk jurusan bagian perkapalan, tapi tempo hari dia pernah bilang ingin pindah jurusan ke hukum, alasannya dia ingin ikut berjuang menegakkan keadilan dan membela ulama,” ungkap Hendra.

Hendra mengaku, ia dan istrinya selalu teringat pesan Khadavi untuk senantiasa ingat akhirat sehingga tidak terlena dengan urusan dunia.

Terkait hasil investigasi Komnas HAM, Hendra tetap meyakini anaknya tidak bersalah. Soal kepemilikan senjata rakitan misalnya, ia yakin anaknya tidak memilikinya.

“Anak saya itu beli gorengan aja kadang patungan sama teman-temannya, kalau dikatakan punya senjata duit dari mana? anak saya itu ‘senjatanya’ kopiah sama baju koko,” tutur Hendra.

Oleh karena itu, kata Hendra, pihak keluarga tetap berharap adanya keadilan hukum.

“Kita ingin kasus ini diusut tuntas,” jelasnya.

Soal tuntutan keadilan ditulis juga di buku Yasin yang dibuat keluarga untuk mengenang Khadavi. Di buku yasin tersebut keluarga menuliskan:

Assyahid Khadavi adalah seorang anak kami yang sangat baik dan dicintai banyak orang, melalui tragedi penembakan yang terjadi di KM 50 Jakarta Cikampek dengan cara yang sangat keji dan tidak berkeprimanusiaan, memberikan luka dan rasa kehilangan yang sangat mendalam yang tidak dapat digantikan apapun di dunia ini.

Satu hal yang pasti dan selalu menenangkan hati kami adalah bahwa kebenaran dan keadilan akan terungkap karena Allah SWT selalu bersama kami.

Namun kami yakin dan percaya bahwa yang anak kami inginkan adalah kebahagiaannya di akhirat, itu yang selalu dia inginkan kepada kami, bahwa akhirat harus lebih utama dari segalanya, dalam membela agama Allah.

Kami sekeluarga ikhlas dan ridho melepas kepulangan anak kami tercinta. Semoga pengorbanan cinta dan kasih sayangnya kepada Habibana Rizieq Syihab untuk membela kebenaran di jalan Allah SWT selalu ada di dalam kehidupan kami sekeluarga.

Kami mengucapkan banyak terima kasih bagi seluruh saudara yang selama ini selalu mendoakan dan mendukung kebenaran dan keadilan untuk almarhum Assyahid Khadafi baik secara moril maupun materil.

Menutup pembicaraan dengan Hendra, Ustaz Taufik Hidayat memimpin doa agar Khadavi diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Selain itu, Taufik juga mendoakan kebaikan buat seluruh muslimin juga untuk bangsa dan negara.

Setelah mengunjungi keluarga Khadavi, Abdullah Hehamahua dan kawan-kawan bertolak menuju daerah Kemayoran, Jakarta Pusat untuk mendatangi rumah keluarga almarhum Ahmad Sofyan.

Mendoakan almarhum Khadavi dan korban lainnya

Di sana, kesempatan untuk bicara dengan pihak keluarga terbatas. Abdullah hanya bisa berbicara dengan ibunda almarhum Ahmad Sofyan sebentar. Sementara ayahnya sudah meninggal, jadi Sofyan adalah seorang yatim.

Menurut ibunya, Ahmad Sofyan atau yang akrab dipanggil ‘Ambon’ adalah sosok anak yang cinta dengan ulama. Meski hanya lulusan madrasah dan berijazah paket C, namun Sofyan memiliki semangat bela agama yang tinggi.

Sama seperti keluarga korban yang lain, Ibunda Sofyan masih berharap adanya keadilan hukum.

“Bahkan seperti orang tua Faiz (keluarga korban lainnya), ibunda Sofyan juga berani melakukan mubahalah untuk membuktikan anaknya tidak bersalah,” kata Abdullah Hehamahua.

Foto: Abdullah Hehamahua berbicara dengan ibunda Ahmad Sofyan

Sumber: suaraislam.id