Pigai: Pelaku Rasisme Dipelihara Kakak Pembina, Sekali Twit Dibayar 3 Juta, Kalau Video 20 Juta

 



Kamis, 28 Januari 2021

Faktakini.info, Jakarta - Bareskrim Polri akhirnya menangkap Ketua Relawan Pro Jokowi-Ma’ruf Amin, Ambroncius Nababan atas kasus dugaan rasial terhadap mantan Komisioner Komnas HAM asal Papua, Natalius Pigai.

Di acara bincang-bincang iNews Room, Natalius Pigai mengaku sudah berulang kali menjadi korban rasisme.

“Yang pertama soal rasisme itu bukan hal baru bagi saya. Kalau dihitung-hitung sudah mencapai jutaan,” ucap Pigai dalam acara talk show bertajuk “Ketika Pigai Bertikai” di iNews Room, Selasa (26/1/2021).

Natalius Pigai menyebut para buzzer sering menyerangnya di media sosial dengan kata-kata rasis.

“Jadi kalau satu, seorang buzzer misalnya dia rasis sama saya tulisannya, di bawah itu (meretweet dan mengomentari) ada 1.000 orang. Mereka sama bahasanya, monyet, gorila, (orang) utan,” kata Pigai.

Pigai menyebut para buzzer ini dipelihara oleh kakak pembina.

“Kakak pembina itu siapa? Kan ini semua permainan kakak pembina. Kalian tahu kan kakak pembina itu siapa,” kata Pigai.

Ia menganalogikan kakak pembina sebagai majikan yang memegang remot kontrol untuk mengatur dan mengarahkan buzzer atau herder.

“Anjing-anjing, herdernya dilepas oleh majikannya, karena itu remot kontrolnya selalu dikuasai oleh kekuasaan,” ucapnya.

Pigai mengaku mendengar obrolan di warung kopi bahwa herder kakak pembina dibayar Rp3 juta sekali posting. Jika memposting video, bayarannya bisa sampai Rp20-30 juta.

“Pembicaraan di tempat kopi, warung kopi, ini harus dibuktikan, namanya dugaan. Riak-riak itu kalau mereka twit bayarannya Rp3 juta. Kalau mereka (unggah) video, bayarannya 30, 20 juta. Iku kan namanya dugaan, harus dibuktikan,” ujar Pigai.

Ia meminta Ketua Umum Jokowi Mania (Jokman), Immanuel Ebenezer untuk mengklarifikasi obrolan warung kopi tersebut.

“Jadi Ebenheizer kau kan teman, kau jangan bohong. Kami kan tahu semua ini,” kata Pigai kepada Immanuel Ebenezer yang juga menjadi nara sumber di acara iNews Room.

Para herder itu, kata Pigai, merusak tatanan berkehidupan bangsa di Indonesia.

“Yang kedua, mereka merusak kebhinekaan, mereka merusak Pancasila, dan itu dilakukan oleh orang yang memegang otoritas,” tegas Pigai.

Foto: Natalius Pigai

Sumber:  Portal-islam