Sekolah Rakyat Ancol Dan Gubernur yang Selalunya Tak Mau Ketinggalan Dalam Berbuat Kebaikan
Kamis, 7 Januari 2021
Faktakini.info
*Sekolah Rakyat Ancol Dan Gubernur yang Selalunya Tak Mau Ketinggalan Dalam Berbuat Kebaikan.*
Geisz Chalifah
Di Ancol itu ada banyak unit ada Dufan, ada ODS, ada Seworld, juga resto2 yg keren. Semuanya itu serba gemerlap.
Dan menariknya ada satu tempat di Ancol yg ga banyak orang tau. Dan tempat itu istilahnya saya buat sendiri Yaitu: *Jalan Menuju Surga.*
Dimana itu adanya?
Adanya di Sekolah Rakyat Ancol.
Ada lebih dari 100 murid dan mereka semua dari keluarga tak mampu.
Istilah insan-insan Ancol terhadap siswa/i SRA itu bukan murid2 SRA tapi yg digunakan adalah: *Anak-Anak Kita.*
Ada Rika Lestari dia Corporate Communication PJA sebuah jabatan bergengsi yg wajahnya selalu muncul di media. Siswa/siswi dari SRA tak faham apa itu Corcom ga ngerti apa itu bidang tugas yg dilakukan oleh Rika Lestari.
Yg mereka ketahui dan mereka lakukan (Para Siswi SRA) bila bertemu dgn Rika, bukan sekedar bersalaman sambil mencium tangan, tapi memeluk dgn erat seperti mereka memeluk ibunya sendiri.
Drama di Ancol yg tak banyak diketahui orang itu bukan drama ala-ala drama korea yg pakai sutradara dan disetting sedemikian rupa di jalan raya.
Drama di Ancol itu adalah drama ttg realitas sesungguhnya dalam kehidupan yg getir, kelam dan hampir tanpa harapan.
Bersama Bagus dan Dina saya mengatakan: yuk kita buat kelas inspirasi untuk anak2 kita (SRA). Lalu kelas inspirasi itupun berjalan dengan baik saat sebelum pandemi.
Rupanya Gubernur DKI Anies Baswedan ikut membaca posting-posting yang saya kirim di berbagai group WA tentang Sekolah Rakyat Ancol.
Pak Gubernur mengatakan: *Ancol sekarang membawa binar2 kemuliaan* menariknya lagi dia mengatakan: *Kapan Saya diundang ke SRA?*
Jalan menuju surga selalunya banyak peminat dan jalan itu sesungguhnya bukan jalan yang sulit utk dicari, karena Allah mengatakan bila kamu ingin menemuiKu maka temuilah Aku diantara mereka para Mustadzafin.
Sang Gubernur tahu persis di mana Rahmat Allah itu berada, oleh sebab itu tak banyak yang tau kelilingnya dia di perkampungan kumuh.
Menggotong seorang nenek renta yang sakit di rumah yg tak layak dikatakan rumah lalu bergegas memanggil ambulance untuk segera mendapat perawatan di Rumah Sakit.
Mendatangi perkampungan kumuh untuk menghibur keluarga yang sedang berduka (wafat), tak jarang pula ikut menggotong keranda jenazah.
Kegiatan-kegiatan semacam itu tak nampak di media tak terberitakan di televisi, karna dia bukan sedang memainkan lakon drama untuk mendapat piala pencitraan.
Dia sedang mengetuk pintu langit agar hatinya tetap berfihak pada yang lemah dan keberkahan didapat bukan dari sorot media tapi doa dari mereka-mereka yang ditemuinya di tengah kegundahan dalam kesulitan.
Maka ketika mendengar cerita tentang Sekolah Rakyat Ancol sang Gubernur berkata: *Kapan Saya Diundang?*
Urusan akherat memang persaingannya lumayan ramai, bahkan seorang Gubernurpun tetap berusaha menyisihkan waktu untuk ikut berkompetisi. Tak hanya dalam melakukan kebijakkan yang berkeadilan tapi juga merangkul secara dekat seluruh warganya disemua lapisan.