Aksi Bela Islam Dalam Kasus Penistaan Agama Di Hindia Belanda (1918)

 




Ahad, 7 Februari 2021

Faktakini.info

AKSI BELA ISLAM DALAM KASUS PENISTAAN AGAMA DI HINDIA BELANDA (1918)

Maraknya isu penistaan agama dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan keresahan dan pergesekan antar golongan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, HOS Tjokroaminoto menginisasi terbentuknya sebuah aksi solidaritas Islam yang diberi nama Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM) pada 6 Februari 1918. 

TKNM dibentuk sebagai reaksi atas beredarnya sebuah artikel dalam surat kabar Djawi Hisworo milik Martodharsono di Surakarta pada tanggal 9 Januari dan 11 Januari 1918. 

Surat kabar Djawi Hisworo memuat sebuah artikel yang ditulis oleh Djojodikoro dalam aksara Jawa berjudul "Pertjakapan antara Marta dan Djaja". 

Isi artikel tersebut menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW suka meminum ciu (minuman keras) dan mengisap opium (candu). 

TKNM menuntut pemerintah kolonial Belanda dan Kasunanan Surakarta untuk mengadili kedua pelaku. 

Namun, TKNM perlahan-lahan mulai tidak terdengar dan semakin meredup karena berbagai faktor. Martodharsono dan Djojodikoro tidak dapat diadili. Tulisan mereka dianggap bukan suatu bentuk penghinaan terhadap agama lain karena kedua pelaku beragama Islam.

Baca selengkapnya:

https://www.researchgate.net/publication/348923489_Gerakan_Tentara_Kanjeng_Nabi_Muhammad_pada_Masa_Pemerintahan_Kolonial_Belanda_1918-1919

Sumber (surat kabar) dalam gambar:
1. DJAWI HISWORO, "Pertjakapan antara Marta dan Djaja", 9 Januari 1918, nomor 4, halaman 3.
2. DJAWI HISWORO, "Pertjakapan antara Marta dan Djaja", 11 Januari 1918, nomor 5, halaman 3.
3. DARMO KONDO, "Si Djahat menghina Nabi Kita (s. a. w.)", 4 Februari 1918, nomor 15.
4. MEDAN MOESLIMIN, "Vergadering Moeslimin jang Besar di Solo", 1918, halaman 73.
5. OETOESAN HINDIA, "Vergadering Comité ,,Tentara Kangdjeng Nabi Mohammad.", 10 Mei 1918, nomor Extra.
6. ISLAM BERGERAK, "Perasa‘an tentang Adanja Comite Tentara K. N. Mohamad", 10 Juni 1918, nomor 1.

Catatan:
1. Semua sumber surat kabar penulis dapatkan langsung dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), terkhusus bagian Layanan Koleksi Audio Visual yang berada di lantai 8.
2. Sumber surat kabar berbentuk mikrofilm.