Frasa 'Agama' Hilang Di Peta Pendidikan Nasional 2020-2035, Agenda Jangka Panjang?
Selasa, 9 Maret 2021
Faktakini.info, Jakarta - Tidak ditemukannya frasa ‘agama’ di peta jalan pendidikan nasional 2020-2035 yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dimana diganti dengan diksi budaya, terus mengundang pertanyaan khalayak ramai khususnya umat Islam.
Tak kurang dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan para tokoh agama lainnya juga mempertanyakan dibuangnya frasa 'agama'.
“Saya bertanya, hilangnya kata agama itu kealpaan atau memang sengaja? Oke kalau Pancasila itu dasar (negara), tapi kenapa budaya itu masuk?” tanya Haedar Nashir sebagaimana dimuat di laman resminya muhammadiyah.
Banyak pihak pun menduga penghilangan diksi agama ini memang merupakan agenda jangka panjang.
Beberapa tahun terakhir ini muncul slogan tentang menumbuhkan budaya nusantara. Awalnya hal ini tampak biasa atau normal-normal saja. Antara lain beberapa suku di Indonesia yang sudah lama meninggalkan kebudayaannya kemudian mulai menghidupkannya kembali.
Namun, semakin waktu bergulir muncul keanehan yang sangat mendasar, kebudayaan yang semula diproyeksikan sebagai wacana identitas kemudian diarahkan untuk menghantam agama “Islam”. Jadi jelas terlihat ada sesuatu yang tidak beres dalam proyek kebudayaan ini.
Masyarakat tentu masih ingat saat munculnya sampurasun yang mendadak dipropagandakan sebagai pengganti assalamualaikum oleh bupati Purwakarta saat itu. Hal ini mirip wacana yg dilemparkan Gus Dur tahun 1987 yang mengatakan “tidak perlu ucapan assalamualaikum, tetapi cukup selamat pagi, selamat siang” dengan dalih pluralitas. Kalangan ulama langsung memprotes hal imi, sehingga wacana itupun hilang dengan sendirinya pada saat itu.
Beberapa saat lalu ketua PBNU Said Agil Siradj juga mengeluarkan program 'Islam Nusantara' yang mana budaya adalah pondasi dari agama. Dalam pengertian bahwa posisi agama berada dibawah budaya, atau agama mengikuti budaya.
Bahkan di kesempatan lain dia mengatakan bahwa suatu bangsa yang bermartabat bukan karena agamanya tapi karena budayanya.
Kini kita dihadapkan dengan penggeseran agama dari pendidikan nasional, jadi tersambunglah benang merah semua ini, bahwa memang ada dan nyata program penggeseran agama dari nilai bangsa yang digantikan oleh budaya.
Dimana masyarakat muslim dikerjai dari berbagai sisi untuk meninggalkan nilai-nilai agamanya dan digantikan oleh kebudayaan.
Semoga umat mewaspadai rencana jahat dari pihak-pihak yang ingin mengkerdilkan nilai dan norma-norna agama secara bertahap ini.
Foto: Ilustrasi para pelajar Muslim