Terduga Teroris Dituding Berbaiat Di Markas FPI, Aziz: Hebat Banget, Udah Meninggal Bisa Diinterogasi


Rabu, 31 Maret 2021

Faktakini.info, Jakarta - Menanggapi tudingan bahwa FPI adalah "Ormas Teroris dan pendukung ISIS" yang belakangan ini gencar, Habib Rizieq Shihab meminta agar umat bersabar atas segala fitnah dan tuduhan terhadap FPI. 

"Hasbunallah wa nikmal wakiil (Cukuplah ALLAH sebagai penolong kami)," ungkap Aziz Yanuar SH menyampaikan pesan Habib Rizieq kepada JPNN.com, Jumat (5/2)

Habib Rizieq juga menyampaikan agar tetap bersabar atas badai fitnah dan tuduhan terhadap FP

Sebab, FPI sudah dibubarkan pemerintah dan tidak ada lagi. "Terkait badai fitnah keji dan tuduhan biadab terhadap FPI meski sudah bubar dan tidak ada lagi, bersabarlah," ujar Aziz.

Terbaru Kuasa Hukum Habib Rizieq itu menanggapi singkat klaim Kepolisian RI bahwa satu dari tujuh terduga teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Makassar, Sulawesi Selatan, telah berbaiat di Markas Front Pembela Islam (FPI). 

"Hebat banget ya, sudah meninggal bisa diinterogasi," ujar eks Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI itu di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Selasa, 30 Maret 2021

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan mengklaim terduga teroris yang berbaiat di Markas FPI adalah AS alias EKA alias AR.

Dia ditangkap atas pengembangan dari L dan YSF alias D, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Insiden itu sendiri terjadi pada 28 Maret 2021, di mana akibat bom bunuh diri, 20 orang menjadi korban luka. 

"Di mana perannya adalah ikut alam perencanaan, mengikuti kejadian di Villa Mutiara, kemudian telah berbaiat di Markas FPI yang merupakan markas organisasi yang sekarang sudah terlarang," ujar Ahmad Ramadhan.

Selain AS, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri juga meringkus SAS, AS, MR, AA, MM, M, dan MAN. Total ada tujuh terduga teroris yang kini sedang dalam pemeriksaan. 

Selanjutnya, SAS, kata Ramadan, mengetahui aksi yang akan dilakukan L dan YSF alias D, serta bersama-sama mengikuti kajian di Villa Mutiata. Untuk MR, ia disebut ikut melakukan survei ke lokasi yang dijadikan sasaran aksi oleh L dan YSF alias D.

"Kemudian AA, sama mengikuti perencanaan, kajian dan baiat kepada Abu Bakar Al Bhagdadi di Villa Mutiara. Lalu ada MM yang mengetahui perencanaan L dan YSF aliad D dan memberikan motivasi," kata Ramadan. 

Lalu, terduga teroris kedua yang ditangkap adalah M. Ia adalah kakak ipar SAS, yang juga telah ditangkap oleh Densus 88 pada 29 Maret 2021. Terakhir adalalah M alias MAN. Ramadan mengatakan, M alias MAN melihat L, pelaku pria bom bunuh diri, menggunakan motor berangkat menuju Gereja Katedral. "Dia juga tahu SAS mengikuti kajian di Villa Mutiara."

Sebelumnya, Pakar terorisme Sidney Jones menyatakan adanya obsesi pemerintah seolah-olah Front Pembela Islam (FPI) terkait dengan terorisme. 

Sidney menilai adanya dugaan itu berhubungan dengan peristiwa pembaiatan massal ke ISIS di Makassar pada 2015.

"Saya kira sekarang ini seperti ada obsesi pemerintah dengan FPI seolah-olah ini membuktikan bahwa FPI terkait terorisme. Sebetulnya, menurut bahwa beberapa orang, bukan beberapa, tapi ratusan orang Makassar, ikut satu program pembaiatan massal pada bulan Januari tahun 2015, jadi sudah lama ya. Dan pada waktu itu memang ada kolaborasi antara FPI dan Ustaz Basri dan Ustaz Basri yang menjadi pimpin dari pembaiatan itu," kata Sidney dalam dalam tayangan D'Rooftalk: 'Teror Bomber Milenial' di detikcom, Selasa (30/3/2021).

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict itu mengatakan bahwa, tiga bulan setelah pembaiatan massal tersebut, FPI mengeluarkan pernyataan sikap serta menjauhkan diri dari peristiwa pembaiatan itu.

Sidney menyebut, pada saat itu masih ada anggota FPI yang ingin bergabung dengan ISIS. Dia mengatakan mereka aktif dengan ISIS pimpinan Ustadz Basri tetapi tak lagi aktif dengan FPI.

"Pada saat itu kelompok FPI yang masih ingin bergabung dengan ISIS sudah bergabung dengan Ustadz Basri, jadi mereka aktif dengan Ustadz Basri tidak dengan FPI setahu saya," jelasnya.

"Jadi saya kira harus membedakan apa yang terjadi pada pembaiatan massal pada waktu banyak orang tidak mengerti apa itu ISIS dan bagaimana sifatnya Daulah Islamiyah yang didirikan di Suriah dengan aksi-aksi kemudian," tegasnya. 

Sumber: tempo.co