Terduga Teroris Ngaku FPI, Mantan KaBAIS: FPI Sudah Selesai, Untuk Apa Dibicarakan Lagi?
Kamis, 8 April 2021
Faktakini.info, Jakarta - Upaya labelisasi teroris terhadap Front Pembela Islam (FPI) nampaknya bergerak ke arah anti klimaks alias gagal total. Para pakar intelijen pun mengungkapkan adanya kejanggalan apalagi FPI sudah bubar sejak 30 Desember 2020 lalu, jadi tidak perlu diseret-seret lagi.
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais), Soleman B. Ponto menilai permasalahan terorisme seharusnya tidak perlu melibatkan Front Pembela Islam (FPI).
Pasalnya, saat ini FPI telah dibubarkan oleh Pemerintah, dan permasalahan terkait FPI seharusnya sudah selesai.
Hal itu disampaikan dalam acara Mata Najwa yang diunggah ulang di kanal Youtube Najwa Shihab pada Kamis, 8 April 2021.
“Saya bilang tadi, kalau kita berbicara FPI, itu sudah selesai, ngapain kita lagi bicara ini?,” kata Soleman B. Ponto, dikutip dari kanal Youtube Najwa Shihab.
Kabais tahun 2011 sampai 2013 tersebut pun mengingatkan agar jangan sampai dalam penyelesaian masalah terorisme, justru menghasilkan masalah baru.
“Kalau kita mau bicara menyelesaikan masalah teror, jangan sampe kita mau menyelesaikan masalah, menghasilkan masalah baru,” ucap Soleman B. Ponto.
Sementara terkait pernyataan Munarman soal adanya rekonstruksi sosial yang sengaja diciptakan, dia tidak membantahnya namun tidak ingin memberikan tanggapan.
"Saya tidak mau menghasilkan masalah baru, nanti kalau saya jawab akan menghasilkan masalah baru. Saya tidak mau saya adalah bagian dari menghasilkan masalah baru,” ujar Soleman B. Ponto.
Dia pun mengatakan bahwa persoalan tersebut adalah persoalan intelijen, yang seharusnya tidak disampaikan ke publik.
“Ini adalah persoalan intelijen, persoalan itu adalah persoalan indikasi, hanya indikasi menghasilkan warning inside, tidak boleh keluar,” ujar Soleman B. Ponto.
Dia menjelaskan bahwa bocornya hal itu ke publik, merupakan sebuah kesalahan. Sebab, intelijen hanya berbicara indikasi dan peringatan.
“Jadi begini, inilah kesalahan di kita ya, kalau kita berbicara intelijen, intelijen itu isinya hanya berbicara indication and warning,” ucap Soleman B. Ponto.
Oleh karena itu, intelijen selalu bersifat rahasia, dan tidak boleh dibicarakan di ruang publik.
“Itulah sebabnya, dia selalu itu sifatnya rahasia, karena rahasia maka dia hanya dibicarakan di ruang rapat. Tapi sekarang semua masuk ke ruang publik, nah ini yang masalahnya,” kata Soleman B. Ponto.
Sedangkan saat ditanya apakah orang yang mengungkapkan hal tersebut ke publik, dia pun tidak memberikan jawaban secara pasti.
“Lah ini yang muncul keluar kan ini ada orang-orang yang ingin merasa hebat diri, saya tahu, saya tahu, saya tahu,” ujar Soleman B. Ponto.
Dia pun menegaskan bahwa apa yang dibeberkan kepada publik, sebenarnya tidak semuanya perlu untuk diketahui publik.
“Ya orang yang tahu ini kan ingin tampil, ‘oh saya tahu’ ya bercerita ini, ini, ini, JAD ini, ini, ini. Untuk apa? Kita tahu pun untuk apa? Karena yang kita tidak kehendaki adalah perbuatannya yang ujungnya adalah teror kan, kan masalah itu,” tutur Soleman B. Ponto.
Foto: Soleman B. Ponto
Sumber: pikiran-rakyat.com, onlineindo.tv