Club Deportivo Palestino, Kemerdekaan Palestina di Tanah Cile

 



Rabu, 12 Mei 202

Faktakini.info

Teguh Rama
Penulis. Menggemari sepakbola dari sisi budaya tribun. Dapat dihubungi melalui surel teguhsutasman@gmail.com

Palestina merupakan wilayah yang terletak di antara laut Mediterania dengan sungai Yordan. Orang-orang Palestina mulai bermigrasi ke wilayah Amerika Selatan, sekitar tahun 1850 akibat perang Krimea yang terjadi antara bangsa Rusia dengan sekutu yang terdiri dari kerajaan Britania, kekaisaran Utsmani, kekaisaran Prancis, dan kerajaan Sardinia.

Di tahun 1920, imigran dari wilayah Palestina bermukim di Cile bagian selatan. Kelompok imigran tersebut, atas dasar kebanggaan, membentuk sebuah klub sepakbola yang memiliki nama yang sama dengan tanah air mereka, Palestino. Klub ini memiliki nama lengkap Club Deportivo Palestino. Awalnya klub ini dibentuk untuk mengikuti kejuaraan di kota Osorno, sekitar 945 kilometer dari ibukota Santiago.

Setelah menjadi klub amatir selama hampir 3 dekade lamanya, klub yang juga memakai warna bendera Palestina sebagai warna kostumnya ini, kemudian menjadi klub profesional di tahun 1952. Berdirinya Palestino, klub dengan kultur Palestina di Cile bisa dibilang hal yang wajar. Cile, sampai saat ini dikenal sebagai ‘rumah’ terbesar dan mungkin tempat bagi orang-orang Palestina. Diperkirakan ada sekitar 500 ribu orang Palestina yang kini bermukim di seluruh Cile.

Klub yang bermarkas di Estadio Municipal de La Cisterna ini bisa dikatakan juga sebagai ‘duta’ Palestina untuk sepakbola internasional. Bahkan Presiden (otoritas wilayah) Palestina, Mahmoud Abbas, pernah berkata bahwa Palestino adalah tim nasional ‘kedua’ bagi Palestina.

Berbeda dengan komposisi pemainnya yang lebih banyak diisi oleh pemain berdarah Arab, kini bisa dibilang hampir tidak ada pemain yang berlatar belakang Arab. Skuat mereka diisi oleh pemuda lokal dan beberapa pemain asing dari Argentina.

Menariknya, Palestino terbentuk karena keengganan masyarakat Cile pada waktu itu untuk memberikan tempat bermain kepada pemain sepakbola imigran Palestina. Sehingga, para imigran tersebut sepakat untuk membentuk Palestino.

Soal prestasi, Palestino bisa dibilang lumayan cemerlang. Namun, hal itu terjadi pada era 50 dan 70-an. Palestino mampu dua kali menjuarai kompetisi liga Cile yakni di tahun 1955 dan 1978, juga 4 kali meraih posisi runner-up yang terakhir diraih tahun 2008 silam.

Palestino juga pernah mencetak pemain andal di kompetisi Eropa dalam satu dekade kebelakang. Luis Jimenez, eks Fiorentina, Inter, West Ham, merupakan pemain yang memiliki darah Palestina dan juga dilahirkan oleh klub Palestino. Pelatih Manchester City, Manuel Pellegrini, pun pernah menukangi Palestino pada 1990 hingga 1992.

Babak Baru Hubungan Cile – Palestina

Berkat Palestino, kini Palestina memiliki hubungan yang cukup erat dengan Cile, terutama dalam sepakbola. Kesulitan tim nasional Palestina untuk mengumpulkan pemain yang berasal dari Tepi Barat dan Gaza (wilayah Palestina yang terpisah) membuat ide mendatangkan pemain dari Cile yang memiliki darah Palestina sebagai solusi.

Pada tahun 2002, ide ini direalisasikan. Roberto Shahwan, pemain asal Cile yang memiliki keturunan Palestina menjadi pemain ‘naturalisasi’ pertama timnas Palestina. Saat itu, ada juga beberapa pemain Cile berdarah Palestina yang telah disetujui oleh FIFA sebelumnya.

Setelah itu, nama-nama latin di tim nasional Palestina menjadi akrab. Pemain tersebut diantaranya Alexis Norambuena, Jonathan Cantillana, Daniel Kabir Mustafa, dan nama terbaru seperti Yashir Pinto.

Keberhasilan Palestino melaju ke partai final Clausura 2008 melawan Colo-Colo juga berdampak pada bursa saham. Harga saham Palestino langsung melonjak di bursa efek Cile dan Palestina kala itu. Bank of Palestine, bank pertama dan terbesar di Palestina menjadi sponsor utama di jersey klub Palestino.

Dukungan dari Tanah Palestina dan Kontroversi Kostum Tim

Dukungan dari Tanah Palestina

Akar Palestina yang kuat di klub yang kini bermarkas di Santiago, Cile ini terbukti mampu memenangkan hati seluruh orang Palestina. Sorotan media internasional tentang Palestino menjadi besar saat juara Copa Cile 2 kali tersebut berlaga di ajang Piala Libertadores.

"Palestino memicu banyak emosi. Ini merupakan wujud tanpa suara," kata Anuar Majluf, pemimpin Federasi Palestina di Cile.

"Menjaga identitas Palestina kita hidup melalui olahraga, mengibarkan bendera Palestina di benua itu melalui olahraga, merupakan sebuah hal yang luar biasa," ujarnya kepada AFP.

Sementara itu, dukungan dari Palestina juga mengalir deras. Seperti yang dikatakan salah seorang pendukung Palestino dari kota Ramallah, Mounzer Zahran.

"Kadang-kadang saya bangun sampai pukul 5 pagi untuk menonton pertandingan [Palestino]," tutur Mounzer. "Bagi saya, penting untuk mendukung tim ini karena membawa nama Palestina. Dan melihat tribun penuh dengan bendera Palestina selama pertandingan itu, tak ternilai harganya."

Hal tersebut senada dengan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas yang pernah menyampaikan pernyataan di media tentang klub sepakbola Palestino.

"Saya menyerukan semua warga Palestina dan orang-orang yang bersimpati dengan perjuangan kita untuk mendukung Palestino, karena mereka membawa pesan kami yakni kebebasan, keadilan dan perdamaian di mana pun mereka bermain," ujarnya kepada surat kabar Cile, La Tercera, pada 2015 silam.

Kontroversi Kostum Tim

Pada tahun 2014 lalu, Palestino sempat menghebohkan jagad sepakbola. Ceritanya, saat itu Palestino memperkenalkan kostum anyar mereka dengan nomer punggung ‘1’ yang berbentuk dari peta Palestina sebelum terjadi pendudukan wilayah oleh Israel pada tahun 1947.

Sontak, hal tersebut mengundang banyak kecaman terutama dari etnis Yahudi yang berada di Cile. Federasi sepakbola Cile melalui Asociación Central de Fútbol (ACF) melarang hal tersebut sehingga Palestino hanya sempat menggunakan number set tersebut pada beberapa laga saja dan didenda sebesar 1.300 Dollar AS.

***

Palestino adalah contoh bagaimana awal yang sederhana dapat menjadi sesuatu yang besar, hingga mewakili kebanggaan suatu bangsa, dalam hal ini bangsa Palestina. Sepakbola yang dapat selalu menjadi media terbaik untuk melebur dan mempersatukan suara apapun, menjadikan Palestino sebagai representasi perlawanan rakyat Palestina terhadap penindasan dan memberikan pesan perdamaian. Dan sekali lagi, sepakbola melalui Palestino, mampu membuktikannya. 

Sumber: panditfootball.com