Dundung Pak Dundung Euey! Dudung Oh Dudung...
Sabtu, 29 Mei 2021
Faktakini.info
*DUNDUNG PAK DUNDUNG EUEY !*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Salam Panglima,
Komando, Jaya !
Saya memahami, dalam situasi sulit ini siapapun tidak merasa nyaman diberi jabatan. Sebab, didalam jabatan ada amanah dan tanggung jawab.
Sebenarnya, siapapun akan mengambil pernyataan Umar Bin Khattab RA, yang menyatakan lebih baik menjadi burung atau batu, sehingga tidak dihisab dan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Menjadi prajurit, lebih mudah, aman, dan selamat ketimbang menjadi pimpinan.
Saat kalian menjadi Prajurit, kalian hanya cukup meneriakkan yel-yel : Siap Komandan !
Sementara kami di titik pemegang komando, yang menjadi pimpinan kalian, sibuk memikirkan perintah apa yang musti dilakukan, kepada prajurit mana, siapa yang mengontrolnya, dan bagaimana pertanggungjawabannya.
Secara filosofis, lebih sulit memimpin ketimbang dipimpin. Untuk menjadi prajurit yang baik, cukup menjalankan ketaatan kepada pimpinan.
Namun, untuk menjadi pemimpin yang baik, kami harus tepat mengeluarkan perintah, tepat memberikan perintah kepada siapa, mengontrol perintah yang telah dikeluarkan, dan menetapkan perintah yang lain jika komando awal mengalami kegagalannya.
Karena itu, wahai prajurit !
Hari ini, saya telah pulang dari tugas lama dan akan kembali pada tugas yang baru. Tugas baru yang lebih sulit, lebih mencekam, lebih menakutkan.
Dahulu, kita telah mampu menundukan ancaman baliho, kita libas baliho tanpa ampun, dan tak ada satupun baliho yang melawan saat kita tindak. Baliho itu, hanya mampu diam dan pasrah saat kita turunkan.
Kita tidak tahu, ancaman Baliho kedepannya apakah lebih mencekam atau lebih menakutkan. Demi menjaga stabilitas, kedaulatan bangsa, kita wajib tetap waspada.
Untuk langkah antisipasi, dalam program seratus hari jabatan baru yang saya emban, saya keluarkan program aplikasi bar code baliho. Alat scan otomatis ini, akan mampu mendeteksi secara dini ancaman baliho. saat baliho di scan dan muncul suara 'RADIKAL ! RADIKAL !' maka segera turunkan Baliho !
kalau Baliho itu iklan sabun mandi, alat kontrasepsi, atau rokok kretek, di scan berapa kali pun tetap aman. Jadi, tak usah di usik.
Prajurit !
Kalian harus tetap teguh Istiqomah, taati pimpinan kalian pengganti saya. Laporkan, bahwa saya telah memimpin kalian dalam operasi serangan umum terhadap baliho dengan hasil yang sangat memuaskan. Karena itu, lanjutkan perjuangan !
dan...
saya ingin sampaikan kata hati saya dengan jujur...
"Alhamdulillah, akhirnya saya dapat juga jabatan ini. Setelah sekian lama berjibaku di Medan Petamburan melawan baliho".
[].
...
DUDUNG OH DUDUNG
by M Rizal Fadillah
Dua peristiwa yang menyebabkan Mayjen TNI Dudung Abdurachman mendapat sorotan. Pertama, mengerahkan pasukan untuk mencopot baliho HRS di Petamburan yang artinya mengambil alih tugas Satpol PP. Kedua, tampil bersama Kapolda Metro mempertunjukkan alat bukti enam anggota laskar FPI yang dibunuh secara brutal oleh aparat. Ternyata bukti-bukti yang ditampilkan Kapolda dan Pangdam Mayjen Dudung itu diragukan akurasinya.
Pihak Kepolisian telah menyatakan yang menembak adalah tiga orang anggota Kepolisian, anehnya mengapa Pangdam Jaya Mayjen Dudung harus tampil bersama ? Lucunya penampilan itu dalam rangka membalikkan fakta yang ada yakni yang membunuh adalah aparat tetapi yang disudutkan bersalah, bahkan dinyatakan status Tersangka, adalah korban yaitu keenam anggota Laskar FPI.
Kini Mayjen Dudung Abdurachman diangkat menjadi Pangkostrad. Entah apa pertimbangannya yang jelas penurunan baliho HRS bukanlah suatu prestasi. Atau mungkin itu dianggap prestasi yang dianggap sekelas dengan memenangkan pertempuran yang maha dahsyat ?
Dari telaahan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Enam Laskar FPI, maka yang terlibat secara kolektif atas terjadinya pembunuhan enam laskar FPI sejak pengintaian, pembuntutan, hingga terjadinya penembakan, ternyata bukan semata aparat Kepolisian tetapi juga instansi lain. Karenanya menjadi pertanyaan adakah Mayjen Dudung juga ikut terlibat ?
Setelah diangkat menjadi Pangkostrad, Mayjen Dudung Abdurachman diharapkan oleh seorang pengamat militer Susaningtyas Kertapati yang dipanggil Nuning agar lebih tegas menangani radikalisme dan intoleransi. Sungguh mengada ada dan mengecilkan institusi jika Kostrad berfungsi seperti ini. Ataukah akan ikut-ikutan untuk menurunkan baliho-baliho kaum "radikalis" dan "intoleran" ?
Perlu diingatkan nahwa Fungsi Utama Kostrad adalah menyelenggarakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMP seperti operasi gabungan, matra darat, operasi bantuan pertahanan udara, penyekatan bersama, intelijen, dan "raid".
Sedangkan OMSP ada yang bersifat tempur seperti melawan separatisme, pemberontakan bersenjata, aksi terorisme, wilayah perbatasan, operasi pengamanan obyek vital, serta pasukan perdamaian dunia.
OMSP yang bersifat non tempur antara lain membantu penanggulangan bencana alam dan "search and rescue".
Jadi sesungguhnya diluar fungsi jika Kostrad mengikuti trend atau alur politik mengembangkan isu radikalisme dan intoleransi. Apalagi hanya untuk menyasar dan memerangi aktivis Islam apakah itu da'i atau ulama. Salah kaprah sekali.
Pangkostrad baru Mayjen TNI Dudung Abdurachman lebih baik dapat tegas dalam menangani bahaya komunisme dan kerawanan atas kemungkinan penyusupan Tentara China melalui program Tenaga Kerja Asing. Bukan "radikal radikul" untuk memojokkan ummat Islam. Sebenarnya Komunis itu adalah gerakan super radikal yang menjalankan strateginya mulai dari penyusupan, adu domba, kudeta, hingga perang bersenjata.
Banyak yang mengerutkan kening dengan "meroketnya" Mayjen Dudung dari Pangdam menjadi Pangkostrad lalu akan kesana kesini lagi sebagaimana diprediksi beberapa pengamat. Dudung meroket akibat prestasi dalam berperang atau bertempur gigih menurunkan baliho. Luar biasa.
Bravo Komandan ! Dudung oh Dudung.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 29 Mei 2021