HAMAS Gulung Agen Israel Yang Mau Lancarkan Aksi Terorisme Berkedok Islam (False Flag)!


Jum'at, 14 Mei 2021

Faktakini.info, Jakarta - Operasi Bendera Palsu atau False Flag Operation, adalah “serangan” operasi untuk “mengkambing-hitamkan” terhadap suatu kasus maupun golongan dengan tujuan agar opini masyarakat mempercayai apa yang telah mereka lakukan dan apa yang telah mereka katakan.

Operasi Bendera Palsu atau False Flag Operation adalah operasi rahasia yang biasanya dilakukan oleh pemerintah, perusahaan atau organisasi, yang dirancang untuk muncul seolah-olah hal itu sedang dilakukan oleh entitas lain.

Nama ini berasal dari konsep militer yang mengibarkan warna bendera yang palsu atau salah, yaitu mengibarkan bendera negara lain dan bukan benderanya sendiri.

Operasi Bendera Palsu tidak terbatas pada operasi perang dan operasi kontra-pemberontakan (counter-insurgency operations), namun juga telah digunakan pada masa damai.

Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) sejak lama selalu waspada terhadap upaya busuk operasi 'false flag' yang bertujuan untuk memfitnah umat Islam semacam itu. 

HAMAS menangkap sejumlah sel teroris yang beroperasi di Jalur Gaza, Palestina. Mereka diduga akan melakukan operasi intelijen 'false flag', yaitu melakukan aksi terorisme atas nama atau mencatut nama umat Islam, padahal bekerja untuk Israel. 

Menurut surat kabar Al-Akhbar terbitan Lebanon, Hamas mencurigai elemen radikal itu beroperasi demi kepentingan intelijen Israel.

Sebelumnya Kementerian Dalam Negeri yang dijalankan Hamas di Gaza menyatakan bahwa organisasi pimpinan Ismail Haniya itu menemukan sejumlah orang yang melakukan gerakan mencurigakan. Penyelidikan ekstensif menuntun aparat keamanan Hamas menangkap sejumlah orang.

Hamas menggulung jaringan teroris itu setelah mengendus adanya rencana berbahaya intel Israel yang menyaru sebagai sel ISIS. Rencana berbahaya itu mengusung plot serangan atas infrastruktur pemerintahan dan militer.

Sel-sel kelompok Salafi diduga telah merencanakan aksi bom bunuh diri di Jalur Gaza dengan menyasar sistem strategis dalam perlawanan rakyat Palestina.

Hamas pun meningkatkan kewaspadaannya setelah elemen yang ditangkap mengaku merencanakan serangan yang akan segera dilaksanakan.

Sumber Al-Akhbar menyebut sel-sel teroris itu akan melakukan serangan menggunakan sepeda motor, persis ketika ISIS menyasar infrastrutur Hamas di Jalur Gaza. Agustus lalu, Hamas menangkap seorang anggota ISIS yang mengarahkan serangkaian bom bunuh diri terhadap para polisi di Jalur Gaza.

Serangan ISIS di Gaza terjadi tak lama setelah insiden pertempuran antara Hamas dengan Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Namun, IDF berkelit dan menolak mengakui terkait dengan serangan teror di Gaza.

Selain itu, pada Oktober (2019) lalu Hamas menyalahkan Israel yang sengaja mencekoki anak-anak muda dengan pikiran-pikiran ekstrem. Oleh karena itu Hamas menuduh Israel berada di belakang teror di Gaza pada Agustus lalu.

Menurut media yang terafiliasi dengan Hezbollah, intelijen Israel mengarahkan para tersangka melakukan sabotase atas perlawanan warga Palestina terhadap pendudukan.

Senin lalu (6/7/2020), Pemimpin Hamas Ismail Haniya menyerukan kepada Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah segera menyatukan barisan guna menggagalkan upaya Israel menganeksasi wilayah Palestina di Tepi Barat.

Foto: Militer Hamas berpawai pada 16 Desember 2018 di Gaza. Foto: REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA

Sumber: jpnn.com