Abror Rifai: Urusan Habib Rizieq Bukan Cuma Urusan PKS Atau Partai Gelora, Tapi Urusan Umat Islam

 

Jum'at, 25 Juni 2021

Faktakini.info

Abror Rifai

Entah anggota, entah pengurus, entah simpatisan atau apalah namanya, seorang kawan yang satu grup dengan saya di satu grup yang berisi banyak orang-orang Gelora, berujar: Lupakan dulu HRS, biar diurus partai sebelah (PKS maksudnya). 

Coba, apa maksudnya? Sekedar OOT atau sengaja ingin mengesankan kepada kawan-kawannya, bahwa HRS tidak penting. Jadi tidak usah dibahas. 

Saya respon ujarannya, “Mau melupakan HRS, silakan. Tapi jangan ajak-ajak orang!” 

Apa yang HRS alami saat ini tidak terkait dengan Gelora, tidak terkait dengan PKS dan tidak terkait dengan partai-partai tertentu.

Lantas kenapa kami penyokong Gelora yang kebetulan juga pecinta HRS, tidak dibolehkannya bicara tentang HRS? 

Apa rupanya kerugian bagi dia, bagi kami atau bagi Gelora, kalau kami ikut membicarakan HRS? 

Sungguh HRS tidak butuh dukungan orang-orang partai. Partai apa saja, termasuk Gelora. 

Tidak juga PKS, Gerindra dan PAN, yang pada Pemilu lalu begitu didukung HRS. 

HRS juga tidak butuh dukungan para politisi yang berada di partai manapun. Sudah jamak diketahui, bahwa dukungan partai dan politisi itu bukan pada kebenaran. 

Tapi mereka hanya akan mendukung hal apa yang memberikan keuntungan politik bagi mereka. Begitulah tabiat politisi, termasuk partai yang beridentitas Islam sekalipun. 

Rezim sebengis apapun, seculas apapun, akan didukung dan diakrabi sekekdar untuk memperoleh dukungaj politik. Tak kira walau secara formal mereka berada di barisan koalisi atau yang berikrar sebagai oposisi. 

HRS dipenjara bukan hanya pada rezim ini. Nyaris pada setiap presiden, beliau dipenjara. Tapi yang begitu pekat nuansa politiknya baru sekarang, saat rezim memilih untuk berhadap-hadapan dengan kelompok Islam(is). 

HRS yang menjadi representatif dan simpul kaum Islamis, tak heran kalau beliau coba dibungkam dengan berbagai cara. Tak bisa dirangkul, ya dipukul. Tak bisa dijabat ya disikat. 

Tapi HRS tak akan pernah mundur sejengkal pun menggenggam kebenaran yang diyakininya. 

HRS sudah sering bicara, bahwa beliau tak akan mengusik Pemerintah, jika Islam tidak diusik, komunis tidak dibiarkan tumbuh dan aset serta sumberdaya negara tidak diberikan kepada asing maupun aseng.

Tapi kalau ke tiga hal tersebut tidak dipenuhi Pemerintah, maka sungguh HRS akan terus berteriak, walau semua orang sudah takut bersuara. 

Ada banyak orang meninggalkan HRS dengan berbagai sebab. Para tokoh sudah banyak yang dijerat dengan berbagai kasus, sehingga karenanya merekapun terpaksa memilih diam. 

Para Politisi yang dirinya dan partainya disokong oleh HRS pada Pemilu yang lalu, kini pun diam, tersebab mengamankan diri dan takut pada ancaman rezim. Ya, silakan! 

Partai baru semacam Gelora tidak cawe-cawe pada urusan HRS, tersebab tengah pedekate kepada rezim untuk mendapatkan tiket peserta Pemilu, juga silakan! 

Tidak mau membela, silakan. Tidak mau terlibat urusan, monggo. Mau menyelamatkan diri atau menjilat Pemerintah, sehingga tak sudi bersinggungan dengan urusan HRS, mangga. Tapiii... 

Tapi, kalau karena itu lantas membuat pernyataan yang bermaksud mendegradasi HRS, sungguh itu tak patut. 

Jadi, tolong diam saja! 

Tapi kalau tetap mau bicara untuk ikut memburukkan HRS, lanjutkan saja. Biar waktu kelak yang menunjukkan kebenaran.