Soroti TWK KPK Pilih Agama Atau Pancasila, Romo Magnis: Yang Buat Pertanyaan Tak Pancasilais
Ahad, 20 Juni 2021
Faktakini.info, Jakarta - Pertanyaan lebih memilih agama atau Pancasila dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) KPK mendapatkan sorotan dari budayawan sekaligus rohaniwan Katolik, Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis.
Pria yang lebih akrab disapa dengan nama panggilan Romo Magnis tersebut mengaku bingung dengan pertanyaan dalam TWK tersebut.
Hal tersebut dikatakannya dalam sebuah webinar dengan tema Pancasila: Tandingan Agama atau Etika Kebangsaan? yang digelar pada Sabtu, 19 Juni 2021.
"Misalnya, saya ditanya pilih ajaran Katolik atau Pancasila, itu pertanyaan apa?" kata pria kelahiran Polandia 85 tahun yang lalu tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.
Menurut Romo Magnis, dengan adanya pertanyaan seperti itu malah dapat membuat kesetiaan warga Indonesia terhadap Pancasila memudar.
Hal tersebut dikarenakan pertanyaan tersebut memberi kesan bahwa salah satu diantara pilihan tersebut lebih baik.
Tak hanya itu, Romo Magnis juga mengatakan bahwa pembuat pertanyaan memilih agama atau Pancasila tersebut tidak memiliki sifat Pancasilais.
"Jadi, yang membuat pertanyaan ini sendiri sebenarnya tidak memiliki sifat Pancasilais," kata Romo Magnis.
Tak sampai di situ, menurutnya pertanyaan seperti ini dapat berbahaya bila ditujukan terhadap umat Islam sehingga perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Romo Magnis mengatakan bahwa tujuan lahirnya Pancasila bukan dibuat untuk menyaingi agama manapun.
Dirinya juga berharap ke depannya pertanyaan seperti itu tidak akan ada lagi karena tidak sesuai dengan nilai Pancasila
“Oleh karena itu, saya harap tidak pernah ada lagi pertanyaan-pertanyaan memilih Pancasila atau agama maupun kitab suci,” katanya.
Dirinya juga meminta kepada masyarakat untuk tidak melebih-lebihkan Pancasila, apalagi bila sudah mengarah pada hal politis.
“Bila masyarakat melebih-lebihkan Pancasila maka akan kontraproduktif karena meminta seseorang memilih Pancasila atau agama,” katanya.
Untuk menjadi orang Indonesia, setiap orang tidak perlu melepaskan identitasnya masing-masing apakah itu suku, apalagi mengkompromikan agama atau keyakinan.
Sebagai manusia, kata dia, setiap orang memiliki keterikatan sosial kepada keluarga, kampung halaman, negara, dan tentunya pada agama.
Persoalan memilih Pancasila atau Al-Quran pertama kali mencuat dalam tes wawasan kebangsaan yang dilaksanakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron sendiri mengaku tidak mengetahui adanya materi soal yang mempertanyakan perihal memilih Pancasila atau Al-Quran.
"KPK dan saya tidak tahu tentang materi soalnya, metode dan bagaimana mekanisme evaluasinya, semuanya kami pasrahkan ke Badan Kepegawaian Negara," katanya.***
Sumber: Pikiranrakyat-Bekasi.com, ANTARA