Terkait Vonis 4 Tahun HRS, Khozinudin: Kami Kira Keadilan Itu Masih Ada, Ternyata?
Kamis, 24 Juni 2021
Faktakini.info
*KAMI KIRA KEADILAN ITU MASIH ADA, TERNYATA ?*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Pada mulanya, kami lega Ulama kami Habib Rizieq Syihab (HRS) pada kasus kerumunan Mega Mendung hanya divonis dengan membayar denda Rp. 20.000.000,-. Vonis yang jauh lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa yang menuntut HRS dipenjara selama 10 bulan dan denda Rp 50 juta subsider 3 bulan kurungan.
Kami juga bertambah bahagia, saat vonis kerumunan Petamburan hanya delapan bulan penjara. Dalam kasus ini, bahkan pasal 160 KUHP tentang tuduhan hasutan, tidak terbukti.
Kebahagiaan kami, sebenarnya tidak memuaskan. Sebab, meskipun ringan tetap saja putusannya menyalahkan HRS. Semestinya, bebas murni atau setidaknya lepas dari segala tuntutan.
Apapun itu, yang jelas kami lega dengan putusan di kasus Mega Mendung. Kami bahagia dengan putusan di kasus Petamburan.
Kelegaan dan kebahagiaan kami itu, membuat kami memiliki sedikit kepercayaan kepada majelis hakim. Seolah, masih ada harapan mencari keadilan melalui lembaga peradilan.
Namun, begitu vonis kasus RS UMMI hari ini dibacakan, kelegaan dan kebahagiaan kami seketika sirna. Bahkan, kami merasa marah karena perasaan kami dipermainkan. Putusan di kasus Mega Mendung dan Petamburan hanyalah 'Permen' untuk menentramkan kami, sementara wajah kezaliman rezim yang sesungguhnya ditampakkan pada vonis kasus RS UMMI.
Vonis empat tahun penjara, itu artinya HRS akan dibungkam hingga melewati masa Pemilihan Umum dan Pilpres tahun 2024. Vonis yang didesain sejalan dengan agenda politik rezim.
Awalnya, kami datang ke pengadilan untuk membuktikan cinta kepada HRS, membungkam kesombongan mulut jaksa, dan mengunduh kebahagiaan paripurna melalui putusan yang membebaskan HRS. Nyatanya, tidak demikian.
Kami sedih, pilu, marah, dan entah apa lagi yang harus kami lakukan. Sebagian dari kami justru ditangkapi.
Ya Allah, kemana lagi kami akan mengadukan nasib kami ini ?
Kepada rezim yang telah memukul kepala dan menginjak kehormatan kami, atau kepada ulama-ulama busuk yang mendukung kezaliman rezim ? Andaikan Engkau bukan tuhan ku, bukan Tuhan Manusia, Bukan Tuhan Alam semesta, Bukan tuhan kehidupan, maka cukuplah kesedihan ini membuat kami berpaling dari jalan perjuangan dan kebenaran.
Tetapi, bukankah Engkau Tuhan kami ? Tuhannya Musa AS ? Tuhannya Kaum Hawariyun dan Isa AS ? Tuhannya Muhammad Saw dan para sahabat ?
Cukup sudah, kami akan mengakhiri semua pangkal dari petaka ini, yakni tidak diterapkannya syariat Islam di negeri ini. Andai saja syariat Islam yang diterapkan, maka tidak akan ada satupun pasal yang dapat digunakan untuk menzalimi ulama-ulama kami.
Kami akan fokus memperjuangkan Islam, dan mengabaikan siapapun yang mendatangi kami dengan mengaku sebagai macan atau singa yang buktinya hanya tenggelam di lautan kekuasaan. Kami akan berikan loyalitas hanya kepada Islam, kesetiaan hanya kepada Islam, perjuangan hanya untuk Islam.
Kami akan memutus semua ikatan yang tidak didasarkan pada syariat Islam. Kami akan fokus memperjuangkan syariah, memperjuangkan Khilafah. Saat ini, hanya tinggal Khilafah yang dapat diharapkan, bukan pemilu maupun Pilpres. [].