Tegas! Bantah Mahfud, TP3: Buku Penembakan Laskar FPI: Ini Bukan Khayalan!

 


Senin, 19 Juli 2021

Faktakini.info, Jakarta - Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) menerbitkan buku terkait kasus enam anggota laskar FPI. TP3 mengatakan salah satu tujuan keluarnya buku ini untuk membantah pernyataan Menko Polhukam Mahfud Md.

Ketua TP3 Abdullah Hehamahua awalnya mengatakan buku ini merupakan janji setelah pihaknya bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Terbitnya buku ini sebagai janji kami ketika bertemu Presiden Jokowi bulan Maret lalu bahwa terjadi perbedaan persepsi, pemahaman, penilaian, dan data yang dimiliki Komnas HAM dan TP3," kata Abdullah dalam acara peluncuran yang digelar secara daring, Rabu (7/7/2021).

Dia mengklaim pihaknya berkomitmen menyerahkan buku yang berisikan fakta-fakta peristiwa penembakan 6 anggota laskar pengawal Habib Rizieq tersebut.

"Pada hari itu juga Presiden Jokowi dan Menko Polhukam mengatakan, kalau TP3 punya data-data, silakan diserahkan. Jadi ini adalah komitmen dan janji kami TP3 untuk menyerahkan data-data, analisis, dan pengkajian hal itu," katanya.

Abdullah mengatakan buku itu juga dibuat untuk menyanggah pernyataan Mahfud. Menurutnya, buku itu didasarkan pada temuan di lapangan.

"Oleh karena itu juga sekaligus ingin membantah pernyataan Menko Polhukam di dalam pernyataan sendiri setelah pertemuan dengan presiden dan beliau di Istana itu bahwa apa yang disampaikan oleh TP3 adalah imajinasi atau khayalan. Buku ini membuktikan buku ini bukan khayalan tapi fakta di lapangan, baik analisis maupun hasil wawancara," ujar dia.

Dia mengatakan, dalam penyusunan buku ini, TP3 mendatangi langsung keluarga 6 Laskar FPI yang tewas. Dia mengatakan keenam korban berasal dari keluarga biasa.

"Dari enam keluarga itu, 3 orang janda, dan dari 3 janda ini menjual nasi di pagi hari, 1 menjual gorengan, 1 menjaga atau memelihara tetangga," katanya.

"Yang tiga orang lagi, memang ada bapak dan ibu. Tapi pekerjaannya adalah satu buruh harian, satu penjual batu akik yang pada musim COVID-19 ini siapa yang mau beli batu akik. Mau beli nasi saja susah, mau beli barang kebutuhan sehari-hari juga susah. Satu lagi adalah pensiunan pegawai di supermarket," tambahnya.

Sumber: detik.com