BPIP Gelar Lomba Menulis Tak Penting Ditengah Pandemi, Tokoh MUI dan Muhammadiyah: Bubarkan BPIP!

 

Sabtu, 14 Agustus 2021

Faktakini.info, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Dr. H. Anwar Abbas menyarankan agar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dibubarkan saja.

Buya Anwar menilai, lembaga dengan Ketua Dewan Pengarah Megawati Soekarnoputri itu tidak memiliki kepekaan sosial di tengah pandemi Covid-19.

Pernyataan Buya Anwar ini menanggapi pengumuman lomba penulisan yang digelar BPIP bertema ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’ dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’.

Anwar mengatakan banyak tema yang relevan dan kontekstual untuk mengadakan lomba dalam rangka perayaan Hari Santri. Ia lantas memberi gambaran situasi saat ini.

Dia mengatakan setiap hari melihat ibu-ibu berbelanja. Namun, saat ini setiap ada tukang sayur lewat, ibu-ibu itu tidak lagi keluar rumah lantaran tak punya uang.

“Sekarang banyak kemiskinan ini. Semestinya kan dia hadir, tampil tuh BPIP. Pancasilaisnya mana? Ya, membantu lah. Menggerakkan anak-anak peduli kepada masalah Covid,” kata Buya Anwar di Jakarta, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Jumat (13/08/2021).

“Kenapa enggak lomba, bagaimana peran santri dalam menghadapi Covid, bisa kan, ya? Peran santri dalam menghadapi masalah ekonomi, gitu kan?” kata pengajar ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah itu.

Selain itu, Ketua PP Muhammadiyah ini juga menilai lomba BPIP hanya akan memancing perpecahan dan kecurigaan antarkelompok. Ia menyebut tema itu berpotensi membuat orang mecurigai nilai kebangsaan para santri.

“Nanti ujung-ujungnya kalau ada tulisan hukumnya haram nantinya malah menjadikan alat untuk menggebuk santri, kan?” katanya.

“Padahal bendera itu kan sudah kita kibarkan sebelum kita merdeka,” tambahnya.

Sebelumnya, lomba penulisan artikel tingkat nasional diinformasikan BPIP lewat unggahan di akun Twitter @BPIPRI pada Rabu (11/8). Sejak unggahan itu terbit, banyak pihak yang mempertanyakan urgensi lomba dengan mengangkat tema seperti itu. Bahkan ada yang menilai lomba itu sebagai bukti Islamofobia yang diidap BPIP.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammayiyah, Busyro Muqoddas juga mengritik lomba penulisan artikel yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Buyro malah mendorong pembubaran BPIP jika lembaga itu tak ada manfaatnya.

Sebelumnya BPIP mengumumkan lomba penulisan artikel tingkat nasional dalam rangka Hari Santri. Tema yang diangkat yaitu ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’ dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’.

” (Lomba) Ini bukan saja tendensius, itu jelas-jelas useless, tidak ada manfaatnya sama sekali. Tidak ada konsep akademis ideologisnya,” kata Busyro, Jumat (13/8/2021), seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Busyro menilai tema yang diusung BPIP justru mengadu domba sekaligus penghinaan terhadap komunitas santri. Dia mengatakan Hari Santri bukan hanya milik warga Nahdlatul Ulama saja, tapi milik semua umat Islam.

“Apakah selama ini negara itu ada problem dengan penghormatan bendera Merah Putih? Problem lagu kebangsaan? Faktanya tidak ada. Kalau tidak ada, mengapa BPIP mencari-cari penyakit ini namanya,” kata Busyro.

Dia mengatakan BPIP perlu meninjau kembali rencana lomba tersebut dan segera mencabutnya. Sebab menurutnya, tema itu hanya akan mengusik umat Islam.

Selain itu, dia juga mengusulkan agar dilakukan polling yang mempertanyakan apakah keberadaan BPIP masih diperlukan. Polling itu, kata Busyro, perlu melibatkan masyarakat sipil.

“Saya siap mewakili Muhammadiyah dengan 170 perguruan tinggi Muhammadiyah se-Indonesia mengadakan polling dengan bersama-sama. Kalau tidak ada manfaatnya [BPIP] itu bubarin saja,” tegasnya.

Menanggapi beragam kritikan kepada BPIP, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo mengatakan pilihan tema tersebut menyesuaikan dengan konteks Hari Santri. Menurutnya, BPIP melihat pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam menyikapi cinta tanah air.

“Disesuaikan dengan Hari Santri. Sama juga hormat bendera menurut agama Kristen, Hindu, Buddha, Katolik, Konghucu,” katanya berkilah. 

Foto: Buya Anwar Abbas

Sumber: suaraislam.id