KH Luthfi Bashori: Tokoh Jujur vs Tokoh Dusta

 

Rabu, 11 Agustus 2021

Faktakini.info

TOKOH JUJUR vs TOKOH DUSTA

Luthfi Bashori

Bangsa Indonesia sedang mengalami kehidupan yang tidak menentu. Mulai dari tersebarnya virus Corona yang menyebabkan kelumpuhan di banyak sektor. PSBB, PPKM Mikro, Darurat, Level yang tidak ada habisnya menghantui masyarakat.

Berita kematian terjadi hampir setiap saat, terjadinya pro-kontra untung rugi vaksinasi, maraknya percobaan dan penelitian obat alternatif Corona, dan lain sebagainya.

Belum lagi dimulainya perebutan jabatan kepresidenan th 2024 dari para politikus yang terkesan rakus jabatan. Hingga lomba 17 Agustus yang sementara ditiadakan di beberapa wilayah, nyaris diganti lomba pasang Baliho raksasa dengan pemampangan foto para Capres yang terlalu percaya diri.

Belum lagi maraknya statemen-statemen para tokoh atau selebritis yang ikut meramaikan jagat raya dunia medsos, entah itu statemen yang berkonotasi jujur dan positif, hingga statemen yang mengandung kedustaan, hoax dan negatif, semua itu seakan-akan kini sedang bergelayut dalam benak bangsa Indonesia. 

Sayangnya, sebagian umat Islam yang terlibat langsung dengan macam-macam polemik di atas, kurang peduli terhadap ajaran Rasulullah SAW berikut:

“Sesungguhnya berkata benar (jujur) itu dapat menunjukkan kepada kebajikan, dan kebajikan itu dapat menunjukkan jalan menuju surga. Sungguh seseorang yang berkata benar (jujur) itu dicatat di sisi Allah sebagai orang yang benar. Sedangkan sesungguhnya dusta itu dapat menunjukkan kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan itu dapat menunjukkan jalan ke neraka. Sesungguhnya seseorang berdusta itu akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Imam Bukhari - Muslim).

Para tokoh yang selalu menjaga kejujuran secara terus menerus, hingga berani menyampaikan kebenaran, mereka akan dapat memotivasi masyarakat untuk benah-benah diri, hingga bangsa ini dapat diharap akan kembali bangkit menuju keadaan yang terbaik.

Sebaliknya para tokoh yang sudah terbiasa berdusta, berlaku curang, culas, dzalim terhadap orang lain, berbuat aniaya dan durjana terhadap rakyat, terutama jika dilakuan secara terus-menerus dan berkesinambungan, apalagi melakukan kejahatan yang terstruktur dan massif, maka mereka inilah hakikatnya yang telah menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara.