Tanggapan Damai Lubis Terkait Klarifikasi Politik Prabowo di Acara Deddy Corbuzier
Selasa, 31 Agustus 2021
Faktakini.info
*Terkait Klarifikasi Politik Prabowo Subianto/ PS diacara Youtuber Dedy Corbuzier*
*Oleh : Damai Hari Lubis*
*Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212*
Sederhana sekali pola pikir Prabowo Subianto / PS. Memandang rival pada pilpres disamakan dengan rival " adu balap lari dan pertandingan sepak bola pada sebuah sekolah ", yang pada kedua permainan atau pertandingan olah raga/ sport tersebut tidak ada keterkaitan dengan politik, ekonomi dan penegakan hukum pada sebuah negara
Deskripsi atau ilustrasi yang disampaikannya tentu tidak ada hubungannya dan sangat jauh perbedaannya dengan urusan - urusan serius dalam tata kehidupan sebuah bangsa atau organisasi negara, selain beda masa/ waktu atau usia para pelakunya dan fungsi serta manfaat dan atau kebutuhan dan atau kewenangan
intrik atau konflik yang timbul antara fans rival balap lari dan simpatisan atau para konstituwen rival capres tentu sangat jauh berbeda , temasuk kebutuhan pilpres, akan adanya ketentuan kaidah hukum yang imperatif penegakannya dengan segala akibat perilaku orang individu atau korperasi/ kelompok akan tindak kriminalitas, diantaranya perilaku korupsi dan kejahatan - kejahatan ekonomi lainnya, termasuk dampak sosial kehidupan yang timbul akibat gejala gejala kerusakan moral ( korup, narkoba, kejahatan politik ) yang ada dan klasik dalam setiap negara karena terjadi pada setiap kurun waktu ( sepanjang zaman) , ini merupakan fenomena faktual sejarah manusia dan ini kepentingan dan atau kebutuhannya pada sebuah kelompok sosial yang berkuasa pada bangsa - bangsa
Maka akibat kompetisi olah raga dan akibat dari korban rival capres tentu tidak layak untuk di komper. Ini bentuk komparasi pembodohan dan konyol namanya
Bayangkan komparasi yang diilustrasikan PS. Adalah tentu berhubungan erat dengan pertanggung jawaban tupoksi presiden terpilih terhadap tanah air, dan seluruh bangsa dan negara, berikut tanggung jawab manusia pejabatnya atas kinerja pada seluruh kabinet atau kementrian, salah satunya pertanggung jawabannya adalah pada kinerja Kemendiknas yang membawahi seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta dan seluruh pendidikan dari TK, SD. SMP sampai dengan SMA/ SMK dengan segala aktifitas belajar dan mengajar, selain " ekstra kurikulum olahraga " yang ada
Maka kegiatan hasil tanding daripada kompetisi olahraga dan rasa kekecewaan bobotoh atau fans dari hasil atau score tandingnya ( kalah dan menang ) dijadikan ilustrasi PS atau gambaran yang baik antara fans pertandingan balap lari dan sepak bola menjadi acuannya, yang tidak marah setelah pertandingan andaipun pihaknya kalah, tidak sepert sikap dari para mantan pedukungnya yang kecewa dan marah kepada dirinya yang bergabung dengan seterunya Jokowi saat Pilpres 2019 - 2024 ( turut menjabat pada kabinetnya ), maka PS pun merasa kecewa dengan menyatakan " eks simpatisan yang marah tersebut ber IQ rendah sekali"
Ini sebuah perbandingan yang amat konyol, lacur ! Jadi yang rendah IQ justru serasa ada pada PS. Bukan pada kelompk yang " marah " atau kecewa karena dirinya "
Terkait capres menuju kursi presiden akan dipikul melalui konsekuwensi yang amat berat, maka " hadiahnya "pun spektakuler yakni kursi kepemimpinan dengan derajad yang tinggi, begitu besar kekuasaannya, sangat berharga bahkan bila amanah akan mendapatkan kemuliaan dihati Rakyat dan balasan kemuliaan syurga dari Tuhan atau sebaliknya ancaman neraka bagi yang menyia-nyiakannya
Maka sekali lagi kursi kekuasaan ( abstrak ) presiden pada kenyataannya dengan hasil sang juara lari atau atau juara sepak bola, terhadap fakta hasil yang didapat atas kekuasan antara keduanya tidak dapat dibandingkan, kekuasan tertinggi eksekutif pada sebuah hasil benda dari kompetisi tanding lari di sekolah, yang hanya dalam bentuk sebuah piala plus kertas piagam
Maka kembali kepada topik literasi, bahwa contoh yang diberikan oleh PS. akibat dampak pilpres bak atau dirinya samakan dengan hasil tanding balap lari dan tanding sepak bola saat di sekolah, sungguh PS. ber iq rendah atau menandakan arogansi akut derajat tinggi serta dia nyata bukan cermin karakter presiden pilihan, karena jauh dari standar kepribadian seorang pemimpin yang ideal yakni cerdas, sabar, namun tegas, pengayom dan amanah sebaliknya kini justru berkesan mendekati pola otoriter dan nampaknya
kemampuan kenegaraannya kurang karena tidak fahami apa makna oposan daripada banyak sistem negara yang ada didunia, paling tidak eksistensi oposisi itu merupakan sebuah kenyataan keberadaan politik didunia ini, dan jelas bahwa praktek oposan itu ada dan bebas merdeka di negara ini ( terkait hal ini dijamin oleh konstitusi NRI ), asalkan tidak dengan cara laster atau lempar fiitnah kepada lawan politik, melainkan batasan dalam kaedah kebebasan berpendapat atau kritik demi kebenaran terhadap kebijakan yang dianggap salah
Pertanyaannya, bagaimana bila beliau kelak ikut capres kembali pada 2024 - 2029
Saat ini saja ketika masih butuh suara daripada orang orang yang merasa tersakiti oleh dirinya ( eks partisan pendukung), walau mereka para pengkritik tidak sekonyong konyong marah, karena nota bene punya historis khusus dan semua orang tahu, ada causalitas ( sebab akibat) daripada sejarah kepemimpinan Presiden Jokowi yang PS. dukung masih berjalan saat ini dengan segala akibatnya, salah satunya yang riil beberapa yang telah menjadi "korban politik " adalah kelompok para ulama dan para pengikut serta simpatisan ( eks) dirinya dahulu
Lalu andai dia berhasil menjadi presiden ? Kita kembali kemasuk ke lubang jurang yang sama ?