Susaningtyas Tuding Bahasa Arab Ciri Teroris, Wantim MUI: Itu Islamofobia!

 

Jum'at, 10 September 2021

Faktakini.info, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhyiddin Junaidi angkat bicara terhadap yang disampaikan pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati yang menuding banyak sekolah di Indonesia berkiblat pada militan Taliban dan bahasa Arab sebagai ciri teroris.

Kiai Muhyiddin menyayangkan pernyataan Susaningtyas dan menilai ini bagian dari Islamofobia.

“Hasil pengamatan yang sarat dengan unsur Islamofobia. Itu bagian dari rekayasa keji yang bertujuan menimbulkan ketakutan di masyarakat,” kata Kiai Muhyiddin melalui pernyataannya kepada Suara Islam Online, Rabu (8/9/2021).

Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah itu menegaskan bahwa teroris sesungguhnya adalah mereka yang melakukan invasi dan menimbulkan banyak korban.

“Musuh Islam, termasuk AS dengan sekutunya selalu berusaha menutupi kegagalan dan kebohongan akibat operasi mereka,” jelasnya.

“The real teroris sebenarnya mereka yang selama 23 tahun telah melakukan invasi ke lusinan negara Muslim dan menimbulkan kematian jutaan kaum Muslim tak berdosa,” tambah Kiai Muhyiddin.

Mantan Waketum MUI itu juga menjawab tudingan Susaningtyas dengan mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia banyak yang berasal dari bahasa Arab.

“Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pemersatu rakyat Indonesia 40 % berasal dari bahasa Arab. Sebagai contoh kata majelis, permusyawaratan, rakyat, dewan, kursi dan sebagainya,” tandasnya.

Sebelumnya, pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati menilai saat ini banyak sekolah di Indonesia yang mulai berkiblat ke Taliban yang dia anggap sebagai organisasi radikal.

Dia menyebutkan ciri-ciri sekolah dan para gurunya yang mulai berkiblat ke Taliban atau ke radikalisme, di antaranya tidak mau hafal nama-nama partai politik.

“Mereka tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” ujar Susaningtyas dilansir di progam Crosscheck yang disiarkan di akun YouTube, dikutip Rabu (8/9).

Dia mengatakan bahwa gerakan sekolah yang berkiblat pada Taliban ini, tentu harus diwaspadai. Karena sekolah merupakan pabrik pencetak para pemimpin negeri di masa depan, sekolah pula yang mencerdaskan bangsa.

Bekas Anggota Komisi I DPR ini juga menyebut ciri anak muda yang terpapar radikalisme adalah dengan perbanyak belajar bahasa Arab.

“Bagaimana saya tak khawatir, anak muda kita sudah tak mau lagi hormat pada bendera Indonesia, tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya, berbahasa Arab,” ujarnya.

Dia menambahkan, bukan berarti Arab itu memiliki konotasi teroris, melainkan kalau arahnya ke terorisme bahaya.

“Karena sebenarnya mereka juga ingin berkuasa, ingin punya kekuasaan, tapi mereka ingin berkuasa dengan cara mereka sendiri,” ujarnya.

Foto: KH Muhyiddin Junaidi

Sumber: suaraislam.id