Taati Konstitusi, Duterte Tak Nyapres Lagi Tapi Maju Sebagai Cawapres di Filipina

 


Kamis, 9 September 2021

Faktakini.info, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menerima nominasi dari partainya untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden dalam pemilihan umum 2022.

Konstitusi menghalangi Duterte dari masa jabatan kedua, dan Duterte mentaati itu dengan tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden lagi. 

Namun saingan-saingannya menuduhnya berusaha mempertahankan kekuasaan bila maju sebagai cawapres.

Namun Duterte mengklaim bahwa ia didorong oleh rasa cinta pada negara.

Ada spekulasi bahwa Duterte akan mencari pasangan yang lemah secara politik supaya bisa memerintah sebagai wakil presiden, lapor wartawan BBC Celia Hatton.

Duterte juga telah mengatakan secara terbuka bahwa sebagai wakil presiden, ia akan kebal dari tuntutan oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas kebijakan "perang melawan narkoba" yang telah menewaskan ribuan orang. Tetapi belum jelas apakah ia akan tetap kebal secara hukum.

Duterte telah mendesak senator dan orang kepercayaannya Christopher "Bong" Go untuk menggantikannya sebagai presiden.

Tetapi Go menolak nominasi dari partai pada Rabu kemarin (08/09), dengan mengatakan bahwa "hati dan pikirannya terfokus untuk melayani masyarakat".

Meskipun pihak partai ingin Go mempertimbangkan kembali keputusannya, penolakannya untuk maju sebagai capres telah memunculkan dugaan bahwa putri Duterte dapat bergabung dengannya dalam daftar calon.

Sara Duterte Carpio belum memberikan kepastian tentang kemungkinannya mencalonkan diri, kendati memimpin setiap jajak pendapat yang dilakukan tahun ini.

Duterte memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2016 dengan platform memberantas kejahatan dan memperbaiki krisis narkoba di negara itu.

Namun para pengkritiknya mengatakan ia telah mendorong polisi untuk melakukan pembunuhan di luar hukum terhadap tersangka.

Pada bulan Juni, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengajukan permohonan untuk membuka penyelidikan penuh atas pembunuhan dalam perang melawan narkoba di Filipina, dengan mengatakan ada kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan.

Sebuah laporan Amnesty International menemukan bahwa lebih dari 7.000 orang dibunuh oleh polisi atau penyerang bersenjata yang tidak dikenal dalam enam bulan pertama kepresidenan Duterte.

Foto: Rodrigo Duterte dan putrinya, Sara Duterte.

Sumber: BBC